Home / Romansa / Gairah Berbahaya sang Mafia / Chapter 241 - Chapter 250

All Chapters of Gairah Berbahaya sang Mafia: Chapter 241 - Chapter 250

529 Chapters

Bab 241 - Mirip

"Tidak mungkin kan Papa Regis adalah ayah kandungku?" Rayden bergumam di depan cermin. Tiba-tiba saja pikiran itu tetlintas begitu saja. Kecurigaan demi kecurigaan mendadak timbul, tetapi Rayden menggeleng dengan kuat."Tidak ... tidak mungkin. Dia bukan ayah kandungku," gumam Rayden yang berusaha menepis analisanya itu.“Mana nih pangeran tampan Mama?” Suara Amora menyela lamunan Rayden. Anak laki-laki itu langsung menoleh dan menemukan sosok ibunya yang baru saja berdiri di depan pintu ruangan gantinya. Wanita itu terlihat sangat cantik dan elegan dalam balutan gaun yang mewah dan indah. Rayden sampai pangling melihat penampilan ibunya tersebut. “Wahhh … anak Mama memang tampan sekali,” puji Amora dengan antusias. Ia tersenyum lebar ketika melihat putranya dalam busana formal yang baru pertama dikenakan olehnya. "Kamu tahu tidak, Ray. Mama kira kamu itu pangeran cilik yang keluar dari buku dongeng," seloroh Amora yang merasa konyol dengan pikirannya tersebut. Rayden tersenyum
Read more

Bab 242 - Kegelisahan Rayden

Selesai melakukan fitting pakaian, matahari telah merambat menuju peraduannya. Regis pun mengajak Amora dan putranya untuk makan bersama di restoran yang telah direservasi oleh asistennya.Sesampainya di sana, seorang pelayan dan manajer restoran telah menyambut kedatangan mereka dan membawa mereka memasuki ruangan yang dipesan. Manik mata Rayden memandang ke seluruh ruangan VIP dari restoran itu dengan takjub. Ia dapat melihat lampu-lampu kristal yang bergantung dengan indah pada langit-langit ruangan yang sangat tinggi. Kaki kecilnya melangkah dengan cepat menuju jendela-jendela besar dari ruangan yang menghadap langsung pemandangan kota yang dipenuhi dengan kemilau cahaya yang menakjubkan. Mark mengikuti langkahnya di belakang. Ia bertugas untuk mendampingi putra tuan mudanya tersebut. “Apa Tuan Muda Kecil menyukai restoran ini?” tanya Mark ketika melihat binar mata yang berkilau dari anak laki-laki itu.Rayden mendongak, lalu mengangguk antusias. Ia melirik ke meja panjang di
Read more

Bab 243 - Keputusan Tak Terduga

“Kamu masih ingat kan mengenai hal yang kubicarakan di mobil tadi siang? Mengenai pengawalan.” Regis pun memulai topik penting yang sejak tadi ingin dibicarakannya dengan istrinya tersebut. Amora mengangguk kecil. “Mulai besok akan ada orang yang mengawalmu dan Ray. Jadi aku harap kalian bisa membiasakan hal ini.” Amora terperangah. Ia menatap suaminya dengan sorot mata tak percaya. “Besok? Bukankah kamu bilang akan melakukannya nanti setelah hubungan kita diketahui publik?” protes Amora atas keputusan tak terduga dari suaminya tersebut. “Aku berubah pikiran,” timpal Regis dengan acuh tak acuh. Bibir Amora berdecak sebal. Padahal ia mengira kehidupannya masih akan terus berjalan normal hingga hari peraayaan ulang tahun Royal Dragon nanti. Selama beberapa hari ini Amora mengamati perilaku Regis yang dinilainya selalu bertindak dengan alasan yang jelas. Walaupun ada kalanya Regis enggan mengutarakannya dengan gamblang dan membuat Amora salah pengertian, lalu akhirnya mereka haru
Read more

