"Baiklah kalau begitu, aku akan tanyakan lagi pada Tuan Mun. Sayang sekali kau tampaknya tidak tahu apapun," balas Ashraf yang sudah merasa puas dengan percakapan mereka. Kwon Yuri tampak lebih tenang setelah mendengar kalimat Ashraf. "Ah ya, maafkan aku. Kalian datang jauh-jauh tapi tidak mendapatkan apa yang kalian mau," tandasnya. "Memangnya kau tahu apa yang sedang kita cari Nyonya Kwon?" Tanya Yoriko dengan tenang dan nada yang dingin, dia bahkan menyilangkan kedua tangan didepan dada. Kwon Yuri kembali terdiam, dia merasa seperti telah memasuki perangkap. Wanita itu tampak merutuki kebodohannya sendiri."Aku memang tidak tahu detailnya apa, tapi kalian jelas bertanya tentang pembangunan triangle tower. Jelas aku tidak tahu apapun, jadi ku jawab seperti itu." Yoriko masih dalam posisinya, dia memperhatikan wajah dan gerak-gerik Kwon Yuri dengan seksama. Sementara Ashraf berusaha mencari hal lain yang bisa dijadikan petunjuk di rumah wanita itu. "Atau kalian memerlukan Inform
Ashraf dan Yoriko lalu masuk ke kantor tempat El Abro mengurus semua bisnis-bisnisnya. Kali ini Ashraf sengaja mengunjungi kantor yang beroperasi untuk mengurus bisnis retail El Abro di bidang otomotif. Keduanya masuk dan segera menuju lantai tujuh bangunan kantor, di sana mereka sudah disambut oleh beberapa anggota El Abro. "Selamat siang Tuan Muda," sapa para anggota yang ada. "Siang," balas Ashraf sembari menuju ruang meeting di kantor tersebut. Sementara Yoriko hanya mengekorinya, perempuan itu berdiri di belakang tempat Ashraf duduk. Karena memang Yoriko tidak tahu menahu untuk urusan bisnis, dia fokus pada misi-misi El Abro saja. "Ada perkembangan apa selama satu bulan terakhir?" Tanya Ashraf pada para anak buahnya yang lain. "Semuanya berjalan dengan lancar Tuan Muda, hanya saja kita mendapatkan undangan dari Nona Karalyn Henderson Tuan Muda.""Undangan? Kalau begitu salah satu dari kalian pergi lah," balas Ashraf yang tidak berniat untuk menemui perempuan asli Amerika Ut
Ashraf berlari dengan cepat ke arah orang tersebut terjatuh. Benar saja, dia adalah seorang pria yang mengenakan pakaian tertutup bahkan bagian wajah juga terlindungi dengan baik. Kaki pria itu terluka karena tembakan yang sengaja Ashraf lepaskan tadi. "Siapa kau?" tanya Ashraf sembari berdiri dan menodongkan pistol ke arah kepala pria yang tengah tersungkur di tanah itu. Si pria menoleh pada Ashraf, matanya bergerak-gerak gelisah. Tapi dia tidak lekas menjawab, dia malah diam dan menatap Ashraf dengan tatapan permusuhan. "Sekali lagi aku tanya, siapa kau?" tanya Ashraf masih dengan posisi dan nada yang sama, dingin serta datar. "Bukan urusanmu! kau tidak perlu tahu siapa aku!" jawab pria itu sembari berteriak. Ashraf paham hal tersebut, sepertinya pria didepannya ini sengaja memberikan kode pada rekannya yang lain. Mungkin saja ada banyak orang yang bersembunyi di sekitar sana. "Oh kau tidak mau menjawab rupanya," balas Ashraf sembari menyunggingkan senyum miring. Tidak lama,
