Malam harinya jet pribadi milik keluarga Choi sudah datang untuk menjemput Yoriko, Master Wang dan juga Kim Dohan. Mereka bertiga menunggu di salah satu atap bangunan milik orang kepercayaan Master Wang. Jet tersebut membawa mereka kembali ke Gangnam-gu tepat pukul dua belas malam. Jam itu dipilih agar keberangkatan mereka tidak terlalu mencolok. Setelah perjalanan panjang, mereka akhirnya sampai sebelum matahari terbit. "Kita harus segera melaporkan hasil pekerjaan ini pada Ashraf," ucap Master Wang begitu mereka hendak turun dari jet. "Benar Master, ini harus segera di laporkan agar pembangunan triangle tower juga lekas selesai." Kim Dohan ikut menanggapi, dia telah bersiap untuk turun dari jet. Pria muda itu telah menentang tas ransel miliknya dan juga iPad ditangannya."Kau benar Dohan. Ah ya Yoriko! Nanti kau ikut aku menemui Ashraf, ceritakan apa yang kau dengar juga di butik pada Ashraf!" Perintah Master Wang tegas. Yoriko sempat menghentikan kegiatannya yang tengah beberes
Tepat di jam tujuh pagi, Ashraf sudah berada di lapangan tembak. Dia berulang kali meyakinkan diri sendiri bahwa apa yang dia lakukan sudah benar. Akan tetapi dia tidak bisa membuat Yoriko sakit hati, dia tidak mau perempuan itu kecewa. "Aku tidak bisa membuatnya kecewa, tapi aku juga tidak bisa menyingkirkan nama Xiao Jiang di hatiku," batin pria itu sembari terus berusaha fokus dan membidik beberapa guci kecil yang memang di jadikan sebagai targetnya dalam berlatih. Kali ini Ashraf menggunakan senjata laras panjang. Tapi sudah tiga kali percobaan dia selalu gagal. Hal itu membuatnya kesal, dan menghela nafas berat. "Sepertinya aku sudah mengganggu waktu latihan mu," ucap Yoriko begitu Ashraf berhenti menembak. Pria itu segera menolehkan kepalanya pada sumber suara. Yoriko rupanya sudah berdiri tepat dibelakang Ashraf. "Kapan kau datang Yoriko?" Tanya Ashraf sembari menatap lurus wajah Yoriko. "Mungkin lima belas menit yang lalu?" Yoriko kemudian berbalik badan, dia memilih unt
"Maksud Dohan, hubungan lain diantara Xiao Jiang dan Xiaojun adalah apa Xiaojun bekerja dengan pihak lain. Karena dia berani memerintah Jiang," jawab Yoriko yang melihat ada nada-nada kecemburuan pada kalimat Ashraf. Tapi pantas saja Ashraf berpikir seperti itu, karena kalimat yang dipilih Dohan terkesan ambigu. Padahal Ashraf adalah pria yang menaruh hati pada Xiao Jiang. Jadi kalimat yang diucapkan Dohan tadi sangat mungkin menimbulkan kecemburuan di hatinya. "Ah iya maksudku seperti itu," kilah Dohan sembari tersenyum canggung apalagi saat dia melihat lirikan tajam dari Yoriko. Ashraf manggut-manggut, dia menghela nafas panjang dan bersandar pada kursi yang dia duduki. "Tampaknya Blair Fulton sedang terancam sesuatu, mungkin ini bisa kita selidiki dan jadikan sebagai kelemahan Blair Fulton." Master Wang menambahkan. Yoriko juga mengangguk setuju mendengar itu, karena setidaknya mereka punya kartu cadangan untuk menyerang Blair Fulton. "Apa yang dikatakan Master Wang benar, kit
