Menyadari sikapnya yang terlalu emosional terhadap Biana, Amora kembali berkata dengan suara yang terdengar lebih tenang. “Maaf, tadi aku … sedikit emosi. Tapi, memangnya ada apa, Biana? Aku mohon berikan sedikit bocoran padaku.” Amora meraih kedua tangan Biana dengan erat. Ia memandang lurus wajah gadis itu dengan penuh harap. Biana mengulas senyuman tipis di wajahnya. Ia dapat memahami perasaan Amora. Karena ia tidak ingin sekedar menakut-nakutinya saja, akhirnya Biana memberitahu hal yang didengarnya beberapa waktu lalu kepada Amora dan sesuai perkiraannya, wajah Amora langsung berubah pias. Perlahan genggaman Amora pada tangan Biana terlepas. Amora mengepalkan kedua tangannya dengan erat untuk menguatkan hatinya. Ia menoleh ke arah Rayden yang sedang memandang mereka dengan penuh kekhawatiran. “Bia, tolong jaga putraku sebentar,” pinta Amora kepada gadis itu. “Ta-tapi … Amora!” Biana tidak kuasa menolak karena Amora sudah meninggalkan ruang ganti tersebut dengan sorot mata
Read more