Ashraf menerima telfon dari Master Wang terkait kelanjutan misi mereka menyusup di apartemen milik Tuan Lan. Beberapa persiapan sudah dilakukan jadi mereka tinggal menunggu waktu saja. "Jadi semuanya sudah beres Ashraf, kita tinggal menunggu waktu untuk eksekusi rencana ini." Master Wang menejelaskan, dia juga menunjukkan blue print rencana dan bagaimana pergerakan mereka nanti. "Bagus, misi ini harus segera selesai Master. Aku tidak mau menunda pembangunan triangle tower lagi," balas Ashraf. Sementara Ashraf dan El Abro menyiapkan diri untuk misi selanjutnya. Xiao Jiang tengah berada pada kebimbangan, dia tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa lagi. Sang ayah sudah terlanjur percaya pada apa yang disampaikan para anggota Blair Fulton. Meskipun para anggota itu berkata jujur, tapi mereka juga salah paham. "Lufeng biarkan aku masuk dulu, aku harus bicara dengan ayah." Jiang memohon dengan suara yang lirih. Lufeng sebenarnya tidak tega melihat Jiang yang tampak gelisah dan he
Setengah jam kemudian tepat pukul delapan malam Xiaojun sudah datang ke markas besar Blair Fulton bersama dengan ayahnya, yaitu Chen Goufeng. Sang perdana menteri datang ke sana dengan tenang tanpa merasa ada yang salah atau menentang keputusan Tuan Lan. "Ayah, kau tahu apa yang akan terjadi setelah malam ini bukan?" Tanya Xiaojun sembari berjalan masuk ke dalam markas. Tuan Goufeng mengangguk samar, dia malah tersenyum tipis. "Aku tahu, karena itu aku diam dan menuruti semuanya."Para anggota Blair Fulton yang melihat kedatangan Xiaojun bersama sang ayah terkejut bukan main. Mereka tentu mengenal siapa Chen Goufeng, dan mereka tidak tahu apa hubungannya dengan Xiaojun. Oleh karena itu banyak orang yang terkejut kenapa sang perdana menteri bisa ada di markas besar Blair Fulton. Tuan Lan dan Xiao Jiang sendiri sudah ada di ruang makan bangunan utama markas besar. Mereka duduk bersebelahan tapi tidak saling berbicara. Tuan Lan duduk di kursi tempat kepala keluarga duduk, sementara Ji
Di hari yang telah di tentukan Ashraf, Yoriko, Master Wang dan Dohan sudah bersiap untuk misi. Sementara itu Lizi dan juga Tuan Mun masih disibukkan dengan mencari siapa orang yang membantu Tuan Lan mendapatkan berkas penting berupa surat perjanjian jual beli lahan dan juga sertifikat atas lahan tersebut. "Kita akan mulai jam berapa Dohan?" Tanya Yoriko pada Dohan yang duduk disampingnya. Dohan menoleh padanya, "Lima belas menit lagi. Orang yang mengelola apartemen Tuan Lan akan menelfon ke petugas listrik. Jadi saat itu kita bisa segera pergi," jawabnya. Yoriko mengangguk paham, dia duduk di mobil bagian penumpang bersama dengan Dohan. Sementara Ashraf dan Master Wang ada di depan mereka. Master Wang sendiri yang membawa mobil itu. Mereka berempat tengah ada di pinggir jalan dekat dengan apartemen Tuan Lan. Mungkin sekitar seratus meter menuju apartemen tersebut. Tidak lama kemudian Dohan mendapatkan telfon dari pengelola apartemen. Dia memang sengaja meng-hack telefon petugas l