Tidak lama setelah pembahasan kelanjutan misi, semua orang keluar dari ruang kerja Ashraf kecuali pria itu sendiri. Dia masih ada di sana untuk mengurus beberapa hal. Tepat di depan ruang kerja Ashraf, Lizi berpapasan dengan Yoriko yang baru saja keluar bersama dengan Master Wang dan juga Kim Dohan. "Selamat pagi Nona Lizi," ucap ketiganya kompak dan membungkukkan badannya memberi salam. "Ah ya, selamat pagi. Kalian baru bertemu kakak?" Tanya Lizi dengan nada yang ramah. "Benar Nona," jawab Dohan yang memang lebih dekat dengan Lizi sedangkan yang lain hanya mengangguk sembari tersenyum samar. "Kalau begitu selamat bekerja, oh ya Dohan. Kau urus beberapa pekerjaan di ruangan ku!" Perintah Lizi pada Dohan. Dohan mengangguk patuh, dia ingat bagaimana tugasnya di El Abro. "Baik Nona, akan segera aku kerjakan."Master Wang dan Yoriko saling lirik, kemudian mereka berpamitan dengan Lizi. "Kalau begitu, kami juga permisi Nona Liz." Ucap Master Wang. "Iya, silahkan." Lizi sedikit meny
Jiang mengeraskan rahangnya begitu mendengar ucapan Xiaojun yang terang-terangan merendahkan dirinya. "Kau?" "Aku tahu Nona pasti akan tersinggung, tapi itulah kenyataannya. Apa yang kau ucapkan itu jarang sekali bisa dipercaya," balas Xiaojun dengan berani. Jiang masih ada di tempatnya, dia benar-benar marah sekarang. Akan tetapi perempuan itu harus menahannya, dia tidak bisa lagi meledak-ledak dihadapan Xiaojun. Atau bahkan menjadikan pria itu sebagai samsak pribadi seperti sebelumnya. Oleh karena itu Xiao Jiang masih diam dan berusaha mengendalikan diri dari emosinya. "Sepertinya akan menyenangkan jika sedikit mengejutkan Tuan Lan dan anggota Blair Fulton yang lain," ucap Xiaojun sembari menyeringai. Hal itu membuat Xiao Jiang mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti. Sedangkan di sisi lain, dari sudut pandang Xiaojun dia bisa melihat para anggota Blair Fulton yang mendekat ke arah mereka. Dengan posisi Xiaojun dan Jiang yang memang berdekatan, Xiaojun sengaja lebih memajuk
Para anggota Blair Fulton yang baru saja kembali dari pelabuhan Guangzhou sudah masuk ke markas besar. Ada dua mobil Jeep yang baru saja tiba. Tuan Lan yang hendak pergi pun cukup terkejut dengan kedatangan para anggotanya tiba-tiba. "Ada apa ini, kenapa semuanya kembali?" Tanyanya pada diri sendiri. "Selamat siang Tuan Lan," ucap para anggota sembari menunduk dan memberikan salam. Tuan Lan mengangguk menerima salam itu. "Apa yang terjadi sehingga kalian harus kembali ke markas besar?" Tanyanya. "Maaf Tuan, tapi ini adalah perintah dari Nona Jiang."Kening Tuan Lan berkerut dalam saat mendengar jawaban itu. Kenapa Xiao Jiang tidak berdiskusi terlebih dahulu dengannya. Kenapa harus menarik para anggota secara mendadak?"Dari mana kalian dapatkan perintah itu, telepon?" Tebak Tuan Lan yang tidak mengerti. "Tidak Tuan, tadi Nona Jiang sendiri yang menyampaikan perintah itu ke pelabuhan." Tuan Lan mengeraskan rahangnya, dia geram. Bisa-bisanya Xiao Jiang membohongi dirinya seperti i
Xiaojun dan Xiao Jiang kembali tepat saat senja. Mereka tidak saling berbicara satu sama lain. Akan tetapi begitu mereka masuk ke halaman markas besar. Tuan Lan sudah ada di teras markas dengan tatapannya yang tajam. "Ayah, kenapa ada di sini?" Tanya Jiang yang mendekat pada sang ayah setelah turun dari mobil. Perempuan itu juga tampak bingung terutama saat melihat tangan sang ayah yang diinfus. Tanpa menjawab apapun Tuan Lan yang duduk di kursi roda itu berdiri meski kesusahan. Dia melayangkan tamparan keras ke pipi kiri sang putri. Plak!Jiang terperangah menerima tamparan itu, dia bahkan mematung ditempatnya sembari memegangi pipinya yang memanas. Sudah bisa dipastikan bekas tangan sang ayah akan tertinggal di sana. "A-ayah apa yang kau lakukan?" Tanya Jiang dengan lirih. Tapi tetap sana Tuan Lan tidak menjawab apa-apa. Lufeng yang ada di sampingnya juga diam. Pria itu hanya membantu Tuan Lan kembali duduk di kursi roda tanpa menjelaskan apapun pada Jiang. Mata Tuan Lan lalu
