Semua Bab Gairah Berbahaya sang Mafia: Bab 81 - Bab 90

529 Bab

Bab 81 - Teman Lama

Mark mengulum senyumnya, lalu memalingkan wajahnya kembali ke depan. “Maaf, tadi saya tidak sengaja. Tadi saya hanya kaget dengan ucapan Anda.” “Kaget apanya, makanya dengerkan saya bicara sampai selesai dulu,” cibir Alicia dengan bibir mengerucut. “Jadi … sudah berapa orang yang sudah melihat konten Anda, Nona Muda?” tanya Mark dengan cemas. Ia mulai berpikir cepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. “Memangnya saya sebodoh itu, Tuan Carter? Saya hanya mengirim videonya ke Tante Liliana saja. Saya rasa kali ini dia tidak perlu repot-repot mencarikan wanita untuk kakak lagi,” ucap Alicia dengan bangga atas hal yang dilakukannya. Hubungan Alicia dengan ibu tirinya itu memang lebih baik dibandingkan hubungan Regis dengan wanita paruh baya itu. Sejak Alicia baru lahir ke dunia, Liliana Ritter sudah menjadi ibu asuhnya. Hubungan Liliana dengan ibu kandung mereka sangat baik sehingga wanita itu menjadi kepercayaan Diego Lorenzo untuk mengurus putra-putrinya setelah istrinya—Viviane
Baca selengkapnya

Bab 82 - Berubah Begitu Jauh

“Ya, kamu benar. Memang bukan urusanku. Tapi, aku tidak menyangka kalau kamu akan berakhir seperti ini. Ternyata roda membawamu hingga ke titik ini dan berhenti.”Rahang Amora mengetat mendengar sindiran yang dilayangkan Hilde. Akan tetapi, ia mencoba untuk mengabaikan hal tersebut.Di satu sisi, Rayden menilik kepalan tangan ibunya yang mengetat. Ia menerka jika ibunya sedang berusaha menahan amarah di dalam dada. Refleks, Rayden melayangkan tatapannya dengan tajam kepada wanita yang menjadi penyebab kemarahan ibunya tersebut.Amora memaksakan seulas senyuman. “Semua belum berakhir, Hilde. Jangan terburu-buru mati dulu,” balasnya yang membuat air muka Hilde menggelap.Amora tidak tahu dari mana Hilde mendengar tentang masalahnya. Meskipun penasaran, tetapi ia tidak ingin memperpanjang masalah tersebut di depan Rayden.Putranya itu sedang mendengarkan pembicaraan mereka dengan wajah penuh rasa ingin tahu. Masa lalunya adalah bagian hidup Amora. Ia tidak ingin kehidupan murni putranya i
Baca selengkapnya

Bab 83 - Mempersulit

“Dokter bilang … untuk sementara waktu Mama harus banyak beristirahat dulu. Selama satu minggu ini beliau akan memeriksa kondisi jantung Mama secara lebih terperinci. Untung saja Tuan Franklin cepat membawanya ke rumah sakit. Jadi bisa segera dilakukan tindakan yang tepat.” Henry menjelaskan kondisi ibunya kepada Amora. Emma Adams sudah siuman, tetapi ia tidak bisa banyak bicara. Wajahnya masih terlihat sangat pucat. Kondisinya masih dalam pengawasan para perawat dan dokter. Manik mata Amora menatap wajah sayu Emma yang sedang terbaring di atas brankar. Hatinya terasa sangat pilu melihat wajah wanita paruh baya itu terpasang masker oksigen yang digunakan untuk membantu pernapasannya. Beberapa selang juga terpasang di dada Emma yang terhubung dengan alat-alat medis yang tidak dimengerti oleh Amora. Rayden menghampiri Emma. Ia meraih jemari wanita paruh baya itu. Menggenggamnya dengan hati-hati. Manik mata mungil itu menatap Emma dengan sendu. “Nenek, cepat sembuh ya. Ray janji ti
Baca selengkapnya