Klik!Pintu pada lapisan pertama ruang rahasia itu terbuka dengan mudah. Yoriko masih tidak menyangka, Dohan yang ada disampingnya juga merasakan hal yang sama. dia terkejut saat mendengar pintu itu terbuka. "Kau membukanya, dengan kombinasi angka dan huruf apa?" tanya Dohan yang penasaran. Yoriko menoleh padanya dengan wajah yang masih sangat terkejut. pikirannya melayang ke mana-mana saat tahu kombinasi angka yang dia gunakan benar. "Tanggal dimana keluarga Choi dibantai," jawab Yoriko dengan lirih. Dohan tidak percaya, dia bahkan sampai harus menutup mulutnya sendiri dengan telapak tangan. Tanggal dimana malapetaka itu terjadi malah digunakan Tuan Lan sebagai pin pengunci ruang rahasia. Padahal pembangunan apartemen itu terjadi jauh sebelum keluarga Choi dibantai. "Apartemen ini dibangun jauh sebelum malapetaka itu terjadi, dan tentunya pin ini juga di buat pada tahun yang sama. Tapi kenapa tanggal itu bisa digunakan?" tanya Dohan yang masih terpaku ditempatnya. Yoriko menund
Benar saja apa yang dikatakan Master Wang, mereka tidak akan aman sebelum kembali ke markas. Buktinya di depan mereka, setelah berjalan kurang lebih lima ratus meter dari tempat mereka berhenti sebelumnya. Sudah ada sekitar sepuluh orang pria bertubuh kekar menghadang jalan mereka.Master Wang terpaksa berhenti, dia tidak mungkin mengambil resiko lebih besar dengan menabrak mereka semua. "Maafkan aku Ashraf, tapi kita harus bertarung malam ini." Master Wang menoleh pada Ashraf setelah dia berhasil menginjak rem. Ashraf diam, dia hanya bersiap mengeluarkan senjata yang dia bawa. Karena mereka semua sudah melihat kalau pria-pria yang menghadang di jalan itu membawa senjata masing-masing. Entah itu senjata api atau senjata tajam. "Turun kalian!" teriak salah satu dari pria-pria itu. Tidak lama sebuah tembakan dilepaskan tepat mengenai kaca bagian depan mobil. Alhasil, Ashraf dan tiga anggotanya harus merunduk melindungi kepala. "Sial! mereka lebih agresif rupanya," desis Yoriko yang
Yoriko hanya menghela nafasnya berat, lalu dia menatap Ashraf dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kau tidak perlu mengkhawatirkan aku Ashraf, tenang saja. Kau tidak menjadi penghalang bagi kebahagiaan ku," ucap perempuan itu dengan tenang. Senyuman manis terbit diwajahnya yang cantik itu, membuat siapapun tidak tega melihatnya. Ditengah hatinya yang remuk redam, bibirnya mampu tersenyum manis dengan tulus. "Tak usah di pikirkan, ingat saja untuk melakukan yang terbaik demi misi." Yoriko menepuk pundaknya dua kali lalu berbalik badan meninggalkan pria itu. Ashraf hanya bisa tersenyum getir saat melihat punggung Yoriko semakin menjauh darinya. Tak bisa dipungkiri kalau Ashraf juga merasa sesak saat mendapatkan jawaban Yoriko yang begitu tenang. Dia tidak marah atau memaki-maki dirinya, Yoriko hanya melempar senyuman yang sialnya justru melukai hatinya. "Terbuat dari apa hatimu itu Yoriko? Kenapa kau selalu tenang dan baik padaku?" Ashraf membatin sembari matanya awas memerhatikan
Keesokan harinya Ashraf sudah berpakaian rapi, dia berpapasan dengan Yoriko di koridor markas besar El Abro. Perempuan itu membungkukkan badannya memberi salam dengan sopan."Selamat pagi Tuan Muda," sapa Yoriko dengan formal. Ashraf membalasnya dengan senyuman getir, karena sapaan seperti itu tidak pernah dilontarkan Yoriko sebelumnya. Akan tetapi dia tidak mau membahas masalah itu sekarang, Ashraf harus fokus dalam misi. Itu yang dinginkan Yoriko bukan? Jadi Ashraf berusaha mewujudkannya, begitu pikirnya. "Pagi Yoriko, kau hendak ke mana?" Tanya Ashraf ramah, karena yang jelas hari ini dia tidak memberikan misi atau perintah khusus pada siapapun. "Aku akan bertemu Ashley dan Nona Lizi di halaman belakang, mereka memintaku untuk ikut berlatih bersama anggota yang lain." Yoriko menjawabnya masih dengan nada bicara yang formal. Ashraf tampak berpikir, dia memerlukan seseorang yang bisa dia percaya. Saat ini dia takut salah membagi informasi, bahkan pada Tuan Mun yang sudah lama bek
