Home / Romansa / Gairah Berbahaya sang Mafia / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Gairah Berbahaya sang Mafia: Chapter 1 - Chapter 10

529 Chapters

Bab 1 - Gairah Aneh Yang Muncul Di Dalam Ketakutan

“Selamat atas pernikahanmu, Amora! Calon suamimu adalah pria idaman para wanita lho. Kamu benar-benar beruntung!” Seulas senyuman lebar melengkung di bibir Amora Lysander ketika sahabat baiknya— Chelsea Harrison memberikan ucapan selamat kepadanya. Tidak dapat dipungkiri jika hatinya terasa berbunga-bunga saat ini karena detik-detik kebahagiaannya hanya menunggu waktu. Satu minggu lagi Amora akan menjadi istri dari Chris Walden. Setahun yang lalu ia bertemu dengan calon suaminya itu di sebuah acara tahunan perusahaan Lysander. Ia jatuh hati dengan pria itu dan beruntungnya, perasaannya terbalas. Hubungan mereka juga direstui oleh kedua keluarga. Saat ini Amora sedang menghadiri pesta pelepasan lajangnya yang diadakan oleh para teman kampus seangkatannya. Pesta tersebut diadakan di lounge eksklusif yang tertutup di sebuah hotel mewah bintang lima. Suara dentuman musik dan nyanyian memeriahkan pesta kecil-kecilan di dalam ruangan tersebut. Terlihat dua orang gadis muda yang telah mab
Read more

Bab 2 - Cinta Satu Malam Yang Membakar Jiwa

“A-Apa?”Kening Amora mengernyit. Ia tidak bisa mencerna ucapan pria itu dengan cepat karena pengaruh alkohol yang diminumnya, tetapi satu hal yang diketahuinya adalah pria itu akan membunuhnya kalau tidak mematuhi ucapannya.Sebelum Amora sempat merespon, tangannya telah ditarik keluar oleh pria itu dari ruangan tersebut. Demi mempertahankan nyawanya dan keluar dari situasi aneh itu, Amora hanya bisa memasrahkan dirinya untuk mengikuti keinginan pembunuh tersebut.Mereka menyusuri koridor hotel dengan langkah cepat. Samar-samar Amora mendengar beberapa orang tengah mengejar mereka di belakang. Lebih tepatnya mengejar pembunuh itu!‘Apa-apaan ini?’ teriak Amora di dalam hati dengan wajah tercengang.Meskipun kepalanya masih terasa melayang karena alkohol, tetapi ia dapat merasakan bahaya yang terjadi di sekelilingnya. Dalam sekejap rasa takut memenuhi diri gadis itu.Akan tetapi, Amora dapat merasakan keteguhan yang menguatkannya sedang mengalir dari tangannya yang sedang tergenggam e
Read more

Bab 3 - Tidak Ada Jalan Untuk Kembali

Amora meneguk salivanya dengan kasar. Kedua bola matanya membulat besar tatkala ia mendapati punggung kekar yang asing di atas ranjang yang sama dengannya. Tatapannya berubah horor ketika melihat tato bergambar kepala naga yang menyeramkan di punggung sosok tersebut.‘Apa yang terjadi padaku? Bukankah semalam aku bersama Chelsea dan yang lain? Kenapa aku bisa ….’Manik mata hazel Amora mengerjap berulang kali. Menatap langit-langit kamar yang asing di dalam ingatannya. Ia benar-benar terkejut saat mendapati dirinya dalam kondisi tanpa sehelai benang pun.Hanya selimut tipis yang menutupi tubuh polosnya itu. Amora bangkit dengan sangat cepat, tetapi rasa sakit yang luar biasa hebat seakan merobek bagian intimnya itu membuat gerakan Amora terurungkan.Kepala Amora berdenyut hebat. Ia mencengkeram kedua sisi kepalanya dan berusaha menggali ingatannya. Suara tawa dan pujian serta ucapan selamat dari para teman seangkatannya itu terngiang di dalam ingatannya, lalu terlintas bayangan diriny
Read more

Bab 4 - Siapa Lelaki Yang Sudah Menidurimu?

