Home / Romansa / Gairah Berbahaya sang Mafia / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Gairah Berbahaya sang Mafia: Chapter 101 - Chapter 110

529 Chapters

Bab 101 - Tidak Memahami Wanita

“Ka-kamu sungguh telah membunuh seseorang?” Bibir Amora tampak bergetar ketika mempertanyakan hal itu. Ia kembali teringat dengan kasus yang terjadi tujuh tahun yang lalu di mana ia memergoki Regis telah membunuh seseorang di lounge hotel. Saat itu ia mengira Regis adalah seorang pembunuh berdarah dingin. Akan tetapi, setelah ia mengetahui identitas Regis yang sebenarnya, ia mulai menarik sebuah kesimpulan yang lain. “Apa … Royal Dragon memang seperti yang diisukan selama ini?” selidik Amora atas kesimpulan yang muncul di dalam benaknya. Meskipun Amora sangat takut mendengar kebenaran dari hal itu, tetapi ia merasa perlu mengetahuinya. Sorot mata hazelnya menatap Regis dengan perasaan yang bercampur aduk. Seringai tipis masih menghiasi bibir Regis. Pria itu tidak merasa terancam sedikit pun dari pertanyaan yang diajukan oleh Amora. Justru di satu sisi, ia sangat mengagumi keberanian wanita itu.Walaupun ekspresi Amora menunjukkan rasa takut, tetapi sebaliknya Regis menilai jika so
Read more

Bab 102 - Pesona yang Sulit Diabaikan

“Apa menurut Anda, saya akan melupakan begitu saja kekurangajaran Anda tadi?” timpal Amora seraya mencebikkan bibirnya. Regis terkekeh pelan. Ia tidak dapat menghitung sudah berapa kali tertawa hari ini. Tindak tanduk, ucapan dan ekspresi Amora selalu berhasil menghiburnya. Rasa lelah dan amarahnya setelah berhadapan dengan komplotan penipu seolah menguap begitu saja setelah berbicara dengan Amora. Padahal selama ini Regis jarang sekali ingin berbicara dengan seseorang jika tidak memiliki kepentingan. Namun, entah kenapa ia merasa berbeda saat bersama wanita itu. Amora seolah dapat menarik dirinya untuk melakukan hal yang tidak pernah dilakukannya. “Kamu tidak takut menjadi jelek kalau marah terus?” ledek Regis ketika melihat wajah masam wanita itu. Kalimat itu bergulir begitu saja dari bibirnya tanpa bisa dikendalikan. Entah sejak kapan, menggoda wanita itu menjadi satu hal yang paling ingin dilakukannya. Melihat berbagai ekspresi yang muncul di wajah Amora terasa sangat menyena
Read more

Bab 103 - Urusan Kita Belum Selesai

“Sudah selesai.” Suara Amora menghentikan lamunan liar Regis. Wanita itu segera menaikkan kerah mantelnya, lalu membereskan semua obat dan alat yang dikeluarkannya dari tempatnya serta membuang kapas dan perban bekas yang tidak digunakan lagi. Setelah merapikan semuanya, Amora pun beranjak dari tempat duduknya dan mengembalikan kotak obat yang diambilnya ke tempat semula. Ia berpikir untuk pamit keluar dari kamar itu karena tidak ada lagi yang perlu dibicarakannya dengan Regis. Amora juga mulai mengantuk. Ia merasa lega karena sudah menyelesaikan tanggung jawabnya, keculi tamparannya yang masih membekas di pipi pria itu. “Sebaiknya Anda mengompres pipi Anda sebelum tidur biar besok tidak membengkak,” ucap Amora mengingatkan pria itu. Regis tidak memberikan tanggapan. Ia hanya memandang lurus sosok Amora yang masih berdiri di hadapannya dengan menguap lebar karena rasa kantuk yang mulai mendera wanita itu. Keheningan kembali
Read more