Ashraf menerima telfon dari Master Wang terkait kelanjutan misi mereka menyusup di apartemen milik Tuan Lan. Beberapa persiapan sudah dilakukan jadi mereka tinggal menunggu waktu saja. "Jadi semuanya sudah beres Ashraf, kita tinggal menunggu waktu untuk eksekusi rencana ini." Master Wang menejelaskan, dia juga menunjukkan blue print rencana dan bagaimana pergerakan mereka nanti. "Bagus, misi ini harus segera selesai Master. Aku tidak mau menunda pembangunan triangle tower lagi," balas Ashraf. Sementara Ashraf dan El Abro menyiapkan diri untuk misi selanjutnya. Xiao Jiang tengah berada pada kebimbangan, dia tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa lagi. Sang ayah sudah terlanjur percaya pada apa yang disampaikan para anggota Blair Fulton. Meskipun para anggota itu berkata jujur, tapi mereka juga salah paham. "Lufeng biarkan aku masuk dulu, aku harus bicara dengan ayah." Jiang memohon dengan suara yang lirih. Lufeng sebenarnya tidak tega melihat Jiang yang tampak gelisah dan he
Ashraf panik, dia berlari menuju tubuh Yoriko yang langsung tidak sadarkan diri. Perempuan itu berkorban demi dirinya, Yoriko sangat takut mati. Tapi dia bersedia tertembak demi orang yang dia cintai, yaitu Ashraf. Ashraf memeluk tubuh Yoriko yang mulai lemas. Di rengkuhnya tubuh perempuan berdarah Jepang-Korea Selatan itu. "Yoriko bangun!" Ucapnya berusaha membuat perempuan itu tersadar. Namun tidak ada respon yang diterima dari rekan sekaligus teman baiknya itu. Ashraf menundukkan kepalanya dalam-dalam, dia menyesal. "Sudah aku katakan sebelumnya Yoriko, jangan pernah pertaruhkan nyawa demi cinta. Tapi kau selalu keras kepala."Marco yang juga melihat itu merasa geram, kini hanya ada lima anggota Blair Fulton yang menjaga di sekitar Jeep tempat Tuan Lan dan Xiao juang bersembunyi."Keluar kalian dasar pengecut!" Teriak Marco tidak terima. Dia mengambil alih senapan yang masih dipegang oleh jasad beberapa anggota Blair Fulton yang telah tewas. Marco mulai menembaki para anggota
Tuan Lan dan Xiao Jiang segera bertolak menuju Gangnam begitu proses pemakaman Chen Goufeng dan keluarganya selesai. Kini status Xiao Jiang sendiri cukup terkenal sebagai tunangan mendiang putra perdana menteri. Oleh karena itu Xiao Jiang perlu berhati-hati dalam bertindak di negara asalnya. Akan tetapi tidak ketika dia dan sang ayah berada di Gangnam. Mereka langsung mengepung markas besar El Abro begitu mendapatkan kabar bahwa orang kepercayaan Blair Fulton, Kwon Yuri tewas ditangan Ashraf. Dor!Dor!Dor!Tembakan-tembakan dilepaskan secara tepat sasaran ke arah orang-orang Blair Fulton yang bersembunyi di pepohonan. Setidaknya, Tuan Lan membawa seratus orang anggota Blair Fulton mengepung markas besar El Abro. Hanya lima belas orang saja yang dapat dilihat oleh pihak lawan. Sedangkan sisanya bersembunyi dengan baik, berkamuflase dengan lingkungan tempat sekitar markas besar El Abro. Letak markas yang dikelilingi oleh lahan berisi pepohonan sebagai kamuflase pun memberi jalan ke