Bab 84 - Menguak Kesalapahaman

Manik mata Amora terbelalak lebar. Ia memandang Hilde dengan dipenuhi kebingungan. “Apa maksudmu, Hilde? Jangan asal bicara! Sejak kapan aku pernah melakukannya?” balas Amora tidak kalah sengitnya. Ia mulai naik pitam karena mengira Hilde sengaja membuat pernyataan yang mengada-ada untuk menjelekkan nama baiknya.Sudut bibir Hilde terangkat sinis. “Kenapa? Kamu lupa kalau pernah jatuh di tangga dulu dan aku yang dituduh sebagai pelakunya?” Amora terkesiap. Ia kembali teringat dengan peristiwa yang terjadi beberapa belas tahun lalu. Amora memang pernah terjatuh di tangga sekolah hingga ia mengalami patah tulang di bagian pergelangan kakinya dan harus dirawat di rumah sakit. Selama hampir satu minggu Amora tidak masuk ke sekolah dan ketika ia masuk, ia hanya mendengar kabar kalau Hilde sudah pindah sekolah ke sekolah lain. Namun, ia tidak pernah menyangka jika alasan wanita itu dipindahkan ada kaitan dengan kecelakaan kecilnya itu!"Kenapa kamu bisa bicara seperti itu? Memangnya apa
Baca selengkapnya

Bab 85 - Jalan Buntu

“Maaf, Hilde. Aku benar-benar tidak tahu kalau kamu mengalami hal seberat itu dulu,” ujar Amora dengan penuh rasa simpati.Ia benar-benar tulus meminta maaf dari hatinya yang terdalam atas peristiwa yang dialami Hilde beberapa belas tahun yang lalu. Meskipun Amora tahu permintaan maafnya ini sangat terlambat, tetapi ia perlu melakukannya.Hilde berdeham pelan. Ia merasa sedikit canggung karena ia tidak menyangka Amora akan mengakui kesalahan yang sempat dibantahnya beberapa waktu lalu. “Ka-kamu pikir meminta maaf akan ada gunanya,” ucap Hilde dengan gugup. Ia merasa aneh dengan sikap akrab Amora yang begitu tiba-tiba. Amora mengulum senyumnya. “Aku tahu tidak ada gunanya, tapi aku berharap kamu dapat menerimanya dan kalau kamu memang ingin melakukan sesuatu, aku rasa kamu sekarang sudah lebih mudah menindasku karena sekarang kamu memiliki segalanya. Bukankah begitu, Hilde Maven?” “Jangan memanggilku dengan nama keluarga itu lagi. Sekarang aku bukan keluarga Maven lagi,” tampik Hil
Baca selengkapnya

Bab 86 - Uang Tidak Bisa Membeli Nyawa

“Semua kondisi organ tubuhmu terbilang cukup baik. Tapi, sebaiknya kamu lebih memperhatikan pola makanmu, Regis. Asam lambungmu cukup tinggi. Jadi jaga pola makanmu dan beristirahat lebih awal setiap malam.” James Ritter—dokter pribadi keluarga Lorenzo menjelaskan hasil dari medical check up full body yang dilakukan Regis beberapa hari lalu. Dokter paruh baya itu mencatat beberapa poin penting di bagian arsip pasien miliknya, lalu menuliskan resep yang dapat ditebus oleh Regis di pusat farmasi. “Ini adalah resep obat lambung yang bisa kamu minum kalau kamu merasa kondisi lambungmu tidak baik. Saya juga memberikan vitamin tambahan yang bisa kamu minum rutin. Sebaiknya kamu teratur meminumnya.” Regis menghela napas panjang saat mendengar celotehan panjang yang biasa diberikan dokter pribadinya itu kepadanya. “Saya tahu, Professor Ritter,” sahut Regis dengan acuh tak acuh. James tersenyum tipis. “Kamu benar-benar tidak berubah sama sekali, Regis. Apa kamu perlu sesungkan ini dengan
Baca selengkapnya

Bab 87 - Pilihan Ada di Tanganmu

Regis telah keluar dari ruangan James Ritter. Ia menyusuri koridor dan berjalan menuju lift. Namun, langkahnya terhenti ketika ia melihat sosok wanita yang memang ingin dicarinya. Amora Lysander berdiri di depan lift dengan wajah muram. Wanita itu tampak melamun hingga tidak menyadari kehadiran Regis yang telah berdiri di sampingnya. “Ehem!” Regis sengaja berdeham pelan untuk mengalihkan perhatian wanita itu. Namun, Amora masih saja berdiri diam dengan wajah tertunduk memandang gawai butut di tangannya. Netra elang Regis melirik wanita itu. Sudut bibirnya terangkat tipis. “Amora Lysander,” panggilnya. Refleks, Amora mendongak. Ia langsung mengangkat tangannya dan berseru, “Ya!” “Pfftt!” Regis berusaha menahan gelak tawanya melihat kekonyolan yang baru saja dilakukan oleh Amora. Ia tidak menyangka wanita itu akan terkejut dengan panggilannya. Pandangan Amora pun beralih kepada Regis. Melihat ekspresi kebingungan Amora, Regis tidak dapat lagi menahan tawanya. “Berhenti tertawa,
Baca selengkapnya

Bab 88 - Harapan Palsu?

