“Bicaralah,” jawab Amora dengan acuh tak acuh. Sikapnya membuat Regis geram bukan kepalang. Ia tidak langsung berbicara karena melihat Amora yang sengaja mengabaikannya dengan tetap berkutat dengan gawainya seolah tidak menghargai keberadaannya. Akhirnya Regis meraih gawai tersebut dari tangan wanita itu. “Regis, kembalikan handphoneku!” hardik Amora. Namun, Regis menyimpan benda itu dari balik punggungnya. “Ini sudah malam, Amora. Memangnya siapa yang tidak tahu waktu sampai mengganggumu semalam ini?” selidiknya. Sebelum Amora menjawab, Regis telah memeriksa gawai istrinya lebih dulu. Namun, layar gawai itu hanya menampilkan permainan yang sedang dimainkan oleh wanita itu. “Tidak ada yang menghubungiku, kan? Sekarang puas?” cetus Amora dengan malas atas tuduhan pria itu. Amora tahu jika dirinya seharusnya tidak bertindak kekanak-kanakan seperti ini. Ia merasa dirinya seperti putranya yang sempat membuatnya kesal tadi siang. “Maaf, aku tidak bermaksud menuduhmu.” Regis mengemb
Baca selengkapnya