All Chapters of Pengantin Pengganti untuk Suami Buruk Rupa: Chapter 101 - Chapter 110

334 Chapters

Tidak Mengerti yang Sebenarnya

“Siapa yang mengirim pesan padamu? Rajin sekali? Apakah Ed?” Lori yang penasaran, berubah menggoda.“Ah, tidak. Itu… ayahku.” Ruby ingin menyebut botak brengsek, tapi masih bisa menahan diri. Meski setelah itu lidahnya terasa gatal. Esli mengirim pesan yang menyuruh Ruby bersiap menerima perintahnya. Esli akan segera menggantikan dirinya dengan Liz yang asli. Tanpa perlu diyakinkan oleh Ruby, Esli bisa melihat kalau Ed memiliki perasaan lebih. Ruby tidak membalas pesan itu tentu.“Ah, Esli Ramos. Aku dengar ayahmu akan mencalonkan diri menjadi walikota. Kata ayahku jalannya mulus karena banyak pengusaha yang mendukungnya. Kau tahu bukan, politik dan uang biasanya sangat dekat. Menjijikkan tapi ya begitulah.”Lori akhirnya mengalihkan pandangan dari jendela mobil dan menatap Ruby.“Kata ayahku pernikahanmu mirip pernikahan politik, karena Ed jadi mendukung ayahmu, tapi aku membantah itu. Kalian cukup mesra.” Lori memberi penilaian sendiri, dan sejujurnya Ruby sedikit gembira, hanya ti
last updateLast Updated : 2023-09-10
Read more

Tidak Ada Jalan Terang

“Ini sangat tidak umum.” Angelo tadi dengan sopan tidak mengeluh saat Ruby memintanya bertemu di luar rumah sakit, tapi saat dengan terpaksa harus mengambil darah Ruby di ruang terbuka, tentu Angelo mengeluh. Masih terdengar sopan tapi. Cekikan Ed yang dulu masih membuatnya segan dengan siapapun anggota keluarga Rosas.“Sekali lagi maafkan aku.” Ruby menganggukan kepalanya dengan penuh penyesalan. Ini kesekian kali ia meminta maaf.“Aku tidak tahu harus meminta tolong pada siapa lagi,” kata Ruby.“Saya tidak ingin ikut campur, tapi menurut pengalaman akan lebih baik kalau Anda jujur tentang apapun—maksud saya tentang hasil tes ini. Tidak harus merahasiannya,” kata Angelo, sambil melepaskan pengikat pada lengan atas Ruby, sambil terus menekan bekas tusukan yang ada pada siku bagian dalam. Alkohol usap itu terasa dingin di kulit Ruby, sementara ia terus menatapnya. Ruby tidak bisa berjanji akan melakukan apa yang diusulkan Angelo itu.“Tidak semudah itu,” gumam Ruby.“Tentu tidak muda
last updateLast Updated : 2023-09-10
Read more

Tidak Berani Bicara

"Apa yang membuatmu malas ke dokter? Aku hanya ingin kejelasan. Kau sakit apa atau kenapa."Teguran yang tentu saja berasal dari Ed—lewat panggilan telepon. Otiz mungkin menyerah membawa Ruby ke dokter, tapi ia tetap mengadu. Ruby mengeluh dalam hati sambil bergerak duduk setelah tadi hanya berbaring tanpa tujuan. “Aku tadi hanya mabuk darat. Pergi terlalu jauh,” kata Ruby. “Kau tidak seharusnya terlalu menurut pada Lori. Kalau memang tidak sehat, jangan mengikuti keinginannya.” Ed langsung mengira kalau Ruby keluar karena bujukan Lori.“Aku yang ingin keluar. Bukan Lori. Aku hanya bosan di rumah.” Ruby memperbaiki, tidak ingin Lori mendapat kebencian tiak perlu.“Aku sekarang akan istirahat di rumah.” Ruby berjanji dengan serius, agar Ed tidak lagi tertarik dengan keadaannya. “Memang seharusnya. Dan jangan dengarkan Tia. Kau tidak perlu memikirkan apa pun yang dikatakannya.”“Ya.” Ruby menjawab dengan suara sedikit serak, menahan tangis. Tentu saja karena terharu. Hinaan Mia tidak
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more