Bab 244 - Kamu Akan Menyesal Karena Menantangku

Setelah selesai makan malam, Mark mengantarkan tuan mudanya beserta istri dan anaknya kembali ke penthouse. “Terima kasih, Mark. Kamu juga pergilah beristirahat. Besok kita baru lanjutkan lagi pembahasan kita,” ucap Regis ketika mereka telah berada di depan pintu masuk kediamannya. Mark mengangguk. “Selamat beristirahat, Tuan Muda,” timpalnya seraya mengangguk hormat, lalu ia berjalan kembali ke lift dan meninggalkan tempat tersebut. Regis menutup pintu penthousenya, mengganti alas kakinya, lalu berjalan masuk sembari mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya, tetapi tidak menemukan sosok putra dan istrinya. “Cepat sekali mereka menghilang,” gumamnya. Tadi keduanya memang masuk lebih dulu ketika ia dan Mark membahas sekilas mengenai jadwal yang harus dilakukannya besok. Regis melepaskan jas dan dasinya, lalu melemparnya ke atas kursi bar. Ia mengambil sebotol air mineral, kemudian melangkah menuju ruang gym untuk melakukan sedikit kegiatan fisik. Hal ini sudah menjadi rutinitasn
Read more

Bab 245 - Kebimbangan Amora

Tangan Amora yang ingin membuka layar tablet milik putranya itu seketika terhenti. Namun, ia kembali membuka layar tersebut. Sayangnya, ia tidak bisa melakukannya karena ternyata Rayden memasang akses kode sandi pada benda tersebut.Amora mencebikkan bibirnya dengan kesal. Ia melayangkan pandangannya kepada putranya yang mencoba menghindari tatapan interogasinya. "Ray ...." Sebelum Amora bertanya lebih rinci mengenai kode sandi tersebut, Rayden telah mengambil alih benda tersebut dari tangannya dan menyembunyikan tablet itu di balik punggung mungilnya.Refleks, Amora pun mengulurkan tangannya kepada anak laki-lakinya itu. “Kemarikan tabletnya, Ray!” titahnya.Rayden mengatupkan bibirnya rapat-rapat dan menundukkan kepalanya dalam-dalam dengan tetap menyembunyikan tabtlet tersebut di belakang punggungnya.Helaan napas panjang bergulir dari bibir Amora. Ia sadar jika sikapnya terlalu keras, tetapi ia perlu tahu hal apa yang sedang disembunyikan putranya tersebut.Amora hanya khawatir j
Read more

Bab 246 - Meluruskan Kesalahpahaman

Rayden menatap ibunya kembali dan bertanya, “Apa di dunia ini ada orang yang sangat mirip meskipun mereka tidak memiliki hubungan darah, Ma?” Amora mengulum senyumnya. “Mama pernah baca kalau kita punya tujuh kembaran di dunia yang tidak memiliki hubungan darah, tapi Mama juga tidak pernah memastikannya karena tidak pernah melihat langsung,” jawabnya. Rayden manggut-manggut. Tadi ia juga sempat membaca artikel yang serupa. Hanya saja ia masih merasa penasaran dan ingin mengetahui apakah dirinya dan Regis hanyalah kebetulan mirip saja, tetapi usia mereka juga jauh berbeda. Sebelum Rayden bertanya lebih lanjut, ibunya telah memberikan jawaban atas pertanyaan yang muncul di dalam kepalanya, “Tapi … kamu dan Papa Regis bisa memiliki kemiripan bukan karena tidak ada hubungan darah sama sekali, Ray.” Pernyataan yang terlontar dari bibir ibunya tidak membuat Rayden terlalu terkejut. Namun, ia kehilangan kata-katanya untuk mengungkapkan perasaannya tersebut. Helaan napas perlahan beremb
Read more

Bab 247 - Act of Service

Berulang kali Amora membolak-balikkan tubuhnya di atas ranjang. Meskipun ia telah memejamkan matanya, tetapi ia masih terjaga karena gelisah. Akhirnya ia bangkit dari ranjangnya dan menyalakan lampu tidur. Ia sempat menoleh ke samping sekilas. Regis masih belum masuk ke kamar itu sejak tadi, padahal waktu sudah semakin larut dan telah menunjukkan pukul setengah sebelas. ‘Apa dia tidak tidur di sini malam ini?’ batin Amora menerka. Ada kalanya Regis memang tidak tidur di kamar karena memiliki pekerjaan lain dan memilih untuk tidur di ruang kerjanya. Amora duduk di samping ranjangnya. Ia terlihat sangat lelah, tetapi percakapannya dengan Rayden masih mengusiknya. Rasa khawatir akan kemarahan Rayden padanya membuat pikiran Amora terbebani dan hal itu membuatnya mengalami kesulitan tidur malam ini. ‘Semoga saja Ray dapat mengerti jika tidak ada yang menganggap kalau dirinya tidak berharga,’ batin Amora. Ia merenung sejenak, lalu berdoa dengan tulus di dalam hatinya agar hati dan piki
Read more

