All Chapters of Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa: Chapter 111 - Chapter 120

334 Chapters

Keputusan yang Tidak Indah

“Apa Otiz terluka?” tanya Ruby, mengalihkan perhatian agar tidak menangis.“Ya, dan memerlukan operasi di kepalanya.” Ed mengangguk.“Oh? Apa sangat parah?” Ruby sejenak mengkhawatirkan orang lain, bukan keadaannya sendiri.“Ya, karena itu aku sangat marah pada Pedro dan Marco. Kesalahan mereka terlalu besar untuk dimaafkan. Berani sekali mereka tidak mendengar peringatanku.” Ed mendesis, lalu meraih ponselnya. Menghubungi seseorang, membahas Marco Reyes dengan nada berapi-api.Ruby memalingkan wajah. Itu alasannya. Ruby menemukannya. Ia tidak tahu apakah Ed bisa memaafkannya.Kemarahan itu membuat Ruby sadar kalau saat ini yang terpenting bukan dirinya sendiri tapi bayi yang ada dalam kandungannya. Anak itu harus selamat. Ruby tahu ia tidak akan bisa melawan kalau Ed memutuskan tidak menginginkannya.“Kalau kau sibuk, pergi saja. Aku akan tidur setelah ini,” kata Ruby, masih lancar karena keputusannya sudah bulat.“Kau akan ada di sini sendiri.” Ed menolak tentu.“Aku… menghubungi ay
last updateLast Updated : 2023-09-14
Read more

Tidak Ingin Tapi Harus

“Buku? Astaga, membosankan sekali! Hobinya seperti orang tua.” Liz menanggapi dengan ketus sambil menggelengkan kepala. “Dengarkan!” Esli menyuruhnya diam. Ruby yang sudah sulit bicara, berterima kasih dalam hati. Ia tidak membutuhkan interupsi yang membuatnya tidak rela. Mengembalikan Ed pada Liz saja sudah sulit, melihat Liz mencela Ed membuatnya lebih tidak rela lagi. Tapi Ruby terus mengingatkan diri kalau saat ini ada nyawa lain yang harus diperhitungkan. “Ed juga sangat menyukai kopi, tapi katanya ia mencoba untuk lebih menyukai teh.” Hanya fakta random kecil, tapi Ruby kembali tercekat, kali ini air matanya turun. Ruby menunduk, berpura-pura memperbaiki tali mantel agar tidak terlihat. “Ed juga suka menunggang kuda. Ia mungkin akan sering berada di pantai. Untuk menghibur diri karena kematian Javier.” Air mata Ruby semakin deras, karena teringat kebaikan lain yang diterimanya saat ada di rumah itu. Meski singkat ia menerima kasih sayang dari Javier, Tita bahkan dua pelay
last updateLast Updated : 2023-09-14
Read more

Teh yang Tidak Ada

“Apa kau tahu apa yang membuatmu masih bernapas sampai saat ini?” tanya Ed, sambil menurunkan kakinya yang tadi saling menumpang.Di depannya, Marco sedang gemetar dan berlutut, tampak menggeleng. Ia bersyukur atas keadaan itu, tapi memang tidak tahu.Wajahnya yang tampan dan simpatik bukan hanya tidak bisa dikenali tapi berubah bentuk. Hidungnya yang mancung berbelok karena patah. Ed menendangnya tadi. Karena luka di bahunya, Ed lebih banyak menendang memang.“Mayte. Aku tidak berhutang apapun padanya, tapi rasanya salah kalau langsung membunuhmu tanpa menimbang masa lalu,” kata Ed.“Don Rosas, saya tidak akan melakukan ini kalau Pedro tidak memancing. Saya hanya…”“Aku tidak peduli siapa memancing siapa, dan akui saja kalau kau memang ingin menentangku. Kau bahkan membantu keluarga Carlos untuk kabur bukan? Aku membiarkannya. Tidak mengejar karena istriku baik-baik saja setelah itu. Tapi kau dengan bodoh mencoba lagi?”Ed menampar kepala Marco yang langsung menggeleng.“Saya tidak m
last updateLast Updated : 2023-09-15
Read more

