Home / Romansa / DIKEJAR CINTA CEO AROGAN / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of DIKEJAR CINTA CEO AROGAN: Chapter 51 - Chapter 60

105 Chapters

ULTIMATUM PATRICK

“A-aku tidak bermaksud untuk mengkhianatimu dan mereka semua tidak terlibat dalam rencana pelaranku! Aku bertemu dengan Lukas secara tidak sengaja. Ia kasihan melihatku dan menawarkan rumahnya untuk kutempati.” Terang Maureen dengan kepala tertunduk.Patrick menghela napas dengan berat raut kecewa begitu kentara di wajahnya. Ia merasa Maureen merendahkan dirinya dan hal itu merendahkan ego Patrick yang besar. Maureen mengangkat kepala memberanikan diri meilihat netra Patrick. Ia dilanda penyesalan dan rasa bersalah tidak saja kepada Patrick, tetapi semua orang yang merasakan akibat dari pelariannya.“Kurasa permintaan maaf dariku sulit untuk diterima, bukan? Kau juga tidak mau percaya, kalau Lukas dan Logan sama sekali tidak terlibat. Aku benci diriku sendiri, yang sudah membuat rusak hubunganmu dengan keduanya!” lirih Maureen.Patrick hanya diam dan melayangkan tatapan tajam menusuk ke arah Maureen, ia masuk ruang kerjanya yang gelap. Dinyalakannya lampu, sehingga ruangan itu menjad
Read more

BAB 52 PENDERITAAN MAUREEN

“Kumohon, ijinkan aku tetap menjaga putra kita sendiri tanpa campur tangan orang asing! Aku tidak akan mengecewakanmu dengan kabur lagi.” Mohon Maureen, sambil mengusap air matanya.Patrick bergeming tidak terpengaruh dengan permohonan dan air mata Maureen. Ia berjalan menuju ruang kerjanya, lalu diambilnya satu botol whiskey. ‘Ia, kemudian duduk di balik meja kerjanya dengan kaki yang ia naikkan ke atas meja. Dituangnya whiskey ke gelas, yang langsung ia tenggak sampai habis berlanjut dengan gelas berikutnya.‘Argh! Semua ini gara-gara Maureen yang sudah membuat kacau keadaan! Dasar wanita tidak tahu diri yang tidak tahu terima kasih!’ umpat Patrick.Ia, kemudian bangkit dari duduknya dan berjalan sempoyongan menuju kamar tidur di mana ada Maureen.Begitu merasakan ada langah kaki yang mendekat Maureen membuka matanya dan dilihatnya Patrick dengan mata yang merah menyala juga aroma alkohol yang begitu kuat menguar dari tubuhnya.Maureen bangun dari berbaringnya, lalu duduk. “Kau sed
Read more

BAB 53 MAUREEN JATUH DARI TANGGA

'Siapa wanita itu? Apakah maksudmu, Sandra mantan kekasihmu? Bagaimana mungkin, kau akan membiarkan wanita itu mengasuh anakku! Tidakkah kau takut dia akan mencelakai anak kita!" Bentak Maureen emosi.Patrick menyipitkan mata, ia benci nada suara Maureen yang berani-beraninya membentaknyaDalam tiga langkah yang panjang dan cepat, Patrick sudah berdiri tepat di hadapan Maureen.Dipegangnya dengan kasar pundak istrinya itu, kemudian ia goyang-goyang dengan kasar."Jangan pernah berbicara dengan nada tinggi di hadapanku!" Bentak Patrick, kemudian mendorong Maureen kasar, sampai ia badannya membentur besi gagang pintu.'Aw!" seru Maureen merasakan sakit ada punggungnya. Namun, Patrick tidak peduli sama sekaliIa melambaikan tangan mengusir Maureen keluar dari kamarnya.Tidak ingin disakiti lebih banyak lagi oleh Patrick.Maureen berjalan keluar dengan langkah kaki yang terseok. Matanya yang dipenuhi air mata membuat Maureen tidak melihat jalan.Akhirnya ia jatuh terguling pada saat berad
Read more

