“Mama jangan menangis.” Rayden membalas pelukan ibunya. Mengusap pelan punggung ibunya dengan tangannya yang mungil. “Syukurlah kamu tidak dibawa pergi, Ray,” cicit Amora dengan suara yang mulai teredam ke dalam tangisannya. Terlihat jelas kebingungan pada wajah Rayden atas ucapan ibunya. Namun, ia dapat merasakan kekhawatiran dari nada suara ibunya tersebut. “Ray tidak akan pergi ke mana-mana, Ma. Ray akan selalu ada di samping Mama,” hibur anak laki-laki itu. “Amora.” Suara sesengukan Amora terhenti ketika mendengar Emma Adams memanggilnya. Perlahan ia mendongakkan wajahnya dan melihat sosok wanita paruh baya itu dengan penuh pertanyaan. Amora bergegas menyeka air matanya, lalu berdiri dan menghampiri Emma yang sedang memandangnya dengan ekspresi khawatir. “A-apa yang terjadi, Nyonya Adams? Kalian habis dari mana?” tanya Amora dengan panik. Ia masih bingung dengan situasi yang terjadi.Emma menghela napas pelan, lalu ia menjawab, “Saya juga tidak tahu siapa pelakunya. Tapi,
Magbasa pa