Home / Urban / Ashraf: Penguasa Terakhir / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Ashraf: Penguasa Terakhir : Chapter 61 - Chapter 70

110 Chapters

Hubungan Xiao Jiang

"Apa maksud perkataan Tuan, saya tidak mengerti?" Tanya Yoriko dengan nada yang paling sopan. Xiaojun masih menelisik, kemudian dia tertawa kecil. "Postur mu yang seperti ini lebih cocok menjadi seorang Nona ketimbang pelayan," jawab Xiaojun sembari mengedipkan sebelah matanya. Yoriko mengatupkan bibirnya rapat-rapat dibalik masker yang dia gunakan. Rasanya dia ingin memukul wajah Xiaojun saat itu juga. Bisa-bisanya pria itu malah berbicara omong kosong. "Kata-kata Tuan sangat berlebihan," balas Yoriko. Kemudian di saat yang sama Jiang keluar dari ruang ganti. Hal itu tentu membuat Yoriko lega, setidaknya dia bisa lepas dari manusia genit seperti Xiaojun. Buru-buru Yoriko menghampiri perempuan itu. "Bagiamana Nona, apa ini sesuai selera anda?" Tanyanya. "Iya, jadi tolong kemas yang ini. Juga sepatu yang tadi aku coba," jawab Jiang sembari memberikan pakaian yang tadi dia coba. Yoriko mengangguk paham, setelahnya dia pergi keluar dari ruangan tersebut. Di depan ruangan rupanya
Read more

Penghalang Kebahagiaan?

Malam harinya jet pribadi milik keluarga Choi sudah datang untuk menjemput Yoriko, Master Wang dan juga Kim Dohan. Mereka bertiga menunggu di salah satu atap bangunan milik orang kepercayaan Master Wang. Jet tersebut membawa mereka kembali ke Gangnam-gu tepat pukul dua belas malam. Jam itu dipilih agar keberangkatan mereka tidak terlalu mencolok. Setelah perjalanan panjang, mereka akhirnya sampai sebelum matahari terbit. "Kita harus segera melaporkan hasil pekerjaan ini pada Ashraf," ucap Master Wang begitu mereka hendak turun dari jet. "Benar Master, ini harus segera di laporkan agar pembangunan triangle tower juga lekas selesai." Kim Dohan ikut menanggapi, dia telah bersiap untuk turun dari jet. Pria muda itu telah menentang tas ransel miliknya dan juga iPad ditangannya."Kau benar Dohan. Ah ya Yoriko! Nanti kau ikut aku menemui Ashraf, ceritakan apa yang kau dengar juga di butik pada Ashraf!" Perintah Master Wang tegas. Yoriko sempat menghentikan kegiatannya yang tengah beberes
Read more

Perubahan Yoriko

Tepat di jam tujuh pagi, Ashraf sudah berada di lapangan tembak. Dia berulang kali meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang dia lakukan sudah benar. Akan tetapi dia tidak bisa membuat Yoriko sakit hati, dia tidak mau perempuan itu kecewa. "Aku tidak bisa membuatnya kecewa, tapi aku juga tidak bisa menyingkirkan nama Xiao Jiang di hatiku," batin pria itu sembari terus berusaha fokus dan membidik beberapa guci kecil yang memang di jadikan sebagai targetnya dalam berlatih. Kali ini Ashraf menggunakan senjata laras panjang. Tapi sudah tiga kali percobaan dia selalu gagal. Hal itu membuatnya kesal, dan menghela nafas berat. "Sepertinya aku sudah mengganggu waktu latihan mu," ucap Yoriko begitu Ashraf berhenti menembak. Pria itu segera menolehkan kepalanya pada sumber suara. Yoriko rupanya sudah berdiri tepat dibelakang Ashraf. "Kapan kau datang Yoriko?" Tanya Ashraf sembari menatap lurus wajah Yoriko. "Mungkin lima belas menit yang lalu?" Yoriko kemudian berbalik badan, dia memilih unt
Read more