RUMAH SAKIT

“Siapa kau, beraninya menuduhku, seperti itu!” Patrick mengepalkan kedua tangan di sisi tubuhnya.Seandainya tidak ingat, kalau ini rumah sakit dan dirinya harus membeli susu untuk putranya ia sudah mengajak Lukas berkelahi sekarang juga.Tidak mau meladeni adik tirinya itu lebih jauh lagi Patrick kembali melanjutkan langkahnya. Namun, dari arah kejauhan terlihat sopirnya berjalan dengan cepat ke arahnya.Setelah sopirnya berada dekat Patrick pun berkata, “Tolong pergilah ke minimarket! Belikan putraku susu formula juga keperluan lainnya!”“Baik. Bos!” Sopir pribadi Patrick langsung berbalik untuk melaksanakan perintah bosnya itu. Ia tahu, kalau sedari di mobil tadi bayi bosnya sudah bergerak gelisah.Patrick pun kembali berjalan menyusuri koridor tempat di mana Maureen sedang dirawat. Raut wajahnya terlihat dingin tanpa senyum.‘Siapa yang memberitahu Lukas, kalau Maureen dibawa ke rumah sakit? Apakah sopir pribadiku berkhianat juga dengan mengabarkan hal ini kepada Lukas?’ batin Pat
Read more

PULANG KE RUMAH DAN KECEWA

“Jangan samakan diriku dengan kamu, yang tidak tahu diri membawa kabur istri orang! Kau tahu, Lukas! Aku sudah menahan diriku sedari di rumah sakit tadi untuk tidak menghajarmu, tetapi ternyata kau terus saja memancingku untuk melakukannya!” ucap Patrick.Sebelum Lukas sempat menghindar dapat dirasakannya sebuah tamparan yang mendarat tepat di wajahnya. Tidak hanya cukup sekali saja, tetapi berulangkali.“Tamparanku tidak seberapa, bila dibandingkan dengan apa yang sudah kau lakukan kepadaku! Kau telah merendahkan harga diriku, sebagai seorang suami!” Tegas Patrick.Beberapa orang pegawai juga petugas keamanan datang, untuk memisahkan keduanya. Namun, Patrick memberontak dari pegawainya yang coba menangkap tangannya, agar tidak menyerang Lukas.Patrick melayangkan tatapan tajam menusuk kepada pegawainya itu. “Lepaskan tanganku! Aku tidak akan menyerang bajingan sialan ini, lagi!”Pegawai Patrick pun melepaskan pegangan tangan mereka. Tidak mau dirinya menjadi tontonan dari pegawainya,
Read more

BAB 56 HAMPIR TENGGELAM

“Kau sudah kehilangan hak istimewa sebagai istri dan ibu dari anakku, sejak kau mencoba untuk membawa kabur putraku!” Patrick, kemudian berjalan menuju pintu kamar Maureen.Sebelum keluar ia mengingatkan kepada Maureen, kalau Mandy bukan seorang pelayan, sehingga ia harus menyiapkan makanan dan keperluannya sendiri.Ia tidak boleh memerintah Mandy, untuk melakukan apapun juga demi menolongnya.Maureen merasa dadanya kembali ditusuk jarum. Belum lagi pulih luka yang ada sudah ditambah luka yang baru.“Aku mengerti, Patrick! Pengasuh anak kita begitu istimewa di matamu, bukan? Aku tidak lupa, kalau ia pernah menggodamu di depan mataku secara terang-terangan! Dan, sepertinya aku harus bisa menerima, kalau suatu waktu nanti posisiku digantikan olehnya!”Maureen menyunggingkan senyum di sudut bibirnya, dengan mata yang menyorot sedih. Maureen kembali memutar kursi rodanya menghadap ke arah luar.Hari begitu cerah, tetapi tidak dengan suasana hati Maureen yang muram. Hidupnya tidak akan ber
Read more

KESEDIHAN TERPENDAM MAUREEN

“Kau memang tidak berperasaan!” ucap Maureen dengan suara yang lirih. Ia menggeser badannya menjauh dari Patrick.“Pak, tolong bawa saya ke kursi roda saya kembali!” Pinta Maureen dengan suara lirih kepada sopir pribadi Patrick.Pria dengan kumis yang tebal itu pun menganggukkan kepala. Namun, sebelum membantu mengangkat Maureen ia melihat Patrick terlebih dahulu seakan meminta ijin kepada pria tersebut.Patrick hanya diam saja ia bangkit dari berlututnya, kemudian berjalan begitu saja ke arah rumah, melalui pintu belakang.Maureen harus menelan isak yang hendak keluar dari bibirnya. Sikap kasar Patrick memang sudah biasa, tetapi untuk kali ini ia merasa lebih sakit. Patrick sama sekali tidak memperlihatkan rasa peduli kepadanya.“Saya akan membantu mendorong kursi roda Anda masuk rumah, Nyonya!” ucap sopir Patrick.“Terima kasih, Pak! Dapatkah saya minta tolong kembali, untuk mengambilkan barang-barang saya di kamar, karena saya masih belum dapat menaiki tangga menuju lantai dua.” M
Read more

