Tangan Sadewa kini mendekap tangan Nadina sementara matanya terus menatap Nadina dengan perasaan yang tiba-tiba muncul dalam hatinya. “Mas, lepas. Nadina tidak bisa seperti ini,” elak Nadina sambil terus berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Sadewa. Namun sayang, semakin ia berusaha untuk melepasnya, semakin kuat Sadewa mencengkeram dan bersumpah tak akan melepasnya. “Nadina, kenapa kamu mempertahankan sesuatu yang amat rapuh? Kamu untuk saya, sedang Nadhif untuk wanita itu, tak akan ada yang sakit atas keputusanmu meninggalkannya,” ujar Sadewa. “Mas, semua tidak semudah itu! Nadina memang pernah mencintai Mas Dewa, tapi itu sulit untuk sekarang. Nadina mohon jangan memaksa,” “Tunggu! Apa maksud kalian? Nadina? Sudah menikah?!” sergah kedua kawan Nadina yang rupanya sedari tadi menguping di balik pintu. “Hei! Sadewa berbohong bukan?! Mana mungkin kau menikah tanpa sepengetahuan kami, Nadina?! Lelaki mana yang tega merebut kawan kami tanpa seizin kami?!” sergah Berlin. “J
Baca selengkapnya