Tidak Juga Datang

“TINGGALKAN TEMPAT INI!” Ed berseru sambil bertiarap di atas jog belakang dan memegang telinganya yang berdarah. Perluru itu tidak sangat meleset, tapi belum sampai mengenai sasaran dengan tepat. Sudah pasti yang diincar Ed, dan sedikit lagi akan tepat.Kalau ia duduk tegak dan tidak bersandar, mungkin peluru itu akan menembus bagian belakang kepalanya.“Lebih dari satu!” Otiz berseru panik, karena bagian samping belakang kaca mobil juga sudah pecah sekarang.Arah tembakan yang berbeda itu memberitahu kalau musuh mereka tidak hanya mengintai dari arah belakang tapi juga samping. Mereka telah mengintai sejak awal.Tapi satu yang pasti mereka tidak memakai mobil saat ini, karena satu-satunya mobilnya ada di jalan itu hanya yang ditumpangi Ed.Karena itu Ed menyuruh Otiz segera meninggalkan jalan itu, agar tidak lagi berada dalam sasaran tembak musuh.Tapi tentu tetap tidak mudah menyetir sambil sekaligus menghindari terjangan peluru. Mobil itu sasaran bergerak, tapi kalau sampai bisa m
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more

TIdak Sampai Mati

Ed mengeluh, karena merasakan hantaman di pinggang, sementara lebih banyak lagi kaca pecah berhamburan menghujaninya.Ed menggeliat karena tubuhnya terhimpit kursi, rapi berhasil melepaskan diri.“Otiz? Otiz!” Ed mengguncang bahu Otiz tapi tidak ada jawaban. Ed tentu saja ingin memeriksa apakah Otiz selamat dan memberi pertolongan, tapi ia harus melakukan hal lain, yaitu keluar dari mobil itu.Kapan saja orang yang mengincarnya itu akan datang dan memeriksa apakah sasarannya telah tewas. Tapi Ed menyempatkan diri mengambil ponsel dan mengirimkan lokasi tempatnya berada.Ada anak buahnya di sekitar situ, karena tentu mereka perlu menjaga isi ladangnya dari pencuri.“Otiz.” Ed sekali lagi mengguncang bahu Otiz, tapi kepalanya tetap terkulai lemas. Ed tidak tahu apakah ia masih hidup atau tidak, dan saat ini ia tidak punya waktu untuk memeriksa. Ed membuka paksa pintu mobil dengan menendang dan merangkak keluar. “Sialan.” Ed bergumam saat mendengar suara besi beradu. Ada tembakan lain.
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more

Tidak Ingin Percaya

“TITA!” Ruby memanggil lagi, tapi pandangan Ruby terputus saat Pedro dengan cepat menutup pintu. Ruby kembali terjebak. Ia menggeleng sambil beringsut mundur dan menatap Pedro yang sudah kembali bisa tersenyum. Meski bercampur desis kesakitan, ia tidak bisa menyembunyikan senyum kemenangan di wajahnya. “Jangan mendekat!” jerit Ruby. “Kenapa tidak? Kau kemarin setuju.” Pedro mendekat sambil mengernyit. “Kau lupa atau…” “Jangan sentuh!” Ruby menepis tangan Pedro yang terulur, lalu menyeret tubuhnya agar berdiri. Ruby berlari menjauh sementara tangannya menyambar apapun yang bisa dijadikan senjata. Tapi ruangan itu adalah ruang kerja Ed. Hanya ada buku dan pena di atas meja. Ruby melempar semuanya ke arah Pedro, tapi hanya berbalas tawa. Pedro bahkan tidak berusaha mengejar saat Ruby berlarian dengan panik. Ia cukup memastikan Ruby tidak mendekati pintu. “Tidak ada gunanya kau lari,” kata Pedro, kembali tertawa terkekeh saat Ruby akhirnya berhenti, diam berdiri sambil menatap
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more

Tidak Bekerja Sendiri

“Ed, tunggu!... Tungu!” Pedro menyeret tubuhnya menjauh, saat Ed melangkah mendekatinya. “Aku membiarkan mu ada di sini karena Tia. Hanya alasan renda seperti itu, dan sekarang kau berani bermain api?” desis Ed, sambil meraih ponsel Ruby yang ada di lantai dan mematikannya. Benda itu menjadi saksi penting. “Tidak berani! Aku hanya bercanda!” Pedro membela diri seadanya, mengiba dan menjerit saat Ed mencengkram kepalanya, Ed menjambak rambut Pedro, menyeretnya mendekati Ruby yang menelungkup dengan bahu terguncang. Menangis. Keadaan yang mengenaskan. “KAU ANGGAP ITU BERCANDA?!” bentak Ed, melempar tubuh Pedro sampai menghantam sofa. “Ya… Sungguh. Kau tidak mengerti, Ed. Aku sudah berusaha menolak, aku tidak ingin. Aku punya Mia. Untuk apa aku mencari yang lain? Tapi Liz menggodaku! Aku… aku tidak ingin sungguh!” Pedro mengiba sambil menyentuh kaki Ed. Tapi kaki itu dengan sangat cepat menendang kepalanya lagi, Ed kembali menjambak rambut Pedro, memaksanya mendongak menatapnya. “
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more

