Home / Romansa / Gairah Berbahaya sang Mafia / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Gairah Berbahaya sang Mafia: Chapter 111 - Chapter 120

529 Chapters

Bab 111 - Dihargai Satu Dolar

‘Tempat ini sedikit pun tidak berubah. Sama saja seperti pemiliknya. Kaku dan menyebalkan!’ cibir Amora di dalam hati. Manik mata hazelnya memandang tajam bangunan klasik yang berdiri jauh di hadapannya. Sudah tujuh tahun lamanya ia tidak menapakkan kakinya di tempat itu. Ia masih mengingat jelas dengan gerbang minimalis dengan gapura yang cukup tinggi di depan matanya ini. Di sanalah ia menangis meraung-raung dan memohon kepada kepala keluarga Lysander tersebut untuk mengampuninya. Dengan kepala yang masih dibalut perban karena terkena pukulan dari tongkat kakeknya itu, Amora berlutut di depan gerbang itu. Ia meminta kepada pria paruh baya itu untuk memberikannya kesempatan agar ia tidak dikeluarkan dari rumah itu. Sayangnya, suaranya tidak didengar sedikit pun oleh Charlie Lysander. Saat itu semua harta benda berharga dan kartu ATM beserta kartu kredit yang dimiliki Amora langsung disita oleh Julia dengan dalih benda-benda itu dibeli dengan uang keluarga Lysander. Amora hanya d
Read more

Bab 112 - Masa Lalu yang Pahit

Alberta mengesah panjang. “Banyak sekali yang berubah sejak kepergian Anda dari rumah ini, Nona,” ucap pelayan setia nenek Amora tersebut. Alberta pun menceritakan hal mengenai kondisi Gilda Orlena kepada Amora. Kalimat demi kalimat yang bergulir dari bibirnya membuat hati Amora semakin teriris. Kepalan tangan Amora mengetat. Ia berusaha menahan diri untuk mengumpat kasar. Ternyata sejak kepergiaannya tujuh tahun yang lalu, Gilda terus merindukan Amora. Namun, putra dan suami dari neneknya itu melarangnya untuk pergi menemui Amora. Hal ini berdampak buruk terhadap kesehatan Gilda yang baru mengalami stroke akibat serangan jantung kala itu. Kini Gilda mengalami demensia yang membuatnya kehilangan daya ingatnya dan sering berhalusinasi. Terkadang ia memanggil dan menganggap orang-orang sekitarnya sebagai Amora. Putra dan menantunya tidak terlalu mempedulikannya dan beranggapan semua itu adalah karena faktor usia. Charlie Lysander yang juga berusia lanjut, tidak dapat berbuat apa p
Read more

Bab 113 - Hanya Satu Persen dari Rasa Sakit

“Kenapa kamu bisa ada di sini, Amora?” Suara Julia Brown masih menggelegar di tengah ruangan itu. Netra wanita paruh baya itu menatap tajam kepada Amora yang juga menunjukkan raut wajah yang sama dengannya. Julia baru saja keluar dari kamarnya setelah bangun dari tidur siangnya dan sangat terkejut ketika melihat Amora berada di tengah ruang keluarganya. “Sepertinya Tante Julia tidak senang kalau saya ada di rumah ini,” cibir Amora. Ia memang sengaja memancing kemarahan istri pamannya tersebut. “Siapa yang sudah mengizinkanmu masuk ke rumah ini?!” hardik wanita paruh baya itu lagi. Julia melirik kepada beberapa pelayan yang datang menghampirinya setelah mendengar suara teriakannya tadi. “Ta-tadi sepertinya dia masuk dengan Nyonya Alberta,” jawab salah seorang pelayan yang masih muda. Amora tidak pernah melihatnya. Hampir sebagian besar pelayan yang bekerja di kediaman itu sudah dikeluarkan oleh Julia karena dianggap tidak memenuhi kriterianya. Padahal pelayan-pelayan tersebut ad
Read more