Tidak Ingin Berahasia Lagi

“Eh? Ini?” Liz tentu saja memaki dalam hati. Ia memakai ponselnya yang biasa karena tidak ingin menggantinya juga. Semua foto dan kontak temannya ada di sana, tapi mungkin ia harus menukar kemarin, bukan hanya pakaian.“Aku… Padre memberikannya padaku. Jadi aku membuang yang lama.” Liz beralasan dengan lega.“Membuang?” Ed mengangkat alisnya. Heran karena ingat betul bagaimana Liz begitu menyukai ponsel pemberiannya itu.“Ya. Aku lebih suka yang ini. Modelnya baru dan cantik.” Liz memamerkan aneka batu berkilau di bagian belakang ponsel itu.“Oh, aku juga mengganti nomornya. Kata ayahku untuk keamanan. Kemarikan ponselmu.” Liz mengulurkan tangan. Semakin lancar beralasan setelah mendapat jawaban yang menurutnya benar.Ed masih sangat heran, tapi memberikan ponselnya. Menatap dengan kerutan kening saat Liz memasukkan nomor baru di bawah nama Liz. Ia sudah mendapat nomor ponsel Ed dari Esli, jadi tidak terlalu mencurigakan.“Kau kemarin menolak saat aku menawarkan model yang lain maupun
last updateLast Updated : 2023-09-15
Read more

Tidak Akan Menolak

“LIZ!” Ed membuka pintu dan menerobos masuk “Apa?” Liz sudah duduk, menurunkan ponselnya. Heran melihat Ed kembali napas terengah.“Kau…” Ed menghampiri Liz sambil menunjuk.“Kau memang marah padaku bukan?” tanya Ed.Liz mengerutkan kening, tidak bertanya lagi karena ingin mendengar apa yang dikatakan Ed. Saat tidak tahu tentang apa pun, yang paling benar adalah menunggu dan mendengar.“Angelo… Aku bertemu dengannya. Aku sudah tahu,” kata Ed, sambil duduk pada kursi yang tadi malam ditinggalkannya.Ed mengusap wajahnya, denyutan rasa sakit di sisi wajahnya yang rusak itu kembali, karena ia harus memutuskan sesuatu yang diakibatkan oleh luka itu.“Kau masih tidak menginginkannya?” tanya Ed, sambil meraih tangan Liz. Ia ingat Liz hari itu juga mengatakan tidak ingin hamil. Pantas kalau sikapnya aneh.Tapi Liz yang ini tidak mungkin paham. Liz hanya bisa diam. Ia masih menebak kemana arah percakapan itu. Ia bahkan tidak mengenal siapa Angelo yang disebut Ed.“Aku… bukan tidak mengingink
last updateLast Updated : 2023-09-16
Read more

Tidak Menentang Untuk Saat Ini

“Kau tidak merasa mual atau ingin muntah bukan?” Ed bertanya pada Liz yang duduk di sampingnya. Mobil yang mereka tumpangi melaju cukup kencang, dan separuh perjalanan telah dilewati dengan sangat lancar, dan ini aneh.Karena Liz tampak baik-baik saja. Jarak rumah sakit yang tadi cukup jauh dari rumah Ed, karena kemarin ia membawa Liz ke rumah sakit terdekat dari gudang tempat Pedro disekap.Ed sangat tidak biasa melihat Liz baik-baik saja selama perjalanan. Sejak tadi Liz terus mengetik dan membaca tanpa masalah. “Aku tidak mual lagi.” Liz mengangkat bahu, sama sekali tidak mengalihkan perhatiannya dari layar ponsel.“Apa dokter memberimu obat anti mual?” tanya Ed.“Ya.” Liz menjawab ala kadarnya. Ia mengira Ed tengah membahas mual akibat kehamilannya.“Pantas saja.” Ed tidak mempermasalahkannya lagi. Masih masuk akal.Tapi kemudian menemukan hal yang tidak normal lainnya.“Sebenarnya kau melakukan apa? Sejak tadi kau menghubungi siapa?” tanya Ed.Penasaran tentu. Tidak biasanya ia
last updateLast Updated : 2023-09-16
Read more

Tidak Ganas Sama Sekali

“Aku terkutu? Kau bercanda? Jari itu seharusnya menunjuk ke wajahmu sendiri!” bentak Liz.Bentakan yang mengagetkan. Tapi Ed tidak terlalu heran setelahnya, ingat bagaimana Liz kemarin juga sudah cukup berani melawan Mia saat ada di gudang tempat menyekap Pedro.“Kau berani melawanku sekarang?! Jalang ini akhirnya menunjukkan wajah aslinya!” Mia tentu saja langsung murka.“Jalang? Lucu. Kau yang menikah dengan pemerkosa, itu berarti kau yang jalang! Kau jalang sampai menerima pria menjijikkan itu menjadi suami. Kau gatal dan hanya ingin pelukan tidak peduli prianya seperti apa!” Liz tahu apa yang terjadi dengan detail karena Esli sempat bertanya pada Ruby tentang kejadian apa yang membuatnya ada di rumah sakit. Tapi tentu bentakan bertubi-tubi dibarengi hinaan itu mengagetkan. Tidak ada yang menyangka bisa diucapkan oleh Liz.Ruang depan itu sunyi. Tita, Ed, bahkan Mia termangu menatap Liz.“Kau…kau…” Mia merah padam, tapi etrlalu shock untuk membalasnya.“Tia!” Ed menegur, tapi Mia t
last updateLast Updated : 2023-09-17
Read more

