Home / Romansa / Gairah Berbahaya sang Mafia / Chapter 471 - Chapter 480

All Chapters of Gairah Berbahaya sang Mafia: Chapter 471 - Chapter 480

529 Chapters

Bab 471 - Dukungan Sahabat

Kilauan mentari pagi ini terasa sangat hangat. Cahayanya menerpa sosok Amora yang masih setia terbaring di atas ranjang pasiennya. Terlihat sosok dua orang wanita sebayanya yang sedang menemaninya di dalam ruangan itu.Salah seorang wanita duduk di sampingnya dan membantunya menyeka wajah dan beberapa bagian tubuhnya agar tidak kotor, sedangkan salah seorang wanita yang lain sedang menata buket bunga yang dibawanya tadi.Terlihat banyak kiriman parcel buah dan bunga yang dikirimkan oleh kurir dan mengatasnamakan para pengusaha besar dan perusahaan. Semua merupakan relasi bisnis Royal Dragon dan keluarga Volker yang mengetahui keadaan Amora saat ini.Tentu saja tindakan mereka ini sebagai bentuk kepedulian dan juga agar mendapatkan perhatian khusus dari keluarga Lorenzo dan Volker.“Ck, mereka tidak tahu apa yang disukai pasien atau tidak. Sembarangan saja mengirim bunga seperti ini. Seharusnya mereka mengecek apakah pasien punya alergi dengan hal tertentu atau tidak,” ucap salah seora
Read more

Bab 472 - Masih Ada Rasa

"Apa?" Netra Estelle terbelalak tak percaya. "Maaf, aku pikir ...."Biana tersenyum tipis. "Tidak apa-apa. Mungkin karena kami memang tidak cocok," gumamnya.“Sebenarnya ada masalah apa? Apa aku boleh tahu? Soalnya aku rasa dia masih punya perasaan padamu, Biana," timpal Estelle dengan penuh rasa ingin tahu.Beberapa kali Estelle bertemu dengan Mark di saat sedang bersama Biana. Ia sering memergoki pria itu menatap Biana meskipun tidak mengatakan apa pun."Selama berhubungan dengannya, aku tidak tahu apa dia benar serius denganku atau tidak,” ungkap Biana.Kening Estelle pun mengernyit. “Apa maksudmu? Tuan Carter mempermainkanmu? Dia sudah menodaimu?” cecarnya dengan berbagai hal negatif yang muncul di pikirannya.Biana menggeleng.“Lalu?” Estelle mengangkat satu alisnya dan menatapnya dengan penuh selidik.“Aku tidak tahu apakah dia memang menganggap serius hubungan kami atau tidak. Dia selalu saja sibuk dengan pekerjaannya. Bahkan kencan kami sudah batal tiga kali karena kesibukanny
Read more

Bab 473 - Berikan Aku Satu Keajaiban

“Aku datang lagi, Amora,” ucap Regis seraya meletakkan kantong belanjaannya di atas nakas yang ada di samping ranjang pasien tersebut. “Bagaimana tidurmu hari ini? Apa kamu ada memimpikanku?” tanya Regis lagi. Seulas senyuman melengkung dengan terpaksa. “Hari ini aku membawakanmu sesuatu,” ucap pria itu. Ia pun mengeluarkan isi dari kantong yang dibawanya itu. Sebuah kotak kue berukuran medium diletakkan Regis di atas nakas tersebut, lalu ia kembali berkata, “Apa kamu tahu hari ini hari apa?” Hening. Regis tersenyum tipis. “Hari ini adalah hari ulang tahunku, Amora. Apa kamu tidak mau mengucapkan sesuatu kepadaku?” Perlahan Regis meraih tangan wanita itu. Ia menggenggamnya dengan erat, lalu tertunduk dalam. “Aku punya satu permintaan hari ini, Amora. Apakah kamu mau mengabulkannya?” Regis mengecup pelan tangan wanita itu, lalu bergumam, “Berikan aku satu keajaiban, Amora.” Sudah satu bulan lamanya Regis duduk di tempat yang sama. Mengucapkan dan berharap hal yang sama, tetapi
Read more