Bab 248 - Sindrom Prahaid

“Kenapa kamu jadi gagap begitu, Amora? Aneh sekali.”Regis menyipitkan netranya dan menatap istrinya yang terlihat canggung di hadapannya. “Kamu lagi sakit, hm?” tanyanya yang kembali menyentuh dahi wanita itu.“Tidak demam kok,” gumam pria itu ketika merasakan suhu tubuh istrinya normal saja.Perlahan Amora menyingkirkan tangan Regis. “Memang tidak demam,” timpalnya.Pandangan Amora beralih pada lantai yang telah selesai dibersihkan Regis tadi. “Maaf, aku malah merepotkanmu,” cicitnya.“Tidak perlu meminta maaf, Amora. Ini hanya masalah kecil saja. Lagian tidak ada salahnya kan kalau seorang suami membantu istrinya?” timpal Regis dengan santai.Amora tersenyum tipis, lalu mengangguk. “Tadi kepalaku sedikit pusing, jadi tidak sengaja menjatuhkan gelasnya. Terima kasih sudah membantuku membereskannya,” ucapnya.Regis memutari sofabed dan duduk di samping istrinya. “Apa sekarang masih pusing?” tanyanya dengan sorot mata penuh kekhawatiran.“Sedikit. Perutku juga agak nyeri,” jawab Amora
Read more

Bab 249 - Hanya Menunggu Waktu yang Tepat

“Amora." Sayup-sayup suara Regis terdengar di telinga Amora.Wanita itu membuka manik matanya secara perlahan. Walaupun pandangannya mengabur, ia dapat melihat Regis berdiri dengan membawa beberapa kantong di tangannya.“Kamu habis belanja?” tanya Amora dengan suara yang terdengar serak.“Aku habis membelikan pembalut dan obat nyeri untukmu di apotek depan,” jawab Regis seraya meletakkan barang belanjaannya di samping tempat tidur.Amora sangat terkejut dan berpikir apakah pria itu adalah utusan yang diberikan Tuhan untuk menjawab doanya?Padahal tadi ia sempat mengira Regis tidak ingin berada di dekatnya karena menstruasi yang dialaminya, tetapi ternyata pria itu diam-diam menyediakan semua hal yang dibutuhkannya.Tanpa sadar air mata Amora kembali berlinang. Ia sangat tersentuh dengan kebaikan dan perhatian suaminya itu.“Lho, Amora? Sakit sekali ya?” tanya Regis yang mengira wanita itu menangis karena rasa sakit yang dirasakannya.Amora tidak menjawab. Ia hanya memberikan anggukan
Read more

Bab 250 - Dia Berhak Membenciku

“Astaga!” Amora sangat terkejut ketika melihat sang mentari telah menerangkan seluruh kamarnya. Ia baru saja membuka matanya setelah terlelap nyenyak cukup lama. Bola matanya terbelalak lebar ketika melihat waktu yang telah menunjukkan pukul tujuh lebih pada layar ponselnya. Sontak, ia beranjak dari tempat tidurnya.Tangannya mengacak surainya dengan asal, tetapi langkahnya terhenti ketika perutnya berdenyut nyeri. Ia berhenti sejenak sebelum melanjutkan langkahnya menuju ke kamar mandi.Setelah menyelesaikan kegiatan rutinnya di kamar mandi dengan secepat mungkin, Amora bergegas keluar dari kamar mandi dan menemukan sosok Regis yang telah berdiri di depan pintu kamar mandinya."Selamat pagi," sapa pria itu dengan senyuman cemerlang yang terbit di wajahnya. Pria itu terlihat sangat tenang di saat Amora sedang dibombardir oleh waktu."Pagi," balas Amora dengan bingung. Pria itu masih mengenakan pakaian rumahnya padahal seharusnya sekarang pria itu sudah berangkat kerja."Kamu belum p
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
53
DMCA.com Protection Status