Terasa Tidak Sama

Ed menatap Liz dalam keremangan dan perlahan kembali berbaring.“Itu… Selamat tidur.” Ed menarik tubuh Liz dan memeluknya. Tidak langsung memejamkan mata tapi, karena tidak bisa menghapus rasa janggal dari bibirnya.Ciuman itu seharusnya tidak salah, tidak aneh juga. Normal seperti biasanya, tapi entah kenapa Ed tidak merasa pas. Ada sesuatu yang tidak sama.Perbedaan kecil. Tarikan nafas ataupun cara bibir Liz bergerak berbeda. Ed biasanya paham apa yang diinginkan Liz setelah itu. Liz akan menahan nafas, atau saat sedang menginginkannya maka nafas itu akan menjadi lebih memburu.Liz saat ini sangat tenang. Seperti permukaan air yang tidak terusik. “Itu hanya ciuman.” Ed membatin sambil memejamkan mata.Ia meributkan sesuatu yang tidak perlu. Bisa saja Liz hanya sedang lelah, atau mungkin dirinya yang terlalu lelah, sampai mempermasalahkan hal remeh.Ed memutuskan untuk membuang rasa janggal itu. Ciuman adalah ciuman, tidak perlu diperdebatkan sampai jauh. Yang penting Liz ada da
last updateLast Updated : 2023-09-17
Read more

Tidak Boleh Menyentuh

Esli tidak membawa Liz ke rumah sakit besar, tapi klinik yang cukup modern. Dan pada titik itu Ed sudah tidak lagi peduli, dan tidak tahu. Otaknya seakan berhenti berfungsi saat melihat darah itu.Bahkan Ed tidak bereaksi—tidak mampu berkomentar saat dokter menjelaskan tentang keadaan Liz. Hanya memandang saat dokter mengucapkan belasungkawa dengan suara serak, menyebut bagaimana kandungan Liz tidak bisa diselamatkan.Ia juga tidak menoleh memandang Esli yang berduka cita di sampingnya, menangis sambil menutup wajahnya.“Di mana Liz?” Ed sedikit bisa berfungsi setelah dokter itu selesai, dan menunggu apakah ada hal lain yang ditanyakan.“Silakan. Kami sudah memindahkannya ke kamar rawat.” Dokter itu menunjukkan kamar di mana Liz.“Anda yang menemuinya dulu. Saya nanti saja, belum tega.” Esli menggeleng sambil memalingkan wajah dan menjauh. Tanpa perlu suruhan pun, Ed akan masuk. Dan begitu pintu tertutup, Esli tersenyum puas. Ia melambai pada dokter yang tadi bicara, menunjukkan cata
last updateLast Updated : 2023-09-18
Read more

Tidak Harus Menggenggam

“Kau mau kemana?” tanya Ed, saat melihat Liz keluar dari rumah memakai jaket panjang dan sepatu hak tinggi. Ed baru saja pulang dan mereka bertemu di pintu depan. Liz melirik dengan mata yang telah berbalut glitter. “Bukan urusanmu!” Liz dengan ketus membalas, lalu berbalik, tapi Ed menyambar tangannya. “Liz, hentikan ini! Belum cukupkah kau menghukumku? Ini sudah hampir setengah tahun. Kembali padaku.” Ed menarik tangan Liz, mendekat agar bisa memeluk tubuhnya. Ed menahan diri, membiarkan Liz melakukan apapun yang ingin dilakukannya. Tidak pernah melarang. Satu-satunya hal yang dilakukan Ed adalah menyuruh anak buahnya mengawasi agar tidak ada hal buruk. Ed bisa bersabar, tapi enam bulan seharusnya cukup. Ed ingin setidaknya Liz diam dan mereka bisa bicara. Tapi Liz sama sekali tidak tersentuh, ia mendorong Ed menjauh. Menolak gesture menenangkan itu, membalas dengan amarah. “Belum cukup! Bahkan sekarang saja kau masih mencoba untuk melarangku. Apa kau baru puas kalau aku ter
last updateLast Updated : 2023-09-18
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
34
DMCA.com Protection Status