Bab 474 - I Love You

“A-Amora … ini … ini bukan mimpi, kan?” gumam Regis dengan bibir yang bergetar. Sorot matanya tampak berkabut karena cairan bening yang menghalangi pandangannya. Ia masih tidak dapat mempercayai matanya sendiri. Perlahan ia melangkah mendekati wanita itu, lalu meraih tangan istrinya dengan ragu. “Aku … aku tidak sedang bermimpi, kan?” tanya Regis sekali lagi. Namun, wanita itu tidak menjawab dan hanya memberikan senyuman yang terlihat sangat lemah. “Ternyata harapanku benar-benar terkabul. Ini ... ini benar-benar mukjizat yang luar biasa,” gumam Regis yang masih tidak percaya dengan keajaiban yang terjadi di depan matanya. Rasa syukur yang luar biasa besar memenuhi hatinya. Ia tidak pernah menyangka doanya tadi akan dikabulkan. Dibandingkan hadiah apa pun, kesadaran Amora adalah hadiah terindah yang pernah diterimanya selama hidupnya."Apa kamu mengenalku? Coba katakan sesuatu, Amora," pinta Regis dengan cemas. Sejak tadi wanita itu tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga ia ma
Read more

Bab 475 - Hari Ulang Tahun yang Terindah

“Gawat!” seru Regis setelah tiba-tiba ia menarik kecupannya dari bibir Amora dan menatap wanita itu dengan gelisah. Kening Amora mengernyit. Netra hazelnya menatap suaminya itu dengan bingung. Ia sempat berpikir terjadi sesuatu hal yang buruk hingga akhirnya pria itu berkata, “Aku jadi ingin memakanmu.” Amora melongo, menatap suaminya dengan bola mata yang membesar, lalu bibirnya melengkung tipis dan ia memberikan pukulan kecil pada punggung tangan pria itu. Regis pun terkekeh pelan. Walaupun tidak terdengar omelan wanita itu, ia dapat melihat wajah kesal istrinya tersebut. Hasrat di dalam diri Regis memang sedang bergelora hebat. Perasaan bahagianya terasa membuncah. Jika saja ia tidak memikirkan kondisi istrinya, mungkin saja ia tidak akan menghentikannya hanya dengan sekedar kecupan saja tadi. “Sudah lama sekali kita tidak melakukan ‘itu’, Sayang. Apa kamu tidak kasihan padaku?” goda Regis yang semakin gemas melihat wajah kaget istrinya. Semburat merah telah memenuhi kedua pi
Read more

Bab 476 - Tidak Akan Ada Lagi yang Memisahkan

"Apa kamu masih belum selesai?" Ketika Amora membuka matanya, ia melihat Regis yang telah memandangnya dengan tersenyum lebar. Mereka pun bersama-sama meniup api dari lilin-lilin di atas kue yang sedang ditadah dengan kedua telapak tangan Regis.“Apa yang sudah kamu minta, Istriku? Apa kamu meminta agar aku selalu mencintaimu, hm?” goda Regis.Amora memutar bola matanya dengan malas dan memalingkan wajahnya yang merona merah.“Amora,” panggil Regis.Ketika wanita itu menoleh, ia malah mencolek hidung istrinya dengan krim kue. Sontak, manik mata Amora terbelalak lebar. Wanita itu pun memberikan tatapan tajamnya dan berteriak, “Re … gis!”Regis malah tertawa geli saat melihat kekesalan yang terlintas di wajah istrinya. Ketika ia lengah, Amora langsung membalasnya dengan mencolek bibir Regis dengan krim kue juga. Namun, pria itu malah menarik jarinya dan menjilati krim yang masih tertinggal di sana."Jangan memancing naga yang sedang tertidur, Istriku," ledek Regis dan membuat Amora mel
Read more

Bab 477 - Pesta Syukuran

“Akhirnya sang putri bangun dari tidur panjangnya!” Suara seruan canda dari Biana dan letusan konfeti terdengar memeriahkan ruang rawat Amora. Beragam potongan kertas berwarna-warni terlihat berhamburan di sekeliling Amora. “Putri tidur akhirnya terbangun karena dicium oleh sang pangeran,” goda Estelle yang ikut menimpali candaan Biana. “Yeayyy!” Rayden yang berada di samping ranjang turut berseru dengan penuh semangat dan bertepuk tangan meriah. Wajah Amora pun merona merah. “Apa sih kalian,” sungutnya. Pagi ini Amora sudah bisa bicara dengan normal walaupun suaranya masih terdengar serak dan belum terlalu lancar. Namun, lidah dan pita suaranya sudah mulai dapat membiasakan diri. Ia mendapatkan kunjungan istimewa dari putranya dan orang-orang terdekatnya. Sekeliling ruang rawatnya telah dihias dengan sangat cantik. Tampak aneka balon berwarna-warni telah memenuhi sekitar ranjangnya layaknya hiasan pesta yang meriah. Semua ini adalah hasil dari kreativitas Biana untuk merayakan
Read more