Bab 114 - Wanita yang Pernah Berlabuh di Dalam Hatinya

Julia menggertakkan giginya dengan erat. Amarah tengah bergemuruh hebat di dalam dadanya. Ia ingin bangkit dan membalas tamparan yang didapatkannya, tetapi pinggangnya terasa sakit. Apalagi pipinya saat ini benar-benar terasa panas. “Mama!” Perhatian Amora beralih pada sosok wanita muda yang baru saja masuk dari luar. Wanita itu adalah Bianca Lysander, putri dari Julia dan juga sepupu Amora. Bianca bergegas menghampiri ibunya dan memapahnya. “Mama, apa Mama tidak apa-apa?” tanyanya dengan cemas. Julia tidak menjawab. Pandangannya tertuju pada Amora dengan dingin sehingga perhatian Bianca mengikutinya. “Amora? Ke-kenapa kamu bisa ada di sini?” tanya Bianca dengan bingung. Akhirnya ia mengetahui alasan dari keributan yang terjadi di dalam kediaman itu. Namun, Amora tidak menanggapi pertanyaan wanita itu. Perhatiannya tersita pada sosok pria yang masuk bersama Bianca saat ini. Chris Walden tertegun melihat kehadiran wanita yang pernah berlabuh di dalam hatinya tujuh tahun yang lal
Read more

Bab 115 - Tidak Perlu Berpura-pura

“Te-tentu saja tidak benar. Untuk apa juga saya melakukannya, Ayah?" kilah Julia dengan cepat. Wanita paruh baya itu memang tidak ingin mengaku. Ia tidak ingin ayah mertuanya mengetahui hal yang dilakukannya secara diam-diam di belakangnya."Sepertinya dia datang untuk mencari gara-gara, Ayah," cetus Julia lagi.Charlie hanya memberikan tatapan tajam kepada Amora. Ekspresinya terlihat sangat datar seolah sedang menyimpan sesuatu di dalam pikirannya.Sebelum Amora menjelaskan lebih lanjut, Julia kembali berbicara dengan nada yang merendahkan Amora untuk menutupi keburukannya, "Kalau kamu memang sedang kesulitan uang, tidak perlu malu. Katakan saja terus terang. Mungkin saja saya atau kakek akan mempertimbangkan untuk memberikannya."Amora pun mencebikkan bibirnya dengan malas.“Semakin hari, aktingmu semakin terasah saja, Julia. Kenapa kamu tidak mendaftarkan diri saja untuk mengikuti audisi perfilman? Mungkin saja bakal lolos,” cibir Amora atas sandiwara yang dipertunjukkan istri pama
Read more

Bab 116 - Menginjak Bom Waktu

Menantu Charlie tersebut mulai tidak bisa menerima penghinaan yang diberikan Amora terhadap dirinya dan putrinya. Ia pun memerintahkan salah seorang pelayan untuk memanggil petugas keamanan rumahnya, tetapi Amora menghentikannya. “Tidak perlu repot-repot, Julia. Aku pasti akan pergi dari tempat ini. Aku juga berharap tidak akan pernah bertemu lagi denganmu,” ucap Amora. Gigi-gigi Julia bergemeratak. Ia pun beranjak dari tempat duduknya dan memerintahkan salah seorang pelayan untuk menarik Amora keluar dari rumahnya, tetapi Amora memberontak dan mendorong pelayan tersebut hingga tersungkur di lantai. “Jangan paksa aku untuk berbuat hal yang lebih dari ini, Julia. Kamu kira dengan menginjakku dan mempermalukanku, aku akan meninggalkan kota ini sesuai kemauanmu? Jangan harap hal itu akan terjadi," imbuh Amora seraya tersenyum sinis.Julia memilih untuk tidak memberikan tanggapan apa pun karena ia tidak ingin ayah mertuanya ataupun menantunya curiga dan me
Read more

Bab 117 - Sisi yang Berseberangan

“Saya ingin Anda dan bawahan Anda mengikuti mereka. Saya akan memberikan bayarannya ke rekening Anda,” ujar Charlie lagi kepada sosok di seberang teleponnya. Setelah menyampaikan permintaannya, Charlie mengakhiri panggilan telepon tersebut. Ia meletakkan kembali gawainya ke atas meja, lalu melayangkan pandangannya ke luar jendela. Seminggu yang lalu Charlie mendapatkan rekomendasi jasa mata-mata dari salah seorang teman bisnisnya ketika ia menghadiri pertemuan tahunan dengan para rekan sebayanya. Ia mendapatkan nomor kontak seorang mata-mata bayaran yang dapat membantunya dalam proses penyelidikan kasus apa pun. Awalnya Charlie tidak berminat unuk menggunakan jasa seperti itu, tetapi sekarang ia berpikir jika ia perlu sedikit mengambil tindakan untuk membongkar kedok orang-orang di sisinya.Sejak tiga tahun yang lalu Charlie menyerahkan kedudukannya di perusahaan kepada putranya—Mario Lysander, ia tidak terlalu mencampuri masalah bisnis lagi. Namun, satu tahun terakhir ini Charlie
Read more