Rencana Menyusup

"Maksud Dohan, hubungan lain diantara Xiao Jiang dan Xiaojun adalah apa Xiaojun bekerja dengan pihak lain. Karena dia berani memerintah Jiang," jawab Yoriko yang melihat ada nada-nada kecemburuan pada kalimat Ashraf. Tapi pantas saja Ashraf berpikir seperti itu, karena kalimat yang dipilih Dohan terkesan ambigu. Padahal Ashraf adalah pria yang menaruh hati pada Xiao Jiang. Jadi kalimat yang diucapkan Dohan tadi sangat mungkin menimbulkan kecemburuan di hatinya. "Ah iya maksudku seperti itu," kilah Dohan sembari tersenyum canggung apalagi saat dia melihat lirikan tajam dari Yoriko. Ashraf manggut-manggut, dia menghela nafas panjang dan bersandar pada kursi yang dia duduki. "Tampaknya Blair Fulton sedang terancam sesuatu, mungkin ini bisa kita selidiki dan jadikan sebagai kelemahan Blair Fulton." Master Wang menambahkan. Yoriko juga mengangguk setuju mendengar itu, karena setidaknya mereka punya kartu cadangan untuk menyerang Blair Fulton. "Apa yang dikatakan Master Wang benar, kit
Read more

Kebimbangan Anak Penguasa

Tidak lama setelah pembahasan kelanjutan misi, semua orang keluar dari ruang kerja Ashraf kecuali pria itu sendiri. Dia masih ada di sana untuk mengurus beberapa hal. Tepat di depan ruang kerja Ashraf, Lizi berpapasan dengan Yoriko yang baru saja keluar bersama dengan Master Wang dan juga Kim Dohan. "Selamat pagi Nona Lizi," ucap ketiganya kompak dan membungkukkan badannya memberi salam. "Ah ya, selamat pagi. Kalian baru bertemu kakak?" Tanya Lizi dengan nada yang ramah. "Benar Nona," jawab Dohan yang memang lebih dekat dengan Lizi sedangkan yang lain hanya mengangguk sembari tersenyum samar. "Kalau begitu selamat bekerja, oh ya Dohan. Kau urus beberapa pekerjaan di ruangan ku!" Perintah Lizi pada Dohan. Dohan mengangguk patuh, dia ingat bagaimana tugasnya di El Abro. "Baik Nona, akan segera aku kerjakan."Master Wang dan Yoriko saling lirik, kemudian mereka berpamitan dengan Lizi. "Kalau begitu, kami juga permisi Nona Liz." Ucap Master Wang. "Iya, silahkan." Lizi sedikit meny
Read more

Genggaman Xiaojun

Jiang mengeraskan rahangnya begitu mendengar ucapan Xiaojun yang terang-terangan merendahkan dirinya. "Kau?" "Aku tahu Nona pasti akan tersinggung, tapi itulah kenyataannya. Apa yang kau ucapkan itu jarang sekali bisa dipercaya," balas Xiaojun dengan berani. Jiang masih ada di tempatnya, dia benar-benar marah sekarang. Akan tetapi perempuan itu harus menahannya, dia tidak bisa lagi meledak-ledak dihadapan Xiaojun. Atau bahkan menjadikan pria itu sebagai samsak pribadi seperti sebelumnya. Oleh karena itu Xiao Jiang masih diam dan berusaha mengendalikan diri dari emosinya. "Sepertinya akan menyenangkan jika sedikit mengejutkan Tuan Lan dan anggota Blair Fulton yang lain," ucap Xiaojun sembari menyeringai. Hal itu membuat Xiao Jiang mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti. Sedangkan di sisi lain, dari sudut pandang Xiaojun dia bisa melihat para anggota Blair Fulton yang mendekat ke arah mereka. Dengan posisi Xiaojun dan Jiang yang memang berdekatan, Xiaojun sengaja lebih memajuk
Read more

Omong Kosong

Para anggota Blair Fulton yang baru saja kembali dari pelabuhan Guangzhou sudah masuk ke markas besar. Ada dua mobil Jeep yang baru saja tiba. Tuan Lan yang hendak pergi pun cukup terkejut dengan kedatangan para anggotanya tiba-tiba. "Ada apa ini, kenapa semuanya kembali?" Tanyanya pada diri sendiri. "Selamat siang Tuan Lan," ucap para anggota sembari menunduk dan memberikan salam. Tuan Lan mengangguk menerima salam itu. "Apa yang terjadi sehingga kalian harus kembali ke markas besar?" Tanyanya. "Maaf Tuan, tapi ini adalah perintah dari Nona Jiang."Kening Tuan Lan berkerut dalam saat mendengar jawaban itu. Kenapa Xiao Jiang tidak berdiskusi terlebih dahulu dengannya. Kenapa harus menarik para anggota secara mendadak?"Dari mana kalian dapatkan perintah itu, telepon?" Tebak Tuan Lan yang tidak mengerti. "Tidak Tuan, tadi Nona Jiang sendiri yang menyampaikan perintah itu ke pelabuhan." Tuan Lan mengeraskan rahangnya, dia geram. Bisa-bisanya Xiao Jiang membohongi dirinya seperti i
Read more