“Kamu bisa menghubungiku kalau membutuhkan bantuan untuk merawat Nyonya Adams, Henry. Aku akan membantumu semampuku.” Amora berpesan kepada putra Emma sebelum ia berpamitan untuk pulang bersama Rayden. Ia tidak bisa pergi tanpa merasa bertanggung jawab. Saat ini mereka berada di luar ruangan rawat Emma. Hilde berdiri di samping Henry dengan tatapan tajam, tetapi wanita itu tidak mengatakan apa pun. Amora juga tidak menghiraukannya karena tahu jika wanita itu tidak menyukai kehadirannya di sana. Meskipun kesalahpahaman mereka sudah selesai dibicarakan, tetapi Hilde masih belum bisa melepaskan amarah dan kebenciannya terhadap Amora. Tidak mudah baginya untuk menghapus kenangan buruknya tersebut. Amora juga tidak ingin memperpanjang keributannya dengan Hilde. Ia berpikir untuk tetap bersikap sewajarnya. Saat ini hal yang terlintas di dalam benak Amora adalah kondisi Emma. Meskipun ia tidak bisa membantu dalam hal keuangan, tetapi setidaknya ia memiliki ketulusan untuk menggunakan te
Baca selengkapnya

Bab 89 - Rahasia Lelaki

“Kenapa Paman masih ada di sini?” tanya Rayden dengan penuh rasa ingin tahu, tetapi juga terlintas kekhawatiran di dalam benaknya. Regis merasa senang dengan respon yang diberikan anak laki-laki itu.“Paman menunggu kalian,” sahut Regis seraya melirik Amora yang masih memasang wajah masam. Bola mata Rayden semakin membulat tak percaya atas jawaban yang didengarnya.Di satu sisi, Amora telah melayangkan tatapan tajamnya kepada Regis “Bukankah Anda bilang akan menunggu di lobi? Saya kira Anda berubah pikiran,” sindirnya dengan dingin. Suara kekehan kecil pun bergulir dari bibir Regis. Ia dapat merasakan kekesalan dari nada bicara wanita itu terhadap dirinya. Namun, hal itu membuat wanita itu semakin menarik di dalam benaknya.“Tadi aku mencari kalian di atas. Aku pikir kalian masih lama, tapi ternyata kalian sudah turun lebih dulu. Kita hanya berselisih jalan.” Mendengar penjelasan dari Regis, Rayden langsung menoleh ke arah ibunya seolah bertanya atas hal yang terjadi di luar sepen
Baca selengkapnya

Bab 90 - Mengabulkan Permintaan Apa Pun

“Waaahhh! Malam ini kita benar-benar akan tidur di sini, Ma?” Rayden berseru dengan penuh takjub dengan hal yang terpampang di depan matanya. Ia baru saja turun dari taksi bersama ibu dan paman super hero-nya. Mereka sedang berdiri di depan gedung pencakar langit yang berdiri dengan megah dan bercahaya dengan lampu-lampu yang menyala dengan indah. Gedung tinggi tersebut merupakan hotel bintang lima paling elit yang ada di Kota New York. Ini pertama kalinya bagi Rayden melangkahkan kakinya ke dalam gedung megah yang dipenuhi dengan interior dan dekorasi yang sangat berkelas. Lantai tempatnya berpijak terlihat sangat mengkilap hingga membuatnya takut jikalau sepatu lusuhnya akan mengotori lantai tersebut. “Mama.” Rayden menarik ujung lengan baju ibunya. Amora menoleh. Ia dapat melihat kekhawatiran putranya. Bagi mereka, datang ke tempat mewah seperti ini sangat berlebihan. Meskipun dulu Amora sering beberapa kali berkunjung ke gedung hotel ini, tetapi saat itu ia datang hanya untu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
53
DMCA.com Protection Status