Yoriko ditangani dengan baik dan sadar setelah tidak sadarkan diri kurang lebih tiga jam lamanya. Perempuan itu di bius oleh Kwon Yuri begitu dia kalah di dalam penyerangan di hotel milik Senor Hugo. Sebenarnya jika bukan karena jumlah lawan yang tidak sepadan, dan pihaknya tidak dicurigai. Pasti Yoriko tidak akan mudah dibawa oleh orang-orang suruhan Kwon Yuri itu. "Bagaimana keadaan mu Yoriko, apa ada yang masih sakit?" Tanya Ashraf begitu perempuan itu membuka mata. Yoriko tidak segera menjawab, dia malah mengernyitkan dahinya. Merasa heran kenapa Ashraf ada saat dia membuka mata, padahal di ingatan terakhirnya tidak ada pria itu di hotel Senor Hugo. "Ashraf, kau ada di sini?" Tanyanya heran. "Iya aku di sini kenapa? Apa ada yang salah?" Ashraf malah balik bertanya. Sementara di belakangnya ada Ashley dan juga Marco yang tersenyum lebar melihat rekan mereka sadar. "Tidak, maksud ku. Bagaimana kau bisa datang, padahal kau tidak ada di hotel Senor Hugo saat aku di bawa oleh ora
Di tengah-tengah serangan, Ashraf bisa melihat dari kejauhan kalau dia tidak lagi sendirian. Selain Ashley yang memang membantu dirinya, dia bisa melihat ada beberapa anggota yang lain datang membantu. Ashraf tersenyum kecil, dia merasa Tuhan benar-benar ada dengan memberikannya bantuan di tengah keputusasaan dirinya. "Hah! Setidaknya Tuhan mendengar keluhan ku kali ini," gumam Ashraf sembari menatap para musuhnya satu persatu. Kini dia semakin semangat mengalahkan mereka, dia memukul dengan sangat brutal. "Ashraf, biar aku yang mengurus semuanya!" Ashley berkata tegas dari kejauhan. Di tengah kerusuhan dan juga serangan-serangan itu, Ashraf mengangguk paham. Di dekatnya, sudah ada Marco yang merangsek di tengah kerumunan dan juga anak buah Kwon Yuri yang membabi buta. "Mari selamatkan Yoriko Tuan Muda," ajak Marco ketika keadaan didekat mereka mulai terkendali. Ashraf mengangguk, "Ayo!"Keduanya kemudian menarik tali tambang yang mengikat Yoriko. Keduanya menarik tubuh Yoriko
Jiang malah tersenyum lebar ketika melihat tubuh Xiaojun yang ambruk tidak sadarkan diri didepannya. Sedetik kemudian ekspresi wajahnya berubah, dia mendadak berpura-pura panik. "Tolong, siapapun tolong ada yang pingsan di sini!" Teriak Jiang sembari berjongkok di dekat tubuh Xiaojun yang terkapar di lantai rumah sakit. Kondisi koridor rumah saki yang sepi membuat perempuan itu harus berteriak agar mendapatkan bantuan. Tidak lama ada beberapa perawat yang datang dengan tergopoh-gopoh untuk membantu mengangkat tubuh Xiaojun. "Nona keluarga pria ini?" Tanya salah satu perawat begitu tubuh Xiaojun berhasil di pindahkan ke brangkar dan mulai di dorong menuju ruang ICU untuk mendapatkan pertolongan. Jiang mengangguk, "Benar. Aku tunangannya." Perawat itu mengangguk lalu beralih pada Xiaojun yang harus segera mendapatkan pertolongan. Begitu masuk ke ruang ICU, Jiang di hentikan oleh perawat. "Nona silahkan tunggu di luar." Jiang berpura-pura bersedih, dia hanya menatap kosong ke ruan
Ashraf hanya menatap datar dokumen yang ada di depannya. Kemudian dia mengalihkan pandangannya pada Kwon Yuri yang masih menodongkan pistol ke kepala Ashraf. "Tunggu apa lagi Ashraf? Cepat tanda tangani berkas ini!" Kwon Yuri memberikan penekanan pada setiap kalimatnya. Ashraf kemudian melangkah, dia tidak mengalihkan pandangannya ke mana pun. Pria itu masih setia menatap lurus ke arah lawannya. "Apa ucapan mu bisa di pegang Kwon Yuri?" Tanya Ashraf masih tetap dengan nada yang tenang. "Hah! Tentu saja, asalkan kau tanda tangan di berkas itu." Kwon Yuri semakin menekankan nada bicaranya. Ashraf kemudian memperhatikan sekeliling, dia berusaha mencari celah di antara banyaknya anak buah Kwon Yuri yang mengepung dirinya. Ashraf memutar otak, mencari cara terbaik agar bisa lepas dari tekanan Kwon Yuri. Dia bisa saja melakukan perlawanan dengan mudah, akan tetapi Ashraf tidak bisa memastikan keselamatan Yoriko karena tindakannya itu. Akan tetapi Ashraf malah memajukan tubuhnya pada