“Kamu masih tidak mau bicara, hah?” Suara teriakan pria tua yang menggelegar terdengar membahana di tengah ruang keluarga kediaman Lysander. Terlihat sosok Amora yang tengah duduk bersimpuh di lantai ruangan tersebut. Wajahnya tertunduk dalam. Manik mata Amora melihat sepasang kaki milik pria tua yang sedang berdiri di hadapannya dengan satu tongkat di tangannya. Dia adalah Charlie Lysander, kakek kandungnya. Plak! Tiba-tiba saja sebuah tamparan pedas yang dilayangkan pria tua itu mendarat di pipi Amora. Tubuh Amora tersungkur di lantai karena tamparan tersebut. Kedua bola mata Amora membulat besar. Buliran kristal mengalir deras di kedua pipi Amora. Salah satu tangannya memegang pipinya yang memanas karena tamparan tersebut. Ia tidak menyangka sang kakek akan memberikan pukulan atas sikap diamnya. “Cukup, Charlie! Apa kamu harus memukulnya seperti ini?” Seorang wanita tua yang sedang duduk di kursi rodanya, segera menyela tindakan Charlie yang hendak melayangkan tamparan kepada
Read more

Bab 5 - Mengganti Mempelai Wanita

‘Sepertinya semuanya sudah berakhir,’ batin Amora yang telah terduduk lemas. Ia berusaha meredam isak tangisnya dengan menggigit bibirnya kuat-kuat. Keputusan yang baru saja bergulir dari kepala keluarga Walden tersebut membuat Amora terhenyak. Ia hanya bisa meratapi ucapan Kelvin Walden dalam diam. Buliran bening kembali lolos dari pelupuk matanya dan mengalir di kedua belah pipinya. Meskipun Kelvin telah mengeluarkan keputusannya, tetapi kakek Amora masih berusaha membujuknya. Pria tua itu tidak bisa menerima keputusan tersebut begitu saja. “Tuan Walden, sebaiknya kita bicarakan lagi. Saya tau Anda dan Nyonya Walden sangat marah karena hal ini. Saya juga merasa sangat malu. Tapi, undangan sudah kita sebar. Bagaimana bisa kita membatalkannya begitu saja?” cetus Charlie Lysander. Sebagai seorang yang lebih tua, tentu saja merupakan sebuah penghinaan bagi Charlie untuk menundukkan wajahnya kepada orang yang lebih muda darinya. Akan tetapi, pria tua itu tidak memiliki pilihan lain k
Read more

Bab 6 - Bukan Lagi Bagian Dari Keluarga Lysander

Ucapan Chris membuat hati Amora merasa lega. Setidaknya masih tersisa sedikit rasa di dalam hati pria itu untuknya walaupun dirinya bukan lagi wanita yang pantas untuk bersanding di sisinya. Lain halnya dengan Cassandra, wajah wanita itu langsung berubah nanar. “Kenapa? Kamu masih ingin menikahi wanita kotor itu?” bentaknya. Cassandra mengacungkan telunjuknya ke arah Amora dengan penuh amarah. Membuat Amora tersudutkan dengan kata-kata kasarnya tersebut. Helaan napas panjang bergulir dari bibir Chris. Pria itu mencoba menimpali dengan tetap tenang, “Bukan begitu, Ma. Aku tidak mencintai Bianca. Bagaimana bisa Mama menyuruhku menikahinya?” “Cinta bisa dipupuk nanti,” timpal Cassandra dengan ketus. Kedua netra Chris terbelalak lebar mendengar ucapan ibunya itu. “Mama!” Nada suara Chris mulai meninggi. Membuat Cassandra terperangah selama beberapa detik. Namun, wanita itu kembali melayangkan ancamannya, “Kalau kamu tidak ingin melihat Mama mati di hadapanmu, lebih baik kamu mengikut
Read more

Bab 7 - Rayden Lysander

[Tujuh tahun kemudian]“Hei, anak haram!”Bocah laki-laki berparas mungil nan tampan menghentikan langkahnya ketika seorang teman sebayanya yang bertubuh gemuk menghalangi pintu masuk kelasnya. Ia menatap lurus bocah sebayanya itu dengan ekspresi yang datar.Anak laki-laki tampan bernama Rayden Lysander tersebut menghela napas pelan. Entah sudah ke berapa kalinya temannya itu memanggilnya dengan sebutan kasar tersebut. Seperti biasanya, ia memutuskan untuk tidak mempedulikan ledekan temannya itu.Rayden kembali melanjutkan langkahnya. Namun, bocah berwajah bulat itu malah membentangkan kedua tangannya sehingga langkah Rayden terurung.“Apa kamu tidak mendengarku, Anak Haram?!” bentak Benjamin Brown, bocah laki-laki bertubuh gempal tersebut.“Kamu berbicara denganku, Ben?” tanya Rayden dengan nada yang terdengar polos.Wajah Benjamin langsung memerah karena merasa dipermainkan Rayden. “Memangnya siapa lagi anak haram di sini kalau bukan kamu?” cetusnya seraya mengacungkan tangannya ber
Read more