"Kalau itu terjadi, semuanya bisa berakhir." Ashraf kembali berujar pelan. Yoriko menghentikan kegiatannya, dia menatap lurus wajah Ashraf. Raut wajahnya yang cemas itu justru membuat Yoriko kesal. Dia kemudian melempar wajah Ashraf dengan potongan buah stroberi yang ada di gelas jus miliknya. Tak!"Yoriko!" Pekik Ashraf memegangi dahinya yang habis terkena lemparan. Yoriko sendiri memasang wajah tanpa dosa, dia malah datar memandang Ashraf yang hendak marah. "Kau tampak bodoh jika cemas seperti itu," cibir Yoriko terang-terangan. Ashraf mengeraskan rahangnya, kalau saja bukan teman baik dan hubungan mereka tidak sedang merenggang. Mungkin Ashraf sudah balik melempar sesuatu ke wajah perempuan didepannya ini. "Kalau aku jadi musuhmu, aku pasti akan senang melihat mu mulai cemas dan khawatir seperti ini." Yoriko menambahkan. Ashraf seolah menemukan oase di tengah-tengah gurun saat mendengar kalimat terakhir yang Yoriko ucapkan. Pria itu malah menyunggingkan senyum miring. "Kala
Ashraf panik, dia berlari menuju tubuh Yoriko yang langsung tidak sadarkan diri. Perempuan itu berkorban demi dirinya, Yoriko sangat takut mati. Tapi dia bersedia tertembak demi orang yang dia cintai, yaitu Ashraf. Ashraf memeluk tubuh Yoriko yang mulai lemas. Di rengkuhnya tubuh perempuan berdarah Jepang-Korea Selatan itu. "Yoriko bangun!" Ucapnya berusaha membuat perempuan itu tersadar. Namun tidak ada respon yang diterima dari rekan sekaligus teman baiknya itu. Ashraf menundukkan kepalanya dalam-dalam, dia menyesal. "Sudah aku katakan sebelumnya Yoriko, jangan pernah pertaruhkan nyawa demi cinta. Tapi kau selalu keras kepala."Marco yang juga melihat itu merasa geram, kini hanya ada lima anggota Blair Fulton yang menjaga di sekitar Jeep tempat Tuan Lan dan Xiao juang bersembunyi."Keluar kalian dasar pengecut!" Teriak Marco tidak terima. Dia mengambil alih senapan yang masih dipegang oleh jasad beberapa anggota Blair Fulton yang telah tewas. Marco mulai menembaki para anggota
Tuan Lan dan Xiao Jiang segera bertolak menuju Gangnam begitu proses pemakaman Chen Goufeng dan keluarganya selesai. Kini status Xiao Jiang sendiri cukup terkenal sebagai tunangan mendiang putra perdana menteri. Oleh karena itu Xiao Jiang perlu berhati-hati dalam bertindak di negara asalnya. Akan tetapi tidak ketika dia dan sang ayah berada di Gangnam. Mereka langsung mengepung markas besar El Abro begitu mendapatkan kabar bahwa orang kepercayaan Blair Fulton, Kwon Yuri tewas ditangan Ashraf. Dor!Dor!Dor!Tembakan-tembakan dilepaskan secara tepat sasaran ke arah orang-orang Blair Fulton yang bersembunyi di pepohonan. Setidaknya, Tuan Lan membawa seratus orang anggota Blair Fulton mengepung markas besar El Abro. Hanya lima belas orang saja yang dapat dilihat oleh pihak lawan. Sedangkan sisanya bersembunyi dengan baik, berkamuflase dengan lingkungan tempat sekitar markas besar El Abro. Letak markas yang dikelilingi oleh lahan berisi pepohonan sebagai kamuflase pun memberi jalan ke