Bab 118 - Berubah Pikiran

“Kenapa Anda bisa ada di sini? Jangan bilang kalau cuma kebetulan saja.” Amora menatap sosok Regis yang saat ini sedang mengemudi di sampingnya. Beberapa waktu lalu pria itu tiba-tiba menghentikan mobil di samping halte bis dan memanggilnya untuk naik ke dalam mobil tersebut. Awalnya Amora ingin menolak. Akan tetapi, karena memikirkan sisa uang yang ada di dalam saku celananya, ia memilih untuk menerima tawaran gratis itu. Lagipula ada hal penting yang ingin dibicarakannya dengan Regis. “Memang bukan kebetulan,” aku Regis dengan gamblang. “Jadi Anda sengaja membuntuti saya?” selidik Amora dengan netra menyipit tajam. Ia tidak menyangka Regis akan mengakui perbuatan yang dirasanya tidak pantas. Hanya anggukan kecil yang diberikan pria itu karena Regis memilih untuk lebih memfokuskan diri dalam berkendara. Helaan napas panjang pun bergulir dari bibir Amora. “Apa Anda tidak ada kerjaan lain, Tuan Muda Lorenzo?” “Ini termasuk pekerjaanku," sahut Regis dengan acuh tak acuh.Amora me
Read more

Bab 119 - Partner Mutualisme

"Maaf, Tuan Muda Lorenzo. Tadi kamu bilang apa?" tanya Amora dengan kening mengerut.Tepat ketika Regis memberikan jawabannya kepada Amora beberapa detik yang lalu, kebetulan mobil yang melewati mobil mereka membunyikan klakson panjang kepada mobil yang ada di depannya sehingga Amora tidak mendengar Regis dengan jelas.Namun, Regis menghela napas lega karena suara klakson tadi langsung menyadarkan dirinya atas ucapan konyol yang dilontarkannya. Ia tidak menyangka akan memberikan pengakuan yang sangat spontan.Ketika Regis memandang kedua bola mata Amora yang bersinar indah, tiba-tiba saja kalimat itu terlontar dari bibirnya tanpa bisa ia kendalikan."Tuan Muda Lorenzo, tolong ulangi lagi. Tadi saya tidak ….”“Tidak ada pengulangan. Aku tidak pernah mengulang perkataan untuk kedua kalinya,” sela Regis dengan gugup. Ia segera melepaskan tangannya dari dagu wanita itu, kemudian mengalihkan pandangannya ke sisi luar jendela mobilnya untuk meredakan debaran kencang di dalam dadanya."Apa?
Read more

Bab 120 - Awas, Nanti Jatuh Cinta!

Mobil yang dikendarai Regis baru saja tiba di depan pintu masuk rumah sakit, tetapi Mark telah sigap menyambut kedatangannya. “Terima kasih, Tuan Carter,” ucap Amora ketika asisten Regis membukakan pintu untuknya. Mark hanya mengangguk kecil. “Ada ada dengan lengan Anda, Tuan Carter?” tanya Amora ketika tatapannya tak sengaja melihat perban yang melingkar pada lengan asisten Regis tersebut. Kebetulan saat ini Mark menggunakan kaos hoodie berlengan pendek. Penampilannya terlihat santai karena memang bukan dalam kegiatan kantor. “Hanya kecelakaan kecil saja, Nona,” jawab Mark seraya memberikan hormat kecil kepada wanita itu, lalu bergegas menghampiri Regis yang baru saja keluar dari kendaraan itu. Regis menyerahkan kunci mobilnya kepada Mark. Tanpa mengatakan apa pun, Mark sudah memahami tugasnya tersebut. Regis bergegas menyusul langkah Amora yang telah berjalan masuk lebih dulu. Dengan langkah lebar, ia berhasil menyamakan langkahnya dengan wanita itu. Kehadirannya bersama Amor
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
53
DMCA.com Protection Status