“Kau …!” Maureen tidak jadi melanjutkan ucapannya. Dia terlalu marah kepada Patrick, dengan perlahan ia menggerakkan kursi rodanya.Maureen menoleh ke belakang ketika kursi rodanya tidak dapat bergerak, tangan Patrick menahan laju kursi rodanya.“Tolong, lepaskanlah!” ucap Maureen lemah. Ia merasa kalah dan hanya ingin membenamkan dirinya dalam selimut yang hangat.Patrick melayangkan tatapan sinis kepada Maureen, tetapi hatinya bagaikan dicubit ketika dilihatnya tatapan hampa istrinya itu.Maureen tidak tahu apa yang diinginkan Patrick dengan menahan kursi rodanya. Ia pun hanya bisa diam saja menunggu apa yang akan dikatakan, atau dilakukan Patrick kepadanya.Patrick melepaskan pegangannya di kursi roda Maureen, tanpa mengatakan apapun ia membalikkan badan, lalu pergi menjauh dari Maureen.Maureen tersadar dari terpukaunnya, setelah beberapa menit, kemudian. Ia pun menggerakkan kursi rodanya masuk kamar. Tidak ada air mata yang mengalir habis sudah tidak bersisa.Dengan susah payah M
“Apa yang membuatmu menjadi, seperti ini Patrick? Tidakkah kau mengetahui betapa sakitnya hati Ibu ketika mengetahui pengkhianatan ayahmu! Dan sekarang kau malah mengulang kesalahan Ayahmu!” Ibu Patrick menggelengkan kepala kecewa.Patrick terdiam, ia memejamkan mata, kemudian terdengar erangan yang nyaring terlontar dari bibirnya.Ia berjalan menuju kaca jendela kamarnya, sambil melihat ke arah halaman rumahnya yang luas dan ditumbuhi banyak tanaman.“Maaf, Bu! Aku tidak bermaksud berkata kasar, seperti tadi.” Patrick membalikkan badan ke arah ibunya. Ia melayangkan tatapan permohonan maaf.Ibu Patrick mengangguk menerima permintaan maaf Patrick. Tidak ingin membuat masalah menjadi semakin panjang saja. Ibu Patrick berkata, “Lakukanlah di tempat lainnya, jangan di rumah ini, kalau kau ingin berselingkuh dengan pengasuh putramu!”Rahang Patrick mengetat, kedua tangannya mengepal di samping tubuh. Ia menahan umpatan yang hampir saja terlontar dari bibirnya.Merasa kehadirannya tidak di
“Kalau kau bermaksud untuk menyakiti hatiku, kau berhasil melakukannya. Namun, kalau kau bermaksud mengejutkanku. Kau gagal, karena aku sudah menduganya.” Maureen memejamkan mata.Ia tidak mau melihat senyum kepuasan di wajah dan mata Patrick, karena sudah berhasil menyakiti hatinya.Patrick melayangkan senyum mengejek ke arah Maureen. Namun, istrinya itu tidak dapat melihatnya.“Sekarang kau sadar, bukan? Kalau kehadiranmu tidak diharapkan. Kau boleh pergi dari rumahku!” ucap Patrik.Maureen langsung membuka mata, lalu melirik Patrick dengan dingin. “Dengan senang hati aku akan pergi! Dan itu bersama putraku, karena seperti yang kau katakan akan ada anak yang lain untukmu, tetapi tidak untukku!”Rahang Patrick mengetat, kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. Ia melihat Maureen dengan kebencian yang teramat sangat.“Kau tidak bisa membawa pergi anakku lagi!” Bentak Patrick.Maureen mengerjapkan mata. Ia tidak akan membantah apa yang dikatakan oleh Patrick. Ia hanya harus bersabar dan
“Aku ….!” Maureen memejamkan mata, ia kehabisan kata-kata. Dirinya bangkit dari kursi yang didudukinya, lalu berjalan ke arah pintu.“Mau kemana kau, Maureen?” Panggil Patrick.Maureen menolehkan kepalanya ke belakang dan berkata, “Mencari udara segar!”Diputarnya kenop pintu dan ia pun berjalan keluar dari ruang kerja Patrick. Saat ia melewati ruang kerja sekretaris Patrick sudah kosong. Rupanya wanita itu sudah pergi untuk istirahat makan siang.Di dalam ruang kerjanya Patrick merasa kesal sendiri. Ia bermaksud untuk membuat cemburu Maureen, mengenai hubungannya dengan Mandy, padahal sebenarnya ia sendiri yang cemburu.“Awas saja, kalau Maureen sampai berjanji bertemu dengan Logan atau Lukas!” batin Patrick.Ia pun bangkit dari duduknya berjalan menuju pintu, lalu memutar kenopnya. Begitu sudah berada di luar Patrick melihat Maureen yang masih berdiri di depan lift.Tidak dilihatnya ada Lukas di dekat istrinya itu. Ia berjalan dengan langkahnya yang panjang, sehingga ketika pintu li