Yoriko ditangani dengan baik dan sadar setelah tidak sadarkan diri kurang lebih tiga jam lamanya. Perempuan itu di bius oleh Kwon Yuri begitu dia kalah di dalam penyerangan di hotel milik Senor Hugo. Sebenarnya jika bukan karena jumlah lawan yang tidak sepadan, dan pihaknya tidak dicurigai. Pasti Yoriko tidak akan mudah dibawa oleh orang-orang suruhan Kwon Yuri itu. "Bagaimana keadaan mu Yoriko, apa ada yang masih sakit?" Tanya Ashraf begitu perempuan itu membuka mata. Yoriko tidak segera menjawab, dia malah mengernyitkan dahinya. Merasa heran kenapa Ashraf ada saat dia membuka mata, padahal di ingatan terakhirnya tidak ada pria itu di hotel Senor Hugo. "Ashraf, kau ada di sini?" Tanyanya heran. "Iya aku di sini kenapa? Apa ada yang salah?" Ashraf malah balik bertanya. Sementara di belakangnya ada Ashley dan juga Marco yang tersenyum lebar melihat rekan mereka sadar. "Tidak, maksud ku. Bagaimana kau bisa datang, padahal kau tidak ada di hotel Senor Hugo saat aku di bawa oleh ora
Di tengah-tengah serangan, Ashraf bisa melihat dari kejauhan kalau dia tidak lagi sendirian. Selain Ashley yang memang membantu dirinya, dia bisa melihat ada beberapa anggota yang lain datang membantu. Ashraf tersenyum kecil, dia merasa Tuhan benar-benar ada dengan memberikannya bantuan di tengah keputusasaan dirinya. "Hah! Setidaknya Tuhan mendengar keluhan ku kali ini," gumam Ashraf sembari menatap para musuhnya satu persatu. Kini dia semakin semangat mengalahkan mereka, dia memukul dengan sangat brutal. "Ashraf, biar aku yang mengurus semuanya!" Ashley berkata tegas dari kejauhan. Di tengah kerusuhan dan juga serangan-serangan itu, Ashraf mengangguk paham. Di dekatnya, sudah ada Marco yang merangsek di tengah kerumunan dan juga anak buah Kwon Yuri yang membabi buta. "Mari selamatkan Yoriko Tuan Muda," ajak Marco ketika keadaan didekat mereka mulai terkendali. Ashraf mengangguk, "Ayo!"Keduanya kemudian menarik tali tambang yang mengikat Yoriko. Keduanya menarik tubuh Yoriko
Jiang malah tersenyum lebar ketika melihat tubuh Xiaojun yang ambruk tidak sadarkan diri didepannya. Sedetik kemudian ekspresi wajahnya berubah, dia mendadak berpura-pura panik. "Tolong, siapapun tolong ada yang pingsan di sini!" Teriak Jiang sembari berjongkok di dekat tubuh Xiaojun yang terkapar di lantai rumah sakit. Kondisi koridor rumah saki yang sepi membuat perempuan itu harus berteriak agar mendapatkan bantuan. Tidak lama ada beberapa perawat yang datang dengan tergopoh-gopoh untuk membantu mengangkat tubuh Xiaojun. "Nona keluarga pria ini?" Tanya salah satu perawat begitu tubuh Xiaojun berhasil di pindahkan ke brangkar dan mulai di dorong menuju ruang ICU untuk mendapatkan pertolongan. Jiang mengangguk, "Benar. Aku tunangannya." Perawat itu mengangguk lalu beralih pada Xiaojun yang harus segera mendapatkan pertolongan. Begitu masuk ke ruang ICU, Jiang di hentikan oleh perawat. "Nona silahkan tunggu di luar." Jiang berpura-pura bersedih, dia hanya menatap kosong ke ruan
Ashraf hanya menatap datar dokumen yang ada di depannya. Kemudian dia mengalihkan pandangannya pada Kwon Yuri yang masih menodongkan pistol ke kepala Ashraf. "Tunggu apa lagi Ashraf? Cepat tanda tangani berkas ini!" Kwon Yuri memberikan penekanan pada setiap kalimatnya. Ashraf kemudian melangkah, dia tidak mengalihkan pandangannya ke mana pun. Pria itu masih setia menatap lurus ke arah lawannya. "Apa ucapan mu bisa di pegang Kwon Yuri?" Tanya Ashraf masih tetap dengan nada yang tenang. "Hah! Tentu saja, asalkan kau tanda tangan di berkas itu." Kwon Yuri semakin menekankan nada bicaranya. Ashraf kemudian memperhatikan sekeliling, dia berusaha mencari celah di antara banyaknya anak buah Kwon Yuri yang mengepung dirinya. Ashraf memutar otak, mencari cara terbaik agar bisa lepas dari tekanan Kwon Yuri. Dia bisa saja melakukan perlawanan dengan mudah, akan tetapi Ashraf tidak bisa memastikan keselamatan Yoriko karena tindakannya itu. Akan tetapi Ashraf malah memajukan tubuhnya pada
