Home / Romansa / Gairah Berbahaya sang Mafia / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Gairah Berbahaya sang Mafia: Chapter 191 - Chapter 200

529 Chapters

Bab 191 - Perseteruan Panas

Baku tembak tidak lagi terelakkan. Para bawahan Royal Dragon berhasil menjatuhkan beberapa bawahan Altan Demir yang berjaga di depan kediaman Jefferson tersebut. Mereka terus menerobos dan menyerang tanpa ampun hingga akhirnya hanya tersisa beberapa bawahan Altan di dalam rumah megah itu.Regis baru saja turun dari mobil. Ia telah memegang pistol genggamnya dan berjalan dengan langkah santai. Para bawahannya telah membukakan jalan untuknya hingga akhirnya mereka berhasil masuk ke dalam kediaman Jefferson tersebut. Netra elang Regis mengelilingi seluruh ruangan dengan sangat cepat, lalu ia bersitatap langsung dengan sosok Altan yang telah menunggu kedatangannya dengan angkuh. Para bawahan dari kedua kubu saling mengacungkan senjata api mereka dan hanya menunggu instruksi dari majikan mereka. Altan mengangkat satu tangannya dan perlahan para bawahannya menurunkan senjata mereka. Begitu juga dengan bawahan Regis. “Tuan Muda Lorenzo, selamat datang. Kedatanganmu sangat meriah sekali,”
Read more

Bab 192 - Tidak Pernah Ada Kata Sahabat

Sejak mengetahui Regis sedang mengusut hal yang terjadi pada kecelakaan tujuh tahun lalu, Altan mulai merasa tidak tenang. Padahal ia berharap pria itu tidak akan mengingat hal itu selamanya. “Kamu yang sudah membunuh Kenneth Volker, bukan?” selidik Regis dengan ekspresi yang sangat dingin. Beth yang ikut mendengar hal itu, sangat terkejut. Ia masih ingat peristiwa besar yang terjadi saat itu. Meskipun tidak ada berita akurat tentang penyebab kematian putra sulung keluarga Volker, tetapi saat itu beberapa orang besar mendengar isu bahwa Regis Lorenzo berada di tempat kejadian tersebut. Hanya saja tidak ada yang berani mengusutnya lebih lanjut. Apalagi Alejandro Volker juga tidak membuka suaranya. “Apa sebegitu yakinkah kamu kalau aku adalah pembunuhnya? Bukankah saat itu kamu yang sudah menembaknya, Regis?” timpal Altan yang enggan mengakui perbuatan tersebut. Sudut bibir Altan menyeringai sinis. Ia kembali teringat dengan pertikaiannya dengan Kenneth Volker sebelum Regis datang
Read more

Bab 193 - Pemimpin Levent "si Singa Tua"

Beth terduduk lemas di lantai. Netra senjanya menilik wajah Altan yang berubah pucat. Putra Murat Demir itu mengerang histeris. Darah mengalir dari lengan kanan pria itu. Para bawahan Regis langsung menyergap Altan dan membekuk pria itu agar tidak dapat melakukan perlawanan lagi. Beberapa saat lalu timah panas milik Mark berhasil menghentikan aksi Altan. Regis telah memperhitungkan dengan sangat tepat dan memberikan isyarat kepada Mark untuk bertindak. Beth berusaha bangkit dari duduknya. Ia menghampiri cucunya yang saat ini sedang menangis histeris dengan tubuh yang bergetar hebat. “La-Laura … tenanglah. Semuanya sudah baik-baik saja. Kita aman sekarang," hiburnya. Gadis malang itu tidak menjawab. Ia masih larut dalam tangisannya karena belum bisa menenangkan dirinya sendiri yang baru saja berdiri di depan pintu kematian. Laura benar-benar mengira nyawanya akan melayang tadi. Melihat ketakutan yang dialami gadis itu, Regis sedikit merasa bersalah. Namun, ia terpaksa melakukannya
Read more

Bab 194 - Harapan Seorang Ayah

“Deportasikan dia kembali ke negaranya. Blokir aksesnya untuk masuk ke negara ini lagi,” titah Regis secara tiba-tiba.“Tuan Muda, Anda yakin?” Mark cukup terkejut mendengar keputusan tuan mudanya yang dinilainya terlalu berperikemanusiaan.Regis tersenyum smirk. Tentu saja ia sangat ingin membunuh Altan Demir karena pria itu sangat berbahaya baginya, tetapi ia tidak bisa mengabaikan Levent. Membunuh Altan sama saja Regis membuat pernyataan perang secara terbuka dengan Levent.Royal Dragon mungkin bisa menangani hal tersebut, tetapi Regis tidak bisa memastikan tidak akan banyak korban berjatuhan jika ia melakukannya. Apalagi Golden Snake juga pasti akan memanfaatkan kesempatan emas itu untuk memperbesar kericuhan.Meskipun tadi Murat Demir sudah membiarkan Regis melakukan apa pun terhadap Altan, tetapi Regis tidak dapat memastikan apakah Murat tidak melakukan sesuatu di belakangnya untuk membalas hal yang terjadi pada Altan.Regis tahu jika hatinya terlalu lemah kali ini. Akan tetapi,
Read more

Bab 195 - Bertemu Sahabat Lama

Manik mata Amora memandang layar gawai yang hanya menampilkan tanggal dan waktu ketika ia menyalakannya. Gawai itu sudah berada di dalam genggamannya cukup lama, tetapi tidak ada satu pun panggