All Chapters of Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa: Chapter 121 - Chapter 130

334 Chapters

Tidak Ingin Melepaskan

Ed mengusap debu yang menutupi nama Javier. Musim penghujan membuat batu nisan yang ada di makam itu terlihat kotor. Apalagi nisan Javier berwarna hitam.“Saya akan meminta agar dibersihkan,” kata Otiz. Ia berdiri di belakang Ed sejak tadi, dan kini mengulurkan karangan bunga yang dibawanya. Tangannya penuh. Ia juga membawa payung untuk Ed, karena memang hari itu mendung.Ed meletakkan karangan bunga berwarna dominan kuning itu di atas makam. Javier tidak pernah menyebut ia menyukai bunga apa, tapi Ed membawa kuning, warna cerah dan bahagia seharusnya. Karena Javier adalah itu. Cerah dan bahagia.Ed lalu kembali mengusap nama Javier, tapi bukan lagi karena noda. Hanya berusaha mencari sesuatu untuk disentuh. Sesautu yang tidak berupa bayangan yang bisa menghilang.“Berat… tidak lagi menyenangkan tanpamu,” gumam Ed. Ia tidak ingin mengeluh. Biasanya juga ia tidak pernah membicarakan hal berat saat menemui Javier, tapi harinya berat tadi. Ed ingin mengeluh. Ia tidak punya cara mengeluh
last updateLast Updated : 2023-09-19
Read more

Tidak Menemukan yang Lain

“AJ! Jangan membaca saat makan! Kau akan terlambat!” Ruby menegur untuk yang kedua kali karena putra semata wayangnya itu tidak juga menghabiskan sarapan, padahal hanya roti dengan selai kacang. AJ yang memang menyelundupkan salah satu buku miliknya ke atas meja, perlahan menyingkirkannya. Tidak membantah dan langsung mengunyah sisa sarapannya. “Aku tahu kau sudah bisa membaca dan suka membaca. Itu bukan hal buruk, tapi tidak saat kau akan berangkat ke sekolah. Kita akan terlambat kalau kau makan seperti siput.” Ruby tentu saja merasa buruk setelah membentak, dan memberi penghiburan lembut sambil mengusap kepala mungil berambut ikal itu. Ia juga memberi kecupan di kening. Tidak ingin anaknya itu cemberut sepanjang hari. AJ pada dasarnya riang, tapi kalau sudah kesal ia akan sangat diam. Ruby kelabakan kalau sudah seperti itu, karena ia tidak punya teman bicara lain saat di rumah, sebelum AJ menjadi lega. “Ayo, cepat.” Ruby dengan tergesa mengunci pintu, lalu menaikan zipper jake
last updateLast Updated : 2023-09-19
Read more

Tidak Mungkin tapi Ada

“Apa keinginanku belum jelas sampai kau ingin aku datang ke sini?” tanya Ed, sambil duduk dalam naungan gazebo aestetik di taman samping rumah mewah milik Russel. Pria yang harus ditemuinya di New York.Russel adalah rantai baru dalam distribusi barangnya, tapi sedikit rewel dan mendesak ingin bicara langsung padanya.Ed tidak ingin sebenarnya, tapi ia juga tidak mau kehilangan jumlah besar keuntungannya. Dari beberapa pilihan yang diajukan Marco, Russel memiliki jaringan yang lumayan luas. Pilihan yang lain belum ada yang kelasnya menyamai Russel.“Saya ingin bertemu langsung dengan Anda, Don Rosas. Saya pebisinis yang menyukai kedekatan relasi. Kalau kita akan bekerja sama, maka saya ingin kita bisa bertemu muka. Paling tidak menyapa secara langsung,” kata Russel.“Lalu bagaimana? Kau terpesona memandangku?” tanya Ed, sambil melepaskan kaca mata hitamnya. Memperlihatkan wajahnya yang sebenarnya sudah membaik. Ed menjalankan saran Diego yang lain dua tahun lalu. Diego mengusulkan op
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more

TIdak Takut Karena Seperti Pangeran

Selain gila, Ed juga merasa kalau mungkin luka yang dideritanya itu membuatnya hampir mati. Seharusnya mustahil, tapi bagaimana mungkin ia melihat Javier di hadapannya?Ed merasa lebih masuk akal kalau saat ini ia tengah mengalami halusinasi dan mengulang masa-masa kehidupannya karena sekarat.Jadi masuk akal kalau ia melihat Javier yang masih bocah.Tapi setelah lima detik saling memandang, Ed sadar kalau anak itu bermata hijau. Mata Javier tidak hijau, dan tidak mungkin ia mati hanya karena ujung telinganya hancur, juga ia kurus. Javier lebih gembul saat kecil.Tapi selain itu, ia mirip sekali dengan Javier. Bahkan rambutnya ikal. Sama dengan dirinya.“Mister, kau terluka.”Bocah itu akhirnya bicara, dan Ed lega ia tidak bermimpi. Ia tidak berhalusinasi tentang Javier. Bocah itu berbicara bahasa Inggris dengan lancar. Aksen Javier cukup tebal, bahkan saat masih kecil.“Ya.” Ed perlahan duduk di lantai bersandar pada salah satu dinding papan yang ada di dekatnya. Kejutan wajah Javier
last updateLast Updated : 2023-09-20
Read more

Tidak Bisa Bertanya

“Ah… Kesukaanku!”Grace berseru girang, menerima uluran gelas berisi kopi panas juga kotak pie apel dari Ruby yang dibawanya dari Casa Nueva—nama cafe miliknya.“Ini sempurna, seperti biasa.” Grace menghirup aroma kopi itu dan tersenyum berterima kasih. Saat datang menjenguk ibunya, Ruby memang selalu membawa sesuatu untuk Grace. Sebagai ucapan terima kasih.“Kau terlalu baik padaku, Ruby. Aku sudah sangat terbiasa dengan segala sikap manis ini sekarang. Aku akan menunutu kalau suatu saat kau datang tanpa membawa apa pun.” Grace meningintip pie yang dibawa Ruby dan mendecap tidak sabar. Aromanya harum sekali.“Jangan khawatir, aku akan selalu manis padamu.” Ruby mengedipkan mata pada Grace.Tentu saja Ruby tidak akan pernah keberatan berbaik hati pada Grace. Wanita itu bisa dikatakan malaikat baginya. Grace selalu membantunya, semenjak Ruby datang pertama ke Ney York.Bukan hanya berkenaan dengan perawatan ibunya di ADDF, tapi juga membantunya mengatasi kesulitan saat dirinya hamil da
last updateLast Updated : 2023-09-21
Read more

Teman yang Tidak Boleh Dikatakan

“AJ? Kau dimana?”“Itu ibumu?” tanya Ed, sambil menunjuk pada wanita gempal yang memanggil itu. Ia mengintip dari jendela.“Bhuuu… bukan. Ibuku cantik. Dia Ms. Rosemore. Guru.” AJ langsung menggeleng kuat-kuat. Tidak terima tebakan Ed melenceng terlalu jauh.“Pergilah atau ia akan melapor pada ibumu.” Ed menunjuk pintu. Ak harus keluar sebelum wanita itu memikirkan kemungkinan dimana AJ berada.“Ya…” AJ mengangguk dengan malas, lalu menggendong tas punggungnya.“Pertemuan ini… tolong rahasiakan darinya.” Ed menunjuk wanita yang ada di bawah itu.“Tentu! Aku tidak akan memperkenalkan temanku padanya!” AJ menggeleng seketika.Ed lega tapi sekaligus geli. Melihatnya cemberut benar-benar seperti Javier yang merajuk. “Kau pintar.” Ed menepuk kepala AJ, dan hidungnya tampak mekar. Bahagia mendengar pujian itu.“Keluarlah.” Ed berbisik mengingatkan. AJ mengangguk“Bye, Beast!” AJ melambai lalu keluar dari pintu rumah pohon.Ed menghela napas lega, kembali mengintip dan melihat AJ mendapat t
last updateLast Updated : 2023-09-21
Read more

Tidak Ada Perubahan Bukan?

“Beast? Beast apa?” Ruby bingung.“Beast di dalam dongeng,” kata AJ.Ruby tertawa pelan. “Sekarang bukan saatnya kau membahas dongeng, AJ. Kau sakit.” “Tapi…”“Jawab dulu. Apa yang kau lakukan sebelum hidungmu mengeluarkan darah?” tanya Ruby. Ia ingin tahu apa sebabnya.“Mm… apa ya? Aku… bermain.” AJ menjawab tergagap sambil menghindari pandangan.Ruby tentu mengenali gelagat itu sebagai usahanya berbohong. “AJ?” Ruby mendesak tentu.Bibir AJ langsung cemberut. “Aku bersembunyi di rumah pohon.” AJ mengaku dengan suara bisikan.Ruby menghela napas, dan duduk di tepi ranjang AJ. “Ms. Rosemore bukan tidak mengakui kemampuanmu, AJ. Ia hanya tidak menyangka kau bisa membaca dengan lancar. Kau tidak boleh marah padanya hanya karena ini. Kau…”“Astaga, AJ. Benarkah itu? Kau marah padaku?” Ms. Rosemore yang baru saja menyusul masuk, menyahut terkejut. Ini pertama kalinya ia mendengar tentang kemarahan AJ.“Maafkan aku, Manis. Benar kata ibumu. Aku bukan tidak percaya, aku saat itu hanya ter
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