“Lakukanlah, Mandy! Dan kau tidak akan pernah bisa keluar dari tempat ini dengan selamat!” Bentak Patrick.Mandy membalikkan badan melihat Patrick. Tubuhnya bergetar takut dan ia kehilangan fokusnya kepada Maureen.Maureen pun memanfaatkan situasi itu dengan baik. Ia melakukan gerakan mendadak dengan cepat direbutnya putranya dari tangan Mandy.Ketika Mandy membalikkan badan hendak menyerang Maureen, Patrick dengan beberapa langkah panjangnya sudah berada di dekat Mandy.Dicekalnya tangan Mandy dengan kasar dan tatapan matanya pun menyiratkan amarah yang besar.“Keluar dari rumahku dan jangan kau tunjukkan wajahmu lagi di sini!” Perintah Patrick dengan suara yang mendesis, karena marah.Setelah tangannya dilepaskan Patrick, Mandy bergerak mundur, kemudian ia berlari keluar dari rumah tersebut.Selama beberapa saat hanya suara tangis dari putra mereka saja yang terdengar. Maureen menggendong putranya, sambil mengayunnya dengan pelan, agar putranya berhenti menangis.“Apakah ia baik-bai
“Untuk apa? Mengapa kau melakukannya? Kau tidak akan menyakitiku, bukan?” Tanya Maureen sedikit gugup.Patrick hanya tersenyum saja. Ia berjalan ke arah pintu menuju kamar mandi yang ada di kamar tersebut.Ia berdiri di depan wastafel untuk melihat pantulan dirinya. Diambilnya sikat gigi, lalu diberinya pasta gigi, setelahnya ia pun menggosok giginya.Selesai menggosok gigi Patrick mencuci wajahnya dengan air hangat, kemudian ia keluar dari kamar mandi. Dilihatnya Maureen yang sedang duduk di atas tempat tidur.“Mandilah! Setelah itu turunlah untuk makan malam!” Perintah Patrick.Maureen bangkit dari berbaringnya di atas tempat tidur. Ia memang perlu membersihkan badan dan juga menuntaskan kegiatan alamiahnya.Begitu sudah berada dalam kamar mandi Maureen langsung mengunci pintunya, kemudian ia memutar air pancuran.Air yang hangat membuatnya merasa segar, beberapa saat, kemudian ia pun keluar dari kamar mandi.Maureen merasa bingung, karena ia tidak membawa pakaian ganti sama sekali
“Kau merusak kejutan yang seharusnya kau dapatkan esok pagi!” Tegur Patrick mengejutkan Maureen.Badan Maureen yang tadinya gemetar, karena takut dan terkejut berubah menjadi marah. Ia melayangkan tatapan galak kepada Patrick.“Kau sengaja, bukan membuatku terkejut? Kau tadi sebenarnya sudah bangun, tetapi berpura-pura tetap tidur!” Tuduh Maureen dengan mata melotot.Patrick mengangkat pundak, ia mendekati Maureen dan menggandeng tangannya untuk masuk kamar di mana ia tadi mendengar suara bayi yang sedang menangis.Pintu kamar di buka Patrick mereka dapat melihat, kalau kamar itu terang, karena sinar lampu.Maureen memalingkan kepala ke arah Patrikc, sehingga tatapan keduanya pun bertemu.Ada senyum mengejek di netra Patrick dan Maureen rasanya hendak menghapus senyum di wajah Patrick yang menjengkelkannya.“Seharusnya kau berterima kasih dengan kejutan yang kuberikan kepadamu!” Sindir Patrick.Maureen memutar bola mata, tetapi walaupun demikian ia mengucapkan terima kasih juga, karen
“Kau hanya mengada-ada saja! Kapan aku mengatakan, kalau dirimu itu seorang psikopat? Jangan berlebihan!” Tegur Maureen.Patrick tersenyum kecil. Ia, lalu mengajak Maureen keluar dari pondok, sementara putra mereka ditinggal bersama dengan pengasuhnya.Maureen diajak menyusuri jalanan yang beraspal. Di siang hari ini barulah Maureen bisa melihat, kalau ternyata Patrick tidak mengajaknya ke tempat yang benar-benar sunyi.Di kiri-kanan jalan yang mereka lewati terlihat beberapa pondok dengan jarak yang tidak terlalu dekat.“Kemana kau akan membawaku? Tanya Maureen, setelah selama beberapa menit keduanya berjalan.Patrick hanya diam saja dan terus berjalan tidak menghiraukan pertanyaan dari Maureen. Ia baru berhenti, ketika mereka sampai di sebuah dermaga kecil.“Kita akan pergi berlayar!” ucap Patrick.“Bagaimana dengan putra kita?” Tanya Maureen.Patrick hanya tersenyum saja. Ia menaiki salah sebuah kapal pesiar kecil, kemudian mengulurkan tangan ke arah Maureen. Membantunya untuk naik