Bab 104 - Bertaruh pada Keberuntungan

“Apa Anda belum pernah menerima penolakan sebelumnya, Tuan Muda Lorenzo?” terka Amora. “Apa Anda harus memaksa seperti ini?” lanjut Amora lagi. Regis tidak menjawab. Ia hanya memberikan tatapan tajam yang terasa dingin kepadanya. Tidak ada lagi senyuman ataupun tawa yang tadi sempat terlontar dari bibir pria itu hingga Amora merasa jika pria itu memiliki dua kepribadian yang berbeda. Sesungguhnya tebakan Amora memang benar. Amora adalah wanita pertama yang terus menolaknya hingga Regis merasa harga dirinya sangat tidak berharga di mata wanita itu. Regis bisa saja menggunakan ancaman untuk menakuti wanita itu, tetapi sepemahamannya terhadap Amora, ia hanya akan membuat wanita itu semakin menjauh darinya. “Saya rasa … jawabanku akan tetap sama. Saya tidak bisa menerima tawaran Anda. Saya rasa saya tidak cocok menjadi pasangan Anda meskipun hanya sekedar pasangan kontrak saja,” ucap Amora kembali menegaskan hal yang sudah pernah diucapk
Read more

Bab 105 - Kehangatan Pagi

“Ma, apa kita tidak perlu pamit dulu?” Rayden sedang berada di dalam lift bersama ibunya. Mereka baru saja meninggalkan penthouse milik Regis. Pagi-pagi sekali Amora sudah membangunkan putranya setelah mengemas beberapa barang mereka. Sesuai keputusannya semalam, ia akan meninggalkan kediaman Regis secepatnya. Ia tahu jika keputusannya ini membuat Rayden merasa sedih. “Ma, kita mau ke mana sekarang?” tanya anak laki-laki itu yang membuat Amora sulit untuk menjawabnya. “Kita ke rumah Tuan Franklin dulu ya, Sayang,” jawab Amora yang mencoba tetap terlihat kuat di depan putranya. Sesungguhnya Amora juga tidak memiliki tempat tujuan. Ia belum menemukan tempat tinggal yang baru. Karena kemarin Jordan Franklin masih belum bisa dihubungi, akhirnya Amora memutuskan untuk mencari langsung pria paruh baya itu di kediamannya. Kebetulan hari ini adalah akhir pekan sehingga Rayden tidak perlu berangkat ke sekolah dan Amora terpaksa harus membawa putranya itu untuk pergi bersamanya. Ia tahu j
Read more

Bab 106 - Mengawasi

Setelah menyelesaikan sarapannya, Regis beranjak dari meja pantri dan meraih cangkir kopi miliknya. Ia tidak membereskan piring kotor tersebut karena setiap hari akan ada petugas kebersihan khusus yang dipekerjakan untuk membersihkan seluruh penthouse-nya. Regis melangkah menuju kamar tidurnya kembali. Ia mengambil gawainya yang diletakkan di samping tempat tidurnya semalam. Jemarinya pun berselancar dengan cepat dan mencari nomor kontak asistennya, Mark Carter, lalu melakukan panggilan ke nomor tersebut. Tidak sampai hitungan tiga detik, panggilannya langsung terhubung. Sebelum Regis bertanya apa pun, Mark sudah memberikan laporan kepadanya. Karena sudah memprediksi jika Amora akan meninggalkan kediamannya, semalam Regis langsung menghubungi Mark untuk berjaga di depan gedung hotelnya dan memantau pergerakan wanita itu dari jauh apabila wanita itu memang terlihat keluar bersama putranya saja. Regis ingin mengetahui dengan jelas keberadaan wanita itu. Meskipun Amora sudah menolak
Read more

Bab 107 - Mempersiapkan Hati

Sembari menunggu Rayden kembali, Amora mulai memikirkan hal yang harus dilakukannya hari ini. Ia merasa lelah. Ia berharap kali ini ia bisa mendapatkan sedikit bantuan dari seseorang setelah tadi usahanya untuk mendapatkan uang kompensasinya hanya berakhir sia-sia. Beberapa waktu lalu Amora baru saja berdebat dengan mantan pemilik rumah kontrakannya, tetapi ia berakhir diusir oleh petugas keamanan. “Tua Bangka Berengsek!” maki Amora dengan geram. Suaranya menarik perhatian orang-orang di sekitarnya, tetapi ia tidak peduli. Amarahnya masih mendidih di dalam kepalanya. Amora masih kesal ketika mengingat Jordan Franklin telah mengingkari janji yang diucapkan padanya kemarin. Padahal tadi ia sudah berharap sangat banyak dari pria paruh baya itu, tetapi nyatanya, ia hanya pergi dengan keadaan tangan kosong. Sialnya lagi, Amora tidak bisa menghubungi siapa pun termasuk Noel karena ponselnya sudah benar-benar rusak. Ketika tadi petugas keamanan di komplek perumahan Jordan Franklin mengu
Read more