Ashraf dan Yoriko segera kembali ke markas besar El Abro untuk beristirahat, senja sudah tiba saat mereka kembali. Atas bantuan dari Marco dan beberapa anggota yang lain, mereka bisa kembali dengan selamat. "Ashraf, mobil mu sudah di bawa ke bengkel oleh anggota yang lain." Yoriko berujar saat mereka berjalan dari halaman markas menuju ke teras. "Iya, aku percayakan semuanya pada mereka." Ashraf mengangguk, dia masih berjalan dengan langkah yang lebar-lebar untuk masuk ke dalam bangunan markas. Ashraf sendiri memilih untuk langsung pergi ke ruang kerjanya. Pria itu harus membersihkan diri karena memang pakaian yang dia kenakan kotor karena darah si pengintai tadi. Sementara Yoriko harus menemui Master Wang untuk membahas undangan dari Karalyn. Setelah keduanya berpisah di koridor yang membagi bagian-bagian markas. Ashraf segera naik ke lantai dua bangunan utama markas. Sementara itu Yoriko pergi ke bangunan sayap kiri markas besar. Dia sudah menghubungi Master Wang untuk meminta b
Ashraf dan Yoriko saling pandang, cukup terkejut dengan apa yang disampaikan oleh Jung Soo Hyun. Kabar seperti itu juga tidak pernah mereka duga sebelumnya. "Ah benarkah?" tanya Ashraf memastikan lagi. "Ck! iya, kau pasti terkejut bukan? aku juga begitu saat pertama kali mendengarnya." Jung Soo Hyun geleng-geleng kepala mengingatnya. Ditengah-tengah kebingungan dan keterkejutan itu, Karalyn si pemilik acara baru saja menampakkan batang hidungnya. Perempuan cantik itu tampak menawan dengan dress merah selutut dipadu dengan blazer hitam metalik.Karalyn tersenyum dari kejauhan, dia mendekat pada Ashraf, Yoriko dan Jung Soo Hyun yang tengah berbincang. "Kalian sudah datang rupanya. Tuan Jung, Tuan Muda." Karalyn menyapa kedua pemimpin mafia itu sembari menyalami keduanya secara bergantian. Jung Soo Hyun dan Ashraf mengangguk dan menerima jabatan tangan Karalyn dengan ramah. "Iya Nona Henderson," jawab Jung Soo Hyun sementara Ashraf hanya tersenyum menanggapi sapaan dari perempuan i
Mendengar perkataan Karalyn, Yoriko juga merasa terkejut. Tanpa sepengetahuan Ashraf, perempuan itu merekam semuanya dan mengirimkannya pada Lizi. Yoriko ingin Lizi tahu dan segera memeriksa kondisi keuangan El Abro di dua sektor bisnis tersebut. Bisnis alkohol dan senjata, karena di dua sektor tersebut El Abro memiliki saham yang cukup besar. "Apa yang sedang perempuan itu katakan sebenarnya?" Yoriko membatin, sembari terus mendengarkan. "Tiga keluarga itu adalah... Keluarga Jinping, Millema, dan keluarga Ahn!" Karalyn menutup penjelasannya di depan. Semua orang cukup terkejut dengan apa yang dikatakan olehnya. Tiga keluarga yang disebutkan tadi adalah keluarga mafia yang terkenal jujur. Mereka juga tiga keluarga besar yang berkuasa di Tiongkok, Eropa serta Korea.Mansion tersebut riuh seketika, semua tamu yang hadir sibuk berdiskusi masing-masing dengan partner yang mereka percayai. "Bagaimana bisa Karalyn menyebut kelurga Ahn? Apa dia tidak tahu kalau keluarga itu salah satu ke
Karalyn diam, dia tidak berani melawan Ashraf. Juga dengan para tamu yang lain, tidak ada satupun dari mereka yang berani menentang atau mempertanyakan keputusan Ashraf malam itu. "Aku ingatkan pada kalian semua, jangan berbuat keributan di dalam aliansi ini apapun bentuknya. Karena siapapun yang merugikan pihak lain, tidak akan pernah selamat dari ku!" Tegas Ashraf kemudian turun dari tempatnya berdiri. Ashraf meninggalkan Karalyn yang masih berdiri di tempatnya sembari mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Dia merasa terhina atas sikap Ashraf yang sama sekali tidak memihak dirinya. Lebih-lebih lagi perkataan Ashraf terdengar seperti sebuah peringatan baginya. Akan tetapi Ashraf tidak peduli, dia malah menarik tangan Yoriko agar pergi dari mansion tersebut. "Ayo pergi Yoriko," ajak Ashraf sembari menarik tangan Yoriko pelan. Perempuan itu tidak sempat berbicara apa-apa, dia hanya bisa mengekor di belakang tubuh Ashraf. Keduanya berjalan meninggalkan mansion beserta acara malam itu t
