Semua Bab Gairah Berbahaya sang Mafia: Bab 211 - Bab 220

529 Bab

Bab 211 - Menjadi Wanita yang Kuat

Suara bel pulang sekolah telah berbunyi. Para orang tua ataupun wali murid telah menunggu di depan pintu keluar untuk menjemput putra-putri kesayangan mereka.Terlihat sosok Rayden yang baru saja keluar dari barisan. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar, tetapi tidak menemukan sosok ibu maupun asisten ayahnya di depan pintu tersebut.“Kamu belum dijemput, Ray?” tanya Kimmy.Rayden mengangguk. “Kamu juga belum?”Kimmy juga memberikan anggukan.“Bagaimana kalau kita menunggu di sana saja?” tanya Kimmy seraya menunjuk ke arah bangku yang berada di samping pintu.Rayden belum memberikan tanggapan, tetapi anak perempuan itu telah menarik tangannya dan melangkah di depannya. Akhirnya terpaksa Rayden mengikuti kemauannya.Kimmy menatap Rayden yang telah duduk di sampingnya dengan sorot mata berbinar. Anak perempuan itu mengayunkan kedua kakinya dengan riang dan berucap, "Tadi pelajaran berhitung, kamu hebat sekali, Ray. Bagaimana kamu bisa melakukannya dengan cepat?" Putra Amora tersebut
Baca selengkapnya

Bab 212 - Mengawasi

Embusan napas kasar bergulir dari hidung Daisy. Akhirnya ia berkata kepada Ricky Brown, “Maaf, Tuan. Tolong beri saya waktu untuk menghubungi ibunya.” Pasalnya, Daisy tidak mendapatkan pesan apa pun sebelumnya. Sebagai wali kelas anak itu, Daisy memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan siswanya. “Maaf, Miss. Saat ini ibunya tidak bisa dihubungi karena sedang dalam penanganan di rumah sakit,” ucap Ricky menjelaskan keadaan adik ipar sepupunya itu. Wajah Benjamin langsung berubah pucat. “Paman bohong!” hardiknya seraya memukul pria itu dengan kepalan tinju kecilnya yang cukup menyakitkan. “Ben, berhenti!” Daisy berusaha menarik siswanya tersebut, tetapi tenaganya sulit untuk menangani bocah laki-laki berbadan besar itu. Akhirnya salah seorang guru pria ikut turun tangan menghentikan Benjamin. Ia menarik Benjamin yang telah menjerit histeris ke dalam ruangan kelas untuk menenangkan dirinya lebih dulu. Rayden dan Kimmy yang mel
Baca selengkapnya

Bab 213 - Bersantai Ria

Selesai makan siang, Albert Parker mengantar Amora dan Rayden kembali ke penthouse. Ia memarkirkan mobilnya di lahan parkir gedung dan bergegas membuka pintu mobil untuk kedua majikannya.Pria itu juga membantu Amora untuk membawa barang belanjaannya tadi. Sebelumnya mereka sempat mampir di supermarket untuk membeli beberapa keperluan penting yang diperlukan Amora.Langkahnya terhenti ketika nyonya mudanya berkata, “Cukup antar sampai di sini saja, Tuan Parker. Kami bisa naik sendiri kok.”Saat ini mereka sudah berada di depan elevator menuju ke penthouse. Akan tetapi, Albert masih berinisiatif untuk mengikuti mereka masuk ke dalam elevator tersebut.“Saya perlu memastikan keselamatan Anda berdua sampai masuk ke penthouse, Nyonya. Ini adalah perintah dari tuan muda. Mohon Anda dapat bekerja sama,” ujar Albert yang meminta pengertian wanita itu terhadap tugasnya.Akhirnya Amora terpaksa membiarkan pria itu untuk ikut naik bersamanya dan sesuai janjinya, Albert hanya mengantar dan melih
Baca selengkapnya