Ye Siwu tersenyum ramah dan membiarkan seorang pelayan pria yang memang telah dia ajak bekerjasama memberikan botol wine pada keluarga perdana menteri Chen Goufeng. "Permisi Perdana Menteri, aku ingin memberikan wine ini untuk anda." Pelayan itu berkata dengan sopan. Chen Goufeng yang tengah menunggu jawaban dari Xiao Jiang mendecik sebal atas kedatangan pelayan tersebut. Akan tetapi begitu melihat botol yang dibawa, amarah yang semula hendak keluar mendadak reda. "Xiaojun, ini wine yang kau maksud tadi?" Tanya Chen Goufeng pada sang putra. Karena memang sebelum ini, Xiaojun ingin memberikan wine pada sang ayah untuk merayakan pertunangan. Xiaojun yang melihat botol wine serta pelayan yang membawanya mengangguk mengiyakan. "Benar, itu yang aku ingin berikan pada ayah. Lagi pula aku menitipkan ini pada pelayan tadi," jawabnya. Ye Siwu sendiri menahan tawa, menertawakan kebodohan Xiaojun. Karena sebelum memerintah si pelayan, perempuan itu telah memilih siapa orang yang dipercaya
Ashraf hanya menggigit bibir bawahnya menahan emosi yang memuncak. Saat ini dia harus bisa menemukan kembali Yoriko. Akan tetapi dia juga tidak yakin kalau telepon yang dia terima ini akan membawanya pada perempuan itu.Di tengah kebimbangannya, Master Wang yang memang bisa berjalan meski tertatih-tatih itu mendekati Ashraf. "Siapa?" Tanyanya dengan lirih. Ashraf menggedikan bahunya, jawaban kalau dia tidak tahu siapa yang sedang menghubungi dirinya. Master Wang pun paham dengan jawaban yang diberikan. Pria itu berdiri di samping Ashraf, menunggunya menyelesaikan panggilan. ["Ku tanya sekali lagi Ashraf, apa kau mau tahu di mana keberadaan Yoriko?"] Tanya seseorang di seberang sana lagi, mengulangi pertanyaan sebelumnya. Ashraf memejamkan matanya, berpikir keras. Kemudian dia menjawab tenang. "Tentu, jadi katakan di mana perempuan itu?" Tanyanya. ["Kalau kau mau menemuinya, datang lah sendiri ke tempat yang aku katakan. Bagaimana?"]"Ya aku akan ke sana sendirian, jadi cepat ka
Pertunangan Xiao Jiang dan Xiaojun terlaksana dengan baik, keduanya saling bertukar cincin di ikuti oleh sorak sorai para tamu yang ada. Tepukan gemuruh menggema di seluruh gedung tempat acara tersebut digelar. Xiaojun tampak tersenyum lebar, merasa menang atas Xiao Jiang. Dia melirik ke arah sang ayah yang tampak jauh lebih gembira dibanding dirinya. Sementara Xiao Jiang hanya memasang wajah datar. Dia tidak menampilkan ekspresi apa-apa, meskipun para tamu tampak memuji dirinya yang jauh lebih cantik di banding hari-hari biasanya. "Selamat atas pertunangan anda Nona Jiang dan Tuan Muda Cheng!"Para tamu kompak memberikan selamat pada keduanya. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pesta. Akan tetapi Xiao Jiang tidak berniat bergabung dalam kerumunan. Perempuan itu malah duduk di kursi yang ada di sudut ruangan. Memperhatikan sekeliling ruangan beserta para tamu yang tampak menikmati acara tersebut. "Semua orang tampak bersenang-senang, tapi kenapa anda malah ada di sini Nona Jian