Tubuh Maureen menjadi kaku, tanpa menoleh pun ia tahu siapa yang berdiri di belakang punggungnya. Rasa takut menghinggapi hati Anna terlebih lagi dirinya pada saat ini sedang bersama dengan putranya. “Lukas, kau mengejutkanku!”Suara kekehan yang terdengar menyeramkan di telinga Maureen keluar dari bibir Lukas. Pria itu terdengar berjalan ke sampingnya, kemudian duduk di ayunan di samping Maureen.Ia memandangi wajah putra Maureen, yang terlihat sedang dalam keadaan tidur dengan damai dalam gendongan Maureen.“Putramu begitu tampan. Apakah ia baik-baik saja? Maksudku, apakah ia akan panjang umur,” tanya Lukas dengan nada suara dan tatapan yang membuat Maureen bergidik takut.‘Ya, Tuhan! Di mana pengawal yang diperintahkan untuk menjaga kami? Aku harus tetap tenang dan Lukas tidak boleh melihat, kalau ia sudah berhasil membuatku merasa takut,’ batin Maureen.“Terima kasih, atas doanya Lukas! Putraku akan baik-baik saja dan ia akan berumur panjang, sampai aku dan Patrick menjadi kakek d
Patrick mengetatkan rahang, kedua tangannya terkepal di samping badan. Ia berjalan mendekati Lukas, lalu memegang dagu pria itu. “Apakah kau mengancamku, Lukas?”Lukas tersenyum dengan bibir mencemooh ke arah Patrick, sambil mengangkat kedua tangannya. “Mana berani aku mengancammu, Kak! Kau pasti becanda, kalau membayangkan diriku sampai berani melakukannya.”Patrick melepaskan cekauannya di dagu Lukas. Ia berjalan menjauh dari adik tirinya itu. Ia berdiri menatap lurus ke depan menunggu pintu lift terbuka.Ketika pada akhirnya pintu lift terbuka, Patrick membiarkan Lukas yang duluan keluar dari dalam lift tersebut. Barulah dirinya yang menyusul.Begitu sudah berada di luar Patrick sudah di tunggu oleh sopir pribadinya, yang langsung membukakan pintu mobil, begitu melihat Patrick keluar dari pintu perusahaan.“Kita ke perkebunan, Pak!” Perintah Patrick kepada sopirnya, begitu dirinya sudah duduk di dalam mobil.“Baik, Bos!” sahut sopir Patrick.Mobil pun meluncur menuju perkebunan den
Maureen mencibirkan bibir ke arah Patrick, dengan bibir mengulas senyum tipis. “Kau terlalu percaya diri bisa saja kau salah!”Patrick mengambil gelas berisi anggur, lalu menyesapnya sampai isinya tersisa separuh.Ia melihat Maureen dengan tatapan yang begitu dalam, sehingga membuat Maureen menjadi gugup. “Aku memang percaya diri Maureen! Karena kau mencintaiku dan tidak untuk Lukas. Aku hanya akan mengatakan satu hal kepadamu, kalau sebentar lagi semua akan menjadi jelas!”Ia dapat melihat dengan jelas kesungguhan dari apa yang dikatakan oleh Patrick. Suaminya itu begitu yakin dengan apa yang dikatakannya, tentang Maureen yang mencintainya.“Kau memang benar! Aku mencintaimu dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Lukas kepadaku. Aku hanya merasa takut, dengan persaingan di antara kalian berdua,” ucap Maureen.Patrick meraih jemari Maureen, lalu menautkan dengan jemarinya. “Kau percaya denganku, bukan? Kau tidak boleh keluar rumah tanpa sepengetahuan pengawal. Lukas tadi sec
Sopir pribadi Patrick menatapnya dengan bingung. “Apa maksud Bos? Bagaimana dengan Bos sendiri? Di tempat ini Bos hanya seorang diri saja!” “Pergilah! Nyawa Istri dan Putraku jauh lebih berharga. Aku bisa menjaga diriku sendiri!” tegas Patrick. Sopir pribadinya pun membalikkan badan, lalu berjalan menuju mobil kembali. Dan mengingat kata-kata Patrick yang menekankan kata ‘Nyawa’ Ia menggemudi dengan kecepatan tinggi, agar sampai tepat waktu. Selama dalam perjalanan ia memikirkan apa yang membuat bosnya itu tidak percaya kepada pengawal yang bertugas di rumahnya. ‘Apakah ada yang luput dari pengamatanku selama berada di lingkungan rumah bos Patrick?’ batin sopir itu. Jalanan yang sepi membuatnya melaju tanpa ada hambatan, sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama ia pun sampai di depan rumah bosnya. Dimatikannya mesin mobil, lalu ia keluar dari mobil. Dengan setengah berlari ia menaiki undakan tangga menuju pintu rumah. Ia mengerutkan kening, ketika pintu dengan mudahnya ia bu