Tidak Ada Di sana

“Saya…”Ed ingin menjawab teman, tapi kemudian sadar kalau seseroang yang nyaris berusia empat puluh sangat tidak cocok berteman dengan anak laki-laki berumur empat. Ia akan terlihat seperti predator anak yang mencari mangsa.“Apa kau kekasih dari ibunya?”Pertanyaan bernada curiga lain datang saat Ed masih berpikir, dan semakin aneh saja. “Apa maksuda Anda?” tanya Ed.“Untuk apa Anda mendekati AJ?” Masih dengan pertanyaan yang tajam, dan kini gerak-gerik wanta itu juga terlihat agresif. Ia berdiri di tengah lorong, menghalangi Ed. “Saya hanya ingin mengembalikan barang milik AJ yang kebetulan ada pada saya. Tidak bermaskud yang lain.” Ed mengangkat tangan dan mundur. Memperlihatkan sikap tenang. Ia tidak ingin terlihat agresif pada lingkungan dimana ada banyak anak-anak.“Benarkah?” Ms. Rosemore masih terlihat ragu, dan mengamati Ed dengan seksama. Dari luar, Ed tidak terlihat mencurigakan karena memang penampilannya rapi. Ia memakai mantel hitam mahal dan juga sepatu yang tidak ber
last updateLast Updated : 2023-09-22
Read more

Tidak Bermimpi

Ed menghitung dalam kepalanya. Mengingat jumlah obat dari Diego yang telah dikonsumsinya. Tidak menampik kemungkinan ia mungkin melihat hal aneh karena over dosis. Tapi Ed ingat kalau terakhir kali ia mengkonsumsi obat itu adalah dua hari lalu. Saat ini tidak ada obat apapun di tubuhnya. Pikiran dan matanya sangat jernih. Jadi seharusnya apa yang saat ini dipandangnya adalah nyata.Ed meraba kantong mantel, dan mengambil ponsel. Menghubungi Otiz. “Istriku ada dimana?” tanya Ed. Ia ingin menganulir perasaan ia telah gila. Mungkin memang Liz ada di New York.“Mmm.. Masih sama. Senora belum meninggalkan kota itu.” Otiz menjawab dengan rasa heran tentu. Sementara Ed memerlukan pegangan, kepalanya mendadak sangat ringan.“Kau yakin?” Ed mengernyit dan mengusap bagian wajahnya yang nyeri dengan tiba-tiba. Kebingungan yang amat sangat.“Ya, saya akan meminta mereka untuk mengirim foto kalau Anda tidak yakin.” Otiz memberi usulan.“Boleh.” Ed mengakhiri panggilan itu, sementara suara dalam
last updateLast Updated : 2023-09-23
Read more

Dia Masih Tidak Tahu

“Apa Anda baik-baik saja?” Otiz menyerahkan botol air mineral pada Ed.Mereka sudah ada di ruang tunggu VIP di bandara, tapi Otiz akan berlari keluar kalau perlu—kalau memang Ed memerlukan bantuan medis.Di mata Otiz, Ed terlihat seperti terkena serangan jantung. Ed kembali ke mobil dalam keadaan pucat pasi, sama sekali tidak bisa diajak bicara, bahkan tidak melarang saat Otiz menyetir. Ed hanya duduk sambil menopang kepalanya selama perjalanan.Kini pun ia duduk dan masih tampak seperti sakit. Otiz tentu cemas melihatnya.“Apa ada sesuatu terjadi?” tanya Otiz. Ia tahu pertanyaan itu bodoh, karena sudah pasti ada sesuatu yang terjadi yang membuat Ed sampai terlihat kosong.“Liz ada di Mexico?” Ed bertanya lagi, sementara menekan sisi wajahnya yang sakit. Tidak mungkin ia bisa tenang setelah semua itu.“Benar. Saya juga sudah memastikan beliau akan ada ada di San Miguel de Allende selama beberapa hari kedepan.” Otiz tentu tidak hanya meminta foto, tapi juga keterangan lain.“Lalu siapa
last updateLast Updated : 2023-09-23
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
34
DMCA.com Protection Status