Bab 214 - Kebahagiaan Seorang Ibu

“Se-serangan jantung?” Kali ini Amora benar-benar syok mendengar cerita putranya itu. "Kamu yakin mendengar kalau ... kalau ibunya terkena serangan jantung?" tanyanya memastikan. Rayden mengangguk. Ia pun menceritakan secara singkat hal yang didengarnya tadi kepada ibunya. Amora terdiam sejenak. Ia tidak tahu harus berbicara apa karena hal yang menimpa Lisa benar-benar di luar prediksinya. Padahal ia hanya ingin memberikan Lisa sebuah pelajaran berharga dengan membuatnya merasa sangat terpuruk dan merasakan penderitaan dengan kehilangan seperti yang pernah dirasakannya dulu. Amora ingin Lisa merasa jera karena telah menghinanya berulang kali dan bersikap sombong di hadapannya sehingga terpaksa mencari kelemahan Lisa dan akhirnya melaporkan kasus pengggelapan Johanes Brown tersebut. Sungguh ia tidak menyangka jika Lisa akan mengalami hal naas yang lain. Sempat terlintas rasa bersalah di dalam hati Amora, tetapi ketika ia mengingat kembali perilaku Lisa terhadapnya, ia berpikir ji
Baca selengkapnya

Bab 215 - Masa yang Tidak Akan Terulang Kembali

"Apaan sih ini, Ray?" Amora menunjuk deretan kalimat yang tidak dimengertinya dan terlihat seperti kode-kode isyarat yang tidak jelas baginya. Rayden menghela napas panjang. Ia mengambil alih tablet miliknya dari tangan ibunya. “Ini bukan situs berbahaya dan tulisan aneh kok, Ma. Ini namanya bahasa phyton, Ma,” jawabnya. “Ba-bahasa apa?” Amora semakin terkejut dibuatnya. “Phtyon? Ular piton maksudmu?” Rayden terkekeh geli mendengar penuturan ibunya. “Bukan, Mama. Ini bahasa pemrograman, Ma. Kemarin Ray baru daftar untuk kelas belajar di situs ini." Rayden menunjuk nama situs pada layar tabletnya itu, "gratis kok.” Ucapan Rayden sukses membuat Amora terperangah. Wanita itu memegang pelipisnya dan mencoba menenangkan dirinya selama beberapa detik, lalu kembali menoleh kepada putranya. “Ray, ini … memangnya kamu mengerti?” tanya Amora yang masih sulit untuk menerima kejeniusan putranya. Rayden mengesah pelan. “Ma, kalau dipelajari juga nanti mengerti kok. Mama tidak percaya sama
Baca selengkapnya

Bab 216 - Tidak Pernah Menyesal

“Kamu itu bahkan belum tujuh tahun. Mama tidak ingin kamu memanggul beban yang berat di bahu kecilmu ini, Sayang. Mama tidak ingin kamu menyesali waktu yang sudah terlewatkan, Ray,” imbuh Amora dengan bersungguh-sungguh. “Ray tahu, Ma. Hal yang Ray lakukan ini hanya untuk mengisi waktu kosong saja kok. Tapi, nanti malam boleh kan Ray lanjutkan kelas pemograman tadi lagi, Ma?" tanya Rayden memastikan ibunya. Tadi ia terpaksa meminta izin untuk menghentikan kelas kepada pembicara yang sedang menerangkan pelajaran tersebut. Ia berharap ibunya dapat memberikannya sedikit waktu agar dapat melanjutkan pelajaran yang tertunda tadi nanti malam. Amora sempat ingin melarangnya, tetapi melihat binar mata yang sedang menatapnya dengan penuh antusias, hatinya pun luluh. "Baiklah, tapi satu jam saja ya," ucapnya. Seulas senyuman langsung merekah di bibir Rayden. Sontak, ia memeluk ibunya dengan riang dan memberikan kecupan pada pipi wanita yang telah melahirkannya ke dunia itu. "Terima kasih,
Baca selengkapnya

Bab 217 - Nyawa Adalah Taruhan

Gedung Perkantoran Royal Dragon. “Ini laporan yang baru saja dikirimkan oleh Manajer Sunny, Tuan.” Monica Grant menyerahkan sebuah dokumen yang baru saja diterimanya dari divisi keuangan kepada Regis. Wanita bersetelan blazer merah muda dengan rok pensil berwarna senada itu sedang berdiri di depan meja kerja Regis. Manik matanya menatap sosok Regis Lorenzo dengan cemas. Ia hanya takut melakukan kesalahan saja. Padahal atasannya itu tidak mengatakan apa pun sejak beberapa menit lalu. “Letakkan saja,” jawab Regis dengan acuh tak acuh. Wanita itu pun melakukan sesuai perintah dan melihat atasannya yang masih berkutat dengan dokumen yang sedang ditelitinya. Netranya melirik kotak makan yang terlihat sangat rapi di atas meja tersebut. Padahal Monica sudah membeli makanan pesanan sesuai yang diminta atasannya itu tadi siang, tetapi ternyata pria itu tidak menyentuhnya sedikit pun. Ia terkesiap ketika Regis tiba-tiba mengangkat wajahnya. “Ada apa?” selidik Regis. “Ti-tidak ada apa-ap
Baca selengkapnya