‘Apakahsemalam aku dan Tuan Patric—?’ Maureenterbangun dari tidurnya dalam keadaan selimut yang membelit tubuhnya dan di sebelahnyaada seorang pria yang malam tadi mabuk."Patrick!Apa yang kau lakukan, dengan tidur bersama seorang wanita di rumah ini?Sementara kamu sendiri seharusnya menghadiri rapat penting bersama denganayahmu dan calon potensial investor di perkebunan kita!" teriak ibuPatrick emosi.Tadinya ia berpikir, kalau Patrick sedangsakit, sampai ia melupakan rapat penting. Ternyata putranya itu masih berada ditempat tidur bersama, dengan wanita yang dari warna rambutnya, seperti pelayanyang bekerja di rumah Patrick, tetapi ia tidak yakin, karena wajah wanita itutertutup rambutnya.Mendengar suara teriakan yang begitu nyaring sontak saja membuat Patricklangsung bangun dari tidurnya. sambil memegang kepalanya yang berdenyutnyeri efek dari mabuknya tadi malam. Ia bahkan melupakan kenyataan, kalauada seorang wanita yang tidur bersama dengannya.Ibu Patrick mengg
Beberapamenit kemudian, setelah Patrick turun ke bawah menyusul Ibunya. Maureen keluarkamar Patrick dengan perasaan gugup dan takut. Sesampainya dii ryangan di manaPatrick dan kedua orang tuanya sedang duduk Maureen ragu untuk bergabung denganmereka.“Duduklahbersama kami Maureen dan jelaskan kepada kami apa yang sebenarnya terjadi tadimalam antara kamu dan Patrick! Jangan ragu untuk mengatakannya kami akanbesikap tebuka dan bisa menerima, kalau Patrick memang melakukankesalahan!" Ayah Patrick menunjuk kursi yang tepat berhadapan dengan kursidi mana Patrick duduk.Denganlangkah kaki yang ragu Maureen beranjak dari tempatnya berdiri menuju kursiyang ditiunjuk ayah Patrik, lalu duduk di situ. Maureen menautkan keduatangannya di atas pangkuan untuk mengusir rasa gugup, karena dirinya merasa diamatidan bagaikan menjalani interogasi oleh kedua orang tua Patrick. "Sayasebelumnya sudah mengatakan, kalau semua ini memang karena kesalahan tuanPatrick yang pulang dalam keadaan
“Saya nyatakan kalian berdua sah, sebagai pasangan suami istri dan kau boleh menncium istrimu, Patrick" ucap Pendeta yang memberkati pernikahan Patrick dan Maureen. Suara tepuk tangan dari beberapa orang yang turut hadir pernikahan sedderhana Patrick dan Maureen di kantor catatan sipil terdengar nyaring. Patrick menatap Maureen dengan intens dapat dilihatnya sinar bahagia di mata itu. "Kau dengar apa yang dikatakan oleh pendeta bukan? Kalau aku dipersilakan untuk menciummu!" Patrick mencium Maureen seakan hanya berdasarkan perintah dari pendeta saja. Akan tetapi, begitu bibirnya bertemu dengan bibir Maureen, yang terasa lembut dan nikmat membuat Patrick tidak berhenti mencium Maureen. Terlalu larut mencium Maureen, Patrick melupakan kenyataan kalau mereka berada di tempat umum. Dengan penonton yang menjadi malu, karena kemesraan keduanya. Patrick baru melepaskan ciumannya di bibir Maureen, setelah terdengar sua
“Kau mau pergi ke mana Patrick!" Bisik Ibunya, sambil menarik lengan Patrick. Tunggulah beberapa menit lagi, sampai pesta ini berakhir baru kau menemui wanita tadi dan memberikan penjelasan kepadanya, tetapi tidak sekarang! Karena Ibu tidak mau kau membuat nama baik keluarga kita menjadi tercoreng. Tadinya Ibu Patrick sedang berbicara dengan pelayan yang mengurus pesanan makanan pesta pernikahan Patrick dan Maureen, ketika dilihatnya Patrick berjalan keluar hendak menyusul seorang wanita, yang ia kenali beberapa kali pergi ke pesta relasi mereka dengan Patrick. Dan beruntung saja ia berada pada waktu dan tempat yang tepat, sehingga dirinya bisa mencegah Patrick melakukan tindakan yang dapat mempermalukan mereka semua. Dengan kedua tangan yang terkepal di sisi tubuhnya Patrick mengangguk. Ia melepaskan pegangan tangan Ibunya. Selama beberapa saat Patrick hanya diam saja di tempatnya berdiri mengawasi bagaimana Sandra masuk mobil dan kemud