Ashraf dan Yoriko memutuskan untuk menginap satu malam di Bulacan. Baru besok pagi-pagi mereka akan kembali ke Gangnam. "Kepalaku rasanya ingin pecah," lirih Ashraf sembari memijit pelipisnya perlahan. Keduanya memang ada di satu kamar yang sama. Meskipun berbeda tempat tidur, lagi pula Ashraf sengaja memesan satu kamar karena tahu ada banyak bahaya yang mungkin terjadi ketika mereka tertidur. Lebih-lebih lagi, mereka hanya pergi berdua ke Bulacan tanpa ada pengawalan dari anggota El Abro. Yoriko yang baru saja keluar pun segera mendekati Ashraf yang duduk di dekat pintu mengarah ke balkon. "Kau kenapa Ashraf?" Tanya Yoriko sembari memperhatikan pria itu. Ashraf mendongakkan kepalanya, dia menatap wajah Yoriko satu. "Kepalaku sangat sakit Yoriko, seperti hendak pecah saja."Mendengar jawaban itu, Yoriko tidak menjawab apa-apa. Dia malah berjalan ke arah tas miliknya dan mengambil obat pribadinya serta segelas air putih. "Ini, minumlah!" Perintah Yoriko sembari menyodorkan obat d
Ashraf panik, dia berlari menuju tubuh Yoriko yang langsung tidak sadarkan diri. Perempuan itu berkorban demi dirinya, Yoriko sangat takut mati. Tapi dia bersedia tertembak demi orang yang dia cintai, yaitu Ashraf. Ashraf memeluk tubuh Yoriko yang mulai lemas. Di rengkuhnya tubuh perempuan berdarah Jepang-Korea Selatan itu. "Yoriko bangun!" Ucapnya berusaha membuat perempuan itu tersadar. Namun tidak ada respon yang diterima dari rekan sekaligus teman baiknya itu. Ashraf menundukkan kepalanya dalam-dalam, dia menyesal. "Sudah aku katakan sebelumnya Yoriko, jangan pernah pertaruhkan nyawa demi cinta. Tapi kau selalu keras kepala."Marco yang juga melihat itu merasa geram, kini hanya ada lima anggota Blair Fulton yang menjaga di sekitar Jeep tempat Tuan Lan dan Xiao juang bersembunyi."Keluar kalian dasar pengecut!" Teriak Marco tidak terima. Dia mengambil alih senapan yang masih dipegang oleh jasad beberapa anggota Blair Fulton yang telah tewas. Marco mulai menembaki para anggota
Tuan Lan dan Xiao Jiang segera bertolak menuju Gangnam begitu proses pemakaman Chen Goufeng dan keluarganya selesai. Kini status Xiao Jiang sendiri cukup terkenal sebagai tunangan mendiang putra perdana menteri. Oleh karena itu Xiao Jiang perlu berhati-hati dalam bertindak di negara asalnya. Akan tetapi tidak ketika dia dan sang ayah berada di Gangnam. Mereka langsung mengepung markas besar El Abro begitu mendapatkan kabar bahwa orang kepercayaan Blair Fulton, Kwon Yuri tewas ditangan Ashraf. Dor!Dor!Dor!Tembakan-tembakan dilepaskan secara tepat sasaran ke arah orang-orang Blair Fulton yang bersembunyi di pepohonan. Setidaknya, Tuan Lan membawa seratus orang anggota Blair Fulton mengepung markas besar El Abro. Hanya lima belas orang saja yang dapat dilihat oleh pihak lawan. Sedangkan sisanya bersembunyi dengan baik, berkamuflase dengan lingkungan tempat sekitar markas besar El Abro. Letak markas yang dikelilingi oleh lahan berisi pepohonan sebagai kamuflase pun memberi jalan ke