Jebakan Xiaojun

Xiaojun dan Xiao Jiang kembali tepat saat senja. Mereka tidak saling berbicara satu sama lain. Akan tetapi begitu mereka masuk ke halaman markas besar. Tuan Lan sudah ada di teras markas dengan tatapannya yang tajam. "Ayah, kenapa ada di sini?" Tanya Jiang yang mendekat pada sang ayah setelah turun dari mobil. Perempuan itu juga tampak bingung terutama saat melihat tangan sang ayah yang diinfus. Tanpa menjawab apapun Tuan Lan yang duduk di kursi roda itu berdiri meski kesusahan. Dia melayangkan tamparan keras ke pipi kiri sang putri. Plak!Jiang terperangah menerima tamparan itu, dia bahkan mematung ditempatnya sembari memegangi pipinya yang memanas. Sudah bisa dipastikan bekas tangan sang ayah akan tertinggal di sana. "A-ayah apa yang kau lakukan?" Tanya Jiang dengan lirih. Tapi tetap sana Tuan Lan tidak menjawab apa-apa. Lufeng yang ada di sampingnya juga diam. Pria itu hanya membantu Tuan Lan kembali duduk di kursi roda tanpa menjelaskan apapun pada Jiang. Mata Tuan Lan lalu
Read more

Mendekati perubahan hidup Xiao Jiang

Ashraf menerima telfon dari Master Wang terkait kelanjutan misi mereka menyusup di apartemen milik Tuan Lan. Beberapa persiapan sudah dilakukan jadi mereka tinggal menunggu waktu saja. "Jadi semuanya sudah beres Ashraf, kita tinggal menunggu waktu untuk eksekusi rencana ini." Master Wang menejelaskan, dia juga menunjukkan blue print rencana dan bagaimana pergerakan mereka nanti. "Bagus, misi ini harus segera selesai Master. Aku tidak mau menunda pembangunan triangle tower lagi," balas Ashraf. Sementara Ashraf dan El Abro menyiapkan diri untuk misi selanjutnya. Xiao Jiang tengah berada pada kebimbangan, dia tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa lagi. Sang ayah sudah terlanjur percaya pada apa yang disampaikan para anggota Blair Fulton. Meskipun para anggota itu berkata jujur, tapi mereka juga salah paham. "Lufeng biarkan aku masuk dulu, aku harus bicara dengan ayah." Jiang memohon dengan suara yang lirih. Lufeng sebenarnya tidak tega melihat Jiang yang tampak gelisah dan he
Read more

Siasat Pribadi

Setengah jam kemudian tepat pukul delapan malam Xiaojun sudah datang ke markas besar Blair Fulton bersama dengan ayahnya, yaitu Chen Goufeng. Sang perdana menteri datang ke sana dengan tenang tanpa merasa ada yang salah atau menentang keputusan Tuan Lan. "Ayah, kau tahu apa yang akan terjadi setelah malam ini bukan?" Tanya Xiaojun sembari berjalan masuk ke dalam markas. Tuan Goufeng mengangguk samar, dia malah tersenyum tipis. "Aku tahu, karena itu aku diam dan menuruti semuanya."Para anggota Blair Fulton yang melihat kedatangan Xiaojun bersama sang ayah terkejut bukan main. Mereka tentu mengenal siapa Chen Goufeng, dan mereka tidak tahu apa hubungannya dengan Xiaojun. Oleh karena itu banyak orang yang terkejut kenapa sang perdana menteri bisa ada di markas besar Blair Fulton. Tuan Lan dan Xiao Jiang sendiri sudah ada di ruang makan bangunan utama markas besar. Mereka duduk bersebelahan tapi tidak saling berbicara. Tuan Lan duduk di kursi tempat kepala keluarga duduk, sementara Ji
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status