Bab 478 - Aku Ingin Memiliki Seluruh Waktumu

Semua orang sibuk bercanda tawa dan bercerita sembari menikmati makanan dan minuman yang tersedia, tetapi Amora melirik ke arah Xavier yang malah tampak sibuk bermain dengan ponselnya, lalu ia pun bertanya, “Xavier, kamu tidak makan?" "Tidak, Amora. Aku masih kenyang," jawab pria itu, kembali menatap layar ponselnya. "Ngomong-ngomong, aku belum berterima kasih padamu, Xavier," ujar Amora. Pandangan Xavier kembali tertuju pada Amora. Ia meletakkan gawainya dan berkata. “Tidak perlu berterima kasih. Aku tidak melakukan apa pun, Amora." Istri Regis itu pun menggeleng. “Tidak. Kamu sudah melindungi dan menjaga Ray sudah termasuk membantuku. Maaf kalau sudah merepotkanmu,” ucapnya. Amora berpikir jika dirinya tidak seharusnya melimpahkan tanggung jawabnya kepada pria itu, mengingat mereka tidak memiliki hubungan darah sedikit pun. Xavier tersenyum tipis. “Tidak usah sungkan, Amora. Tidak sulit untuk mengurus Ray. Dia anak yang cerdas dan mandiri. Aku hanya mengawasinya saja,” timpaln
Read more

Bab 479 - Karena Kamu Adalah Putriku

“Masuklah, Ayah.” Regis bergegas menyambut ayah mertuanya yang tampak sungkan untuk masuk ke dalam ruangan rawat istrinya tersebut. Alejandro pun melangkah dengan wajah yang dipenuhi keraguan karena Amora tidak mengatakan apa pun dan terlihat menghindari tatapannya. Namun, ia tetap masuk dan duduk di kursi yang ditarikkan oleh Regis untuknya. “Bagaimana perjalanan Ayah? Apa tidak ada delay?" ucap Regis yang mencoba membuka pembicaraan. Melihat penampilan pria paruh baya itu, Regis tahu jika ayah mertuanya itu langsung datang ke rumah sakit setelah tiba di bandara.Semalam saat Regis menghubungi Alejandro mengenai kondisi Amora, pria paruh baya itu langsung memesan tiket penerbangan saat itu juga. Padahal penerbangan tersebut memakan waktu cukup sepuluh hingga sebelas jam!Namun, demi menemui putri kandungnya, Alejandro tidak peduli meskipun harus menempuh jarak yang jauh dan perbedaan waktu lima jam di antara dua negara! "Untungnya tidak ada delay. Semua berjalan lancar," jawab
Read more

Bab 480 - Belenggu yang Terbuka

“Ayah ….” Buliran bening telah membasahi wajah Amora. Ia sangat terharu mendengar ucapan pria paruh baya itu. Dulu Amora selalu berpikir jika ayahnya tidak menginginkan putri seperti dirinya sehingga menyerahkannya kepada keluarga Lysander. Sekarang ia menyadari jika dirinya memiliki posisi yang sangat penting di dalam hati ayahnya tersebut. Hati Alejandro ikut terenyuh melihat air mata putrinya. Satu hal yang terlintas di dalam pikiran Alejandro saat menerobos keluar dari ruang rahasia saat itu hanyalah menyelamatkan putrinya. Padahal kakinya yang pincang terasa sakit saat menggendong Amora. Akan tetapi, ia tetap akan melakukannya tanpa ragu meskipun harus mempertaruhkan nyawanya! Alejandro pun menyeka sudut mata Amora dengan jemarinya dan bergumam, “Dasar bodoh. Kenapa kamu malah menangis?” Amora tidak sanggup berkata-kata dan hanya memberikan gelengan kecil. Hingga saat ini Alejandro selalu mengucap rasa syukurnya karena masih diberikan kesempatan untuk berbicara seperti ini
Read more
PREV
1
...
4647484950
...
53
DMCA.com Protection Status