Tidak Lagi Harus Diam

Ruby sama sekali tidak bisa bicara maupun bertanya saat perjalanan itu, karena Mia menyetir tanpa peduli dengan apa pun asalkan sampai.Keadaan Ruby yang memang sudah tidak seratus persen sejak awal, semakin buruk. Ruby membuka pintu mobil begitu Mia mengerem dan memuntahkan teh di tanah.“Kau itu kenapa?! Ayo, cepat!” Mia sepertinya memang buta, karena tidak peduli sama sekali dengan keadaan Ruby yang amat payah dan kembali menariknya untuk masuk.“Sebentar!” Ruby akhirnya membentak, dan melepaskan tangannya dari Mia setelah hampir terjerembab jatuh. Bangunan yang mereka masuki terlihat seperti gudang.Bangunan luas dengan atap tinggi, terang, berisi banyak box entah berisi apa, dan lantainya tidak terlalu rata. Ruby kesulitan berjalan karenanya.“Kau itu kenapa?” Mia yang tidak sabar akhirnya berbalik, melotot pada Ruby yang membungkuk sambil menghela nafas panjang beberapa kali.“Aku harus ke sini untuk apa?” Ruby masih bingung.Ia ingat apa yang dilakukan Pedro, dan bagaimana Ed
last updateLast Updated : 2023-09-13
Read more

Tidak Lagi Hidup

“Jangan menyentuhnya!” Ed menjauhkan Mia dari Pedro dan ia mulai menangis.“Aku mohon jangan begini, Ed. Dia tidak mungkin…”“Diam.” Ed menggeram, lalu berdiri di hadapan Pedro, mengulurkan tangan, meminta pada Ruby untuk mendekat.Ruby masih bingung, tapi tetap mendekat. Satu-satunya orang yang bisa dikenalnya di ruangan itu adalah Ed–selain Pedro dan Mia. Ia merasa lebih aman berada di dekat Ed.“Aku mendengar Liz mengatakan kau sudah berusaha menggodanya semenjak ia datang ke rumah.” Ed mendengarnya. Teriakan Ruby cukup keras tadi, dan semua bentakannya memantul di area sekitar.“Aku… tidak…” Pedro tampak menggeleng sementara matanya yang sudah bengkak dan lebam, tampak berusaha mengedip. Lalu air matanya turun menyusuri pipi yang juga sudah tidak berwarna coklat lagi, tapi ungu dan biru.“Semua itu…tidak…”“Apa kau masih akan menyebut aku menggodamu?!” Ruby memotong karena merasakan Pedro akan membela diri dengan berbohong lagi.Tadinya Ruby merasa kasihan melihat keadaan Pedro ya
last updateLast Updated : 2023-09-13
Read more

Kesempatan Agar Tidak Diketahui

“Senora? Anda bisa mendengar saya?”Ruby sedang berusaha membuka mata saat ada yang menepuk bahunya.“Mm.. ya.” Ruby mengedipkan mata dengan cepat. Sedikit bingung, karena merasa ada banyak tangan menyentuhnya.“Syukurlah. Tolong jangan panik. Anda ada di rumh sakit, dan kami sedang memeriksa keadaan Anda.”Ruby melihat dengan jelas dan sadar kalau orang yang bicara padanya tadi adalah dokter.“Tidak!” Ruby menarik tangannya, dan menepis tangan yang baru saja akan menusuknya dengan jarum. Ia tidak ingin ada dokter yang menyentuhnya.“Eh? Senora, Anda dibawa dalam keadaan pingsan. Kami harus tahu apa yang membuat Anda pingsan.” Dokter itu heran, sekaligus ingin memaksa pastinya.“Tidak. Saya baik-baik saja. Saya ingin pulang.” Ruby kembali menyingkirkan tangan yang berusaha menyentuh, dan duduk.“Ada apa denganmu?”Ruby tersentak, dan berpaling. Ed rupanya ada di sana, tapi berdiri sedikit jauh. Ruby menunduk sambil mencengkram selimut yang menutupi separuh tubuhnya, menyembunyikan pan
last updateLast Updated : 2023-09-14
Read more
PREV
1
...
910111213
...
34
DMCA.com Protection Status