Yoriko ditangani dengan baik dan sadar setelah tidak sadarkan diri kurang lebih tiga jam lamanya. Perempuan itu di bius oleh Kwon Yuri begitu dia kalah di dalam penyerangan di hotel milik Senor Hugo. Sebenarnya jika bukan karena jumlah lawan yang tidak sepadan, dan pihaknya tidak dicurigai. Pasti Yoriko tidak akan mudah dibawa oleh orang-orang suruhan Kwon Yuri itu. "Bagaimana keadaan mu Yoriko, apa ada yang masih sakit?" Tanya Ashraf begitu perempuan itu membuka mata. Yoriko tidak segera menjawab, dia malah mengernyitkan dahinya. Merasa heran kenapa Ashraf ada saat dia membuka mata, padahal di ingatan terakhirnya tidak ada pria itu di hotel Senor Hugo. "Ashraf, kau ada di sini?" Tanyanya heran. "Iya aku di sini kenapa? Apa ada yang salah?" Ashraf malah balik bertanya. Sementara di belakangnya ada Ashley dan juga Marco yang tersenyum lebar melihat rekan mereka sadar. "Tidak, maksud ku. Bagaimana kau bisa datang, padahal kau tidak ada di hotel Senor Hugo saat aku di bawa oleh ora
Di tengah-tengah serangan, Ashraf bisa melihat dari kejauhan kalau dia tidak lagi sendirian. Selain Ashley yang memang membantu dirinya, dia bisa melihat ada beberapa anggota yang lain datang membantu. Ashraf tersenyum kecil, dia merasa Tuhan benar-benar ada dengan memberikannya bantuan di tengah keputusasaan dirinya. "Hah! Setidaknya Tuhan mendengar keluhan ku kali ini," gumam Ashraf sembari menatap para musuhnya satu persatu. Kini dia semakin semangat mengalahkan mereka, dia memukul dengan sangat brutal. "Ashraf, biar aku yang mengurus semuanya!" Ashley berkata tegas dari kejauhan. Di tengah kerusuhan dan juga serangan-serangan itu, Ashraf mengangguk paham. Di dekatnya, sudah ada Marco yang merangsek di tengah kerumunan dan juga anak buah Kwon Yuri yang membabi buta. "Mari selamatkan Yoriko Tuan Muda," ajak Marco ketika keadaan didekat mereka mulai terkendali. Ashraf mengangguk, "Ayo!"Keduanya kemudian menarik tali tambang yang mengikat Yoriko. Keduanya menarik tubuh Yoriko
Jiang malah tersenyum lebar ketika melihat tubuh Xiaojun yang ambruk tidak sadarkan diri didepannya. Sedetik kemudian ekspresi wajahnya berubah, dia mendadak berpura-pura panik. "Tolong, siapapun tolong ada yang pingsan di sini!" Teriak Jiang sembari berjongkok di dekat tubuh Xiaojun yang terkapar di lantai rumah sakit. Kondisi koridor rumah saki yang sepi membuat perempuan itu harus berteriak agar mendapatkan bantuan. Tidak lama ada beberapa perawat yang datang dengan tergopoh-gopoh untuk membantu mengangkat tubuh Xiaojun. "Nona keluarga pria ini?" Tanya salah satu perawat begitu tubuh Xiaojun berhasil di pindahkan ke brangkar dan mulai di dorong menuju ruang ICU untuk mendapatkan pertolongan. Jiang mengangguk, "Benar. Aku tunangannya." Perawat itu mengangguk lalu beralih pada Xiaojun yang harus segera mendapatkan pertolongan. Begitu masuk ke ruang ICU, Jiang di hentikan oleh perawat. "Nona silahkan tunggu di luar." Jiang berpura-pura bersedih, dia hanya menatap kosong ke ruan
Ashraf hanya menatap datar dokumen yang ada di depannya. Kemudian dia mengalihkan pandangannya pada Kwon Yuri yang masih menodongkan pistol ke kepala Ashraf. "Tunggu apa lagi Ashraf? Cepat tanda tangani berkas ini!" Kwon Yuri memberikan penekanan pada setiap kalimatnya. Ashraf kemudian melangkah, dia tidak mengalihkan pandangannya ke mana pun. Pria itu masih setia menatap lurus ke arah lawannya. "Apa ucapan mu bisa di pegang Kwon Yuri?" Tanya Ashraf masih tetap dengan nada yang tenang. "Hah! Tentu saja, asalkan kau tanda tangan di berkas itu." Kwon Yuri semakin menekankan nada bicaranya. Ashraf kemudian memperhatikan sekeliling, dia berusaha mencari celah di antara banyaknya anak buah Kwon Yuri yang mengepung dirinya. Ashraf memutar otak, mencari cara terbaik agar bisa lepas dari tekanan Kwon Yuri. Dia bisa saja melakukan perlawanan dengan mudah, akan tetapi Ashraf tidak bisa memastikan keselamatan Yoriko karena tindakannya itu. Akan tetapi Ashraf malah memajukan tubuhnya pada