Bab 218 - Memberikan Sedikit Percikan Api

Mark tertegun. Ia memang memiliki pemikiran yang sama dengan atasannya tersebut, lalu berkata, “Ada informasi kalau Levent sekarang sering melakukan transaksi organ manusia.” “Oh ya?” Satu alis Regis terangkat. Laporan tersebut cukup menarik perhatiannya. “Katanya, Altan Demir sendiri yang turun tangan mengurus transaksi itu dan karena masalah ini, Tuan Besar Demir berselisih dengannya. Sepertinya Tuan Besar Demir tidak setuju Altan melakukan transaksi itu,” imbuh Mark. Regis menyeringai sinis. Ia merasa kemarahan Murat Demir sangatlah wajar, mengingat Altan tidak menjalani visi dan misi Levent yang selama ini dijunjung tinggi oleh keluarga Demir.Selama ini Levent selalu menjual jasa illegal dibandingkan transaksi barang seperti yang dijalani oleh Altan saat ini. Regis yakin kalau Murat Demir tidak suka Altan melakukan hal yang berada di luar kendalinya karena selama ini Murat selalu memilih untuk bekerja di balik layar. Ia dapat membayangkan kekesalan Murat ketika mengetahui tin
Baca selengkapnya

Bab 219 - Dunia Begitu Sempit

Regis menyugar surainya dengan frustasi. Ia bergegas membalas pesan istrinya. Jemarinya bergerak dengan cepat pada layar gawainya. [Maaf, Amora. Aku bukan tidak mau membalas pesanmu. Tapi, tadi tidak terkirim. Sekarang keadaanku sangat baik.] Pesan tersebut terkirim dalam hitungan detik, tetapi dalam hitungan detik pula Regis menunggu balasan dari wanita itu dan ia sudah tidak sabar menunggu. Akhirnya ia memutuskan untuk melakukan panggilan keluar. Sayangnya, Amora tidak menjawab teleponnya. “Ke mana dia?” gumam Regis dengan cemas. Regis kembali melakukan panggilan ulang dan hasilnya tetap sama saja. Akhirnya Regis mencoba menghubungi putranya dan dalam beberapa detik, terlihat wajah dan suara anak laki-lakinya itu pada layar gawainya. “Halo, Papa.” Rayden melambaikan tangannya dan tersenyum lebar. Regis membalas senyumannya. Alih-alih bertanya tentang putranya, ia langsung mempertanyakan tentang istrinya, “Ray, M
Baca selengkapnya

Bab 220 - Persahabatan yang Unik

Suara tawa seketika membahana di dalam ruangan kedap suara itu. Pria bersurai ombre biru seperti ombak yang tengah memegang gelas wine di tangannya itu langsung berjalan menghampiri Regis. “Kalau tidak seperti itu, aku tidak tahu apakah aku masih memiliki kesempatan untuk bertemu dengan pangeran terhormat sepertimu ini,” balasnya mencibir Regis. "Apa aku perlu membeli lotre hari ini karena Tuan Muda sesibukmu bisa datang memenuhi undanganku?" ledek pria itu lagi. Tangannya telah merangkul pundak Regis dan mengajaknya untuk duduk bersama mereka di ruangan itu. Namun, Regis menepis tangan pria tersebut dan mendelik tajam padanya. “Aku baru tahu kalau ada orang yang sesantai sepertimu di dunia ini. Sepertinya aku perlu berganti profesi menjadi pengusaha permata saja daripada menjadi mafia, Tuan Muda Moonstone,” tukasnya. Pria berpenampilan fashionable dari ujung rambut hingga ke ujung kaki itu adalah Gino Moonstone, putra dari seorang pengusaha permata ternama. Satu dari sepuluh pert
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
53
DMCA.com Protection Status