Bab 8 - Insiden Kecil

“Amora, tolong nanti kamu bersihkan lantai koridor empat ya!”Seorang wanita paruh baya memanggil Amora yang sedang menyusun beberapa produk makanan ke dalam etalase. Wanita muda berpakaian seragam karyawan toko bernama Amora Lysander itu menoleh.“Ada anak yang menumpahkan minumannya tadi,” lanjut wanita paruh baya itu.Dia adalah Della Houston, manajer toko WW Mart tempat Amora bekerja saat ini.“Baik, Nyonya Houston. Saya akan ke sana setelah ini,” sahut Amora.Della pun kembali berkeliling ke area toko yang lain untuk memeriksa kelengkapan barang dan kebersihan serta operasional toko tersebut.Helaan napas lelah bergulir dari bibir Amora. Ia sudah bekerja sejak pukul lima pagi tadi dan belum sempat beristirahat untuk meminum seteguk air. Toko serba ada tempatnya bekerja merupakan toko yang beroperasi 24 jam penuh.Toko tersebut berlokasi di area yang cukup padat aktivitasnya sehingga tidak mengherankan jika banyak pengunjung yang datang berbelanja ke toko tersebut.Meskipun lelah,
Read more

Bab 9 - Wanita yang Tidak Asing

“Lihatlah nodanya sekarang semakin melebar!”Gadis pelajar itu merebut sepatunya dari tangan Amora. Wajahnya terlihat sangat kesal. Namun, Amora tahu jika gadis itu hanya ingin mencari masalah dengannya saja.Amora tidak tahu apa tujuan gadis itu menyudutkannya, tetapi ia berpikir untuk segera menyelesaikannya dengan pikiran yang tenang. Ia tidak ingin tersulut oleh emosi remaja angkuh itu.Amora kembali menghela napas panjang. Ia akui jika noda sepatu gadis itu memang melebar karena ia menggosoknya tadi.“Jika Anda ingin meminta ganti rugi, saya tidak sanggup membayarnya,” aku Amora. Ia kembali mengambil sepatu dari tangan gadis itu dan lanjut berkata, “Tapi, kalau Anda mau memberikan saya kesempatan dan waktu. Saya akan membersihkannya di rumah nanti.”Gadis itu terlihat kesal, tetapi ia tidak bisa mempersulit Amora lebih jauh lagi karena pandangan para pengunjung yang lain membuat posisiya tersudutkan.Suara desas-desus mulai terdengar dari bibir mereka tentang sikap semena-menanya
Read more

Bab 10 - Berada Jauh Di Atasnya

"Maaf saya sedikit terlambat." Amora baru saja tiba di sekolah putranya. Ia telah berada di dalam ruang guru di mana terlihat sosok wali kelas Rayden yang sedang duduk bersama seorang wanita berpenampilan serba elit dari atas hingga ujung kakinya. Tidak seperti Amora yang datang dengan penampilan kusut karena debu dan peluh yang menempel pada tubuhnya. Namun, ia tetap tersenyum dengan percaya diri. "Tidak apa-apa, Nyonya. Silakan duduk." Daisy Miller yang merupakan wali kelas dari Rayden Lysander, mempersilakan Amora untuk duduk bersamanya. Ia pun menjelaskan hal yang terjadi terkait masalah yang melibat dua anak didiknya kepada kedua wanita yang duduk menghadapnya di dalam ruangan itu. "Begitulah ceritanya, Nyonya Lysander. Saya mendengar jika Rayden yang memulai lebih dulu dalam perkelahian itu," ujar Daisy. Ia mendapatkan informasi tersebut berdasarkan kesaksian dari para anak didiknya. Wanita itu tidak tahu jika semua kebohongan itu tercipta karena tekanan yang diberikan Ben
Read more
PREV
123456
...
53
DMCA.com Protection Status