Ye Siwu tersenyum ramah dan membiarkan seorang pelayan pria yang memang telah dia ajak bekerjasama memberikan botol wine pada keluarga perdana menteri Chen Goufeng. "Permisi Perdana Menteri, aku ingin memberikan wine ini untuk anda." Pelayan itu berkata dengan sopan. Chen Goufeng yang tengah menunggu jawaban dari Xiao Jiang mendecik sebal atas kedatangan pelayan tersebut. Akan tetapi begitu melihat botol yang dibawa, amarah yang semula hendak keluar mendadak reda. "Xiaojun, ini wine yang kau maksud tadi?" Tanya Chen Goufeng pada sang putra. Karena memang sebelum ini, Xiaojun ingin memberikan wine pada sang ayah untuk merayakan pertunangan. Xiaojun yang melihat botol wine serta pelayan yang membawanya mengangguk mengiyakan. "Benar, itu yang aku ingin berikan pada ayah. Lagi pula aku menitipkan ini pada pelayan tadi," jawabnya. Ye Siwu sendiri menahan tawa, menertawakan kebodohan Xiaojun. Karena sebelum memerintah si pelayan, perempuan itu telah memilih siapa orang yang dipercaya
Ashraf hanya menggigit bibir bawahnya menahan emosi yang memuncak. Saat ini dia harus bisa menemukan kembali Yoriko. Akan tetapi dia juga tidak yakin kalau telepon yang dia terima ini akan membawanya pada perempuan itu.Di tengah kebimbangannya, Master Wang yang memang bisa berjalan meski tertatih-tatih itu mendekati Ashraf. "Siapa?" Tanyanya dengan lirih. Ashraf menggedikan bahunya, jawaban kalau dia tidak tahu siapa yang sedang menghubungi dirinya. Master Wang pun paham dengan jawaban yang diberikan. Pria itu berdiri di samping Ashraf, menunggunya menyelesaikan panggilan. ["Ku tanya sekali lagi Ashraf, apa kau mau tahu di mana keberadaan Yoriko?"] Tanya seseorang di seberang sana lagi, mengulangi pertanyaan sebelumnya. Ashraf memejamkan matanya, berpikir keras. Kemudian dia menjawab tenang. "Tentu, jadi katakan di mana perempuan itu?" Tanyanya. ["Kalau kau mau menemuinya, datang lah sendiri ke tempat yang aku katakan. Bagaimana?"]"Ya aku akan ke sana sendirian, jadi cepat ka
Pertunangan Xiao Jiang dan Xiaojun terlaksana dengan baik, keduanya saling bertukar cincin di ikuti oleh sorak sorai para tamu yang ada. Tepukan gemuruh menggema di seluruh gedung tempat acara tersebut digelar. Xiaojun tampak tersenyum lebar, merasa menang atas Xiao Jiang. Dia melirik ke arah sang ayah yang tampak jauh lebih gembira dibanding dirinya. Sementara Xiao Jiang hanya memasang wajah datar. Dia tidak menampilkan ekspresi apa-apa, meskipun para tamu tampak memuji dirinya yang jauh lebih cantik di banding hari-hari biasanya. "Selamat atas pertunangan anda Nona Jiang dan Tuan Muda Cheng!"Para tamu kompak memberikan selamat pada keduanya. Setelah itu acara dilanjutkan dengan pesta. Akan tetapi Xiao Jiang tidak berniat bergabung dalam kerumunan. Perempuan itu malah duduk di kursi yang ada di sudut ruangan. Memperhatikan sekeliling ruangan beserta para tamu yang tampak menikmati acara tersebut. "Semua orang tampak bersenang-senang, tapi kenapa anda malah ada di sini Nona Jian