MANDY DAN PATRICK

“Apa yang kau lakukan? Aku hanya meminta bantuan kepada ibumu, karena aku merasa sakit!” Lirih Maureen.Ia, kemudian jatuh pingsan membuat Patrick menjadi tertegun di tempatnya berdiri. Setelah tersadar ia bergegas menghampiri Maureen di tempat tidur, lalu dirabanya kening istrinya itu.“Panas! Astaga, Maureen ternyata demam.” Patrick mengeluarkan ponselnya, untuk menghubungi dokter pribadinya.Dari arah pintu kamar Maureen muncul pengasuh putranya. “Tuan Patrick, putra anda badannya panas, saya sudah memberikan obat penurun panas, tetapi suhu tubuhnya tidak turun juga!”Patrick beranjak dari samping Maureen dilupakannya, kalau istrinya itu masih dalam keadaan pingsan.Diambilnya putranya yang berada dalam gendongan pengasuhnya. Memang benar apa yang dikatakan wanita itu, putranya memang sedang sakit.Diciumnya kening putranya yang terasa panas, seraya berbisik. “Kenapa kamu ikut-ikutan sakit, seperti ibumu?”Patrick membawa putranya menuju kamarnya di lantai dua, dengan diikuti oleh
Read more

PATRICK, MANDY DAN SANG BAYI

“Jaga mulutmu, Patrick! Kami datang untuk melihat kondisi istrimu mengingat, bagaimana cara kau memperlakukan Maureen selama ini!” Bentak Lukas.Patrick berjalan mendekat dengan tangannya yang ia masukkan saku celananya mencegahnya, agar tidak melayangkan tamparan ke wajah tampan adik tirinya.Ia berhenti di samping Maureen, yang sudah membuka matanya dan melihat ke arahnya dengan wajah pucat dan mata yang berair, karena sakit.“Apa yang kulakukan kepada istriku adalah urusan kami berdua! Kami tidak perlu orang luar yang ikut campur dengan apa yang kami berdua lakukan!” Tegas Patrick.Patrikc, kemudian memalingkan wajahnya dari menatap Lukas kepada Maureen. Ditatapnya istrinya itu dengan tajam dan tanpa berkedip.“Kau sepakat dengan apa yang kukatakan, bukan istriku Tersayang?” Tanya Patrick.Maureen yang teringat dengan jelas ancaman dari Patrick tidak bisa menyangkal apa yang dikatakan oleh suaminya itu.“Apa yang dikatakan Patrick memang benar!” sahut Maureen lemah.Lukas dan Logan
Read more

TIDUR DENGAN MANDY

“Kau …!” Maureen tidak jadi melanjutkan ucapannya. Dia terlalu marah kepada Patrick, dengan perlahan ia menggerakkan kursi rodanya.Maureen menoleh ke belakang ketika kursi rodanya tidak dapat bergerak, tangan Patrick menahan laju kursi rodanya.“Tolong, lepaskanlah!” ucap Maureen lemah. Ia merasa kalah dan hanya ingin membenamkan dirinya dalam selimut yang hangat.Patrick melayangkan tatapan sinis kepada Maureen, tetapi hatinya bagaikan dicubit ketika dilihatnya tatapan hampa istrinya itu.Maureen tidak tahu apa yang diinginkan Patrick dengan menahan kursi rodanya. Ia pun hanya bisa diam saja menunggu apa yang akan dikatakan, atau dilakukan Patrick kepadanya.Patrick melepaskan pegangannya di kursi roda Maureen, tanpa mengatakan apapun ia membalikkan badan, lalu pergi menjauh dari Maureen.Maureen tersadar dari terpukaunnya, setelah beberapa menit, kemudian. Ia pun menggerakkan kursi rodanya masuk kamar. Tidak ada air mata yang mengalir habis sudah tidak bersisa.Dengan susah payah M
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status