Ye Siwu tersenyum ramah dan membiarkan seorang pelayan pria yang memang telah dia ajak bekerjasama memberikan botol wine pada keluarga perdana menteri Chen Goufeng. "Permisi Perdana Menteri, aku ingin memberikan wine ini untuk anda." Pelayan itu berkata dengan sopan. Chen Goufeng yang tengah menunggu jawaban dari Xiao Jiang mendecik sebal atas kedatangan pelayan tersebut. Akan tetapi begitu melihat botol yang dibawa, amarah yang semula hendak keluar mendadak reda. "Xiaojun, ini wine yang kau maksud tadi?" Tanya Chen Goufeng pada sang putra. Karena memang sebelum ini, Xiaojun ingin memberikan wine pada sang ayah untuk merayakan pertunangan. Xiaojun yang melihat botol wine serta pelayan yang membawanya mengangguk mengiyakan. "Benar, itu yang aku ingin berikan pada ayah. Lagi pula aku menitipkan ini pada pelayan tadi," jawabnya. Ye Siwu sendiri menahan tawa, menertawakan kebodohan Xiaojun. Karena sebelum memerintah si pelayan, perempuan itu telah memilih siapa orang yang dipercaya
Ashraf hanya menggigit bibir bawahnya menahan emosi yang memuncak. Saat ini dia harus bisa menemukan kembali Yoriko. Akan tetapi dia juga tidak yakin kalau telepon yang dia terima ini akan membawanya pada perempuan itu.Di tengah kebimbangannya, Master Wang yang memang bisa berjalan meski tertatih-tatih itu mendekati Ashraf. "Siapa?" Tanyanya dengan lirih. Ashraf menggedikan bahunya, jawaban kalau dia tidak tahu siapa yang sedang menghubungi dirinya. Master Wang pun paham dengan jawaban yang diberikan. Pria itu berdiri di samping Ashraf, menunggunya menyelesaikan panggilan. ["Ku tanya sekali lagi Ashraf, apa kau mau tahu di mana keberadaan Yoriko?"] Tanya seseorang di seberang sana lagi, mengulangi pertanyaan sebelumnya. Ashraf memejamkan matanya, berpikir keras. Kemudian dia menjawab tenang. "Tentu, jadi katakan di mana perempuan itu?" Tanyanya. ["Kalau kau mau menemuinya, datang lah sendiri ke tempat yang aku katakan. Bagaimana?"]"Ya aku akan ke sana sendirian, jadi cepat ka
Pertunangan Xiao Jiang dan Xiaojun terlaksana dengan baik, keduanya saling bertukar cincin di ikuti oleh sorak sorai para tamu yang ada. Tepukan gemuruh menggema di seluruh gedung tempat acara tersebut digelar. Xiaojun tampak tersenyum lebar, merasa menang atas Xiao Jiang. Dia melirik ke arah sang ayah yang tampak jauh lebih gembira dibanding dirinya. Sementara Xiao Jiang hanya memasang wajah datar. Dia tidak menampilkan ekspresi apa-apa, meskipun para tamu tampak memuji dirinya yang jauh lebih cantik di banding hari-hari biasanya. "Selamat atas pertunangan anda Nona Jiang dan Tuan Muda Cheng!"Para tamu kompak memberikan selamat pada keduanya. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pesta. Akan tetapi Xiao Jiang tidak berniat bergabung dalam kerumunan. Perempuan itu malah duduk di kursi yang ada di sudut ruangan. Memperhatikan sekeliling ruangan beserta para tamu yang tampak menikmati acara tersebut. "Semua orang tampak bersenang-senang, tapi kenapa anda malah ada di sini Nona Jian