Bab 108 - Tidak Ada Kesempatan

Menyadari sikapnya yang terlalu emosional terhadap Biana, Amora kembali berkata dengan suara yang terdengar lebih tenang. “Maaf, tadi aku … sedikit emosi. Tapi, memangnya ada apa, Biana? Aku mohon berikan sedikit bocoran padaku.” Amora meraih kedua tangan Biana dengan erat. Ia memandang lurus wajah gadis itu dengan penuh harap. Biana mengulas senyuman tipis di wajahnya. Ia dapat memahami perasaan Amora. Karena ia tidak ingin sekedar menakut-nakutinya saja, akhirnya Biana memberitahu hal yang didengarnya beberapa waktu lalu kepada Amora dan sesuai perkiraannya, wajah Amora langsung berubah pias. Perlahan genggaman Amora pada tangan Biana terlepas. Amora mengepalkan kedua tangannya dengan erat untuk menguatkan hatinya. Ia menoleh ke arah Rayden yang sedang memandang mereka dengan penuh kekhawatiran. “Bia, tolong jaga putraku sebentar,” pinta Amora kepada gadis itu. “Ta-tapi … Amora!” Biana tidak kuasa menolak karena Amora sudah meninggalkan ruang ganti tersebut dengan sorot mata
Read more

Bab 109 - Cobaan yang Terus Datang Tanpa Henti

Amora terkesiap. Ucapan yang terlontar dari bibir pemilik tokonya itu terdengar sangat aneh, lalu terbesit sebuah dugaan di dalam benaknya. “Tuan Ramos, apa maksud Anda … ada seseorang yang mengancam Anda?” terka Amora. “Si-siapa maksudmu … memangnya siapa yang bisa mengancam saya? Jangan asal bicara kamu!” Nada suara Charles di seberang gawai itu terdengar gugup sehingga Amora semakin yakin kalau dugaannya hampir sepenuhnya benar. “Sekarang juga kamu tinggalkan toko saya atau saya akan memecat Della juga!” ancam Charles. Refleks, Della merebut gawainya dari tangan Amora, lalu berusaha membujuk atasannya itu dan berkata, “Tuan Ramos, maafkan saya. Sekarang juga saya akan mengeluarkannya dari sini.” Setelah mendengar ucapan manajer tokonya, Charles langsung memutuskan sambungan telepon tersebut secara sepihak. Wajah Della berubah semakin pucat. Ia menyugar surainya dengan kasar dan mengesah panjang. Netranya melirik tajam kepada Amora yang sedang termenung. “Amora, tolong jangan
Read more

Bab 110 - Tidak Akan Tinggal Diam!

“Amora, minumlah dulu.” Biana menyodorkan kepada Amora sebotol air mineral yang baru dibelinya dari mesin penjual otomatis. Namun, Amora masih bergeming di tempat duduk dengan kedua tangan menggenggam erat tangan Rayden yang tengah berbaring di atas ranjang pasien. Terlihat tabung infus yang tergantung di samping ranjang itu dengan selang yang terhubung pada punggung tangan anak laki-laki itu. Saat ini Rayden tengah tertidur lelap setelah mendapatkan penanganan dari dokter rumah sakit tempatnya dirawat. Biana menghela napas panjang. Ia dapat memahami kekhawatiran Amora, tetapi kondisi Amora sendiri saat ini juga terlihat buruk. Ia khawatir wanita itu akan tumbang jika terus memaksakan diri. “Amora, kamu belum minum seteguk air pun dari tadi. Kalau kamu terus begini, nanti Ray akan sedih lho melihatmu seperti ini,” bujuk Biana lagi. Akhirnya Amora menoleh kepada Biana. Ia melirik botol mineral yang dipegang Biana sejak tadi, lalu mengambilnya dan kembali tertegun dalam. Biana men
Read more
PREV
1
...
910111213
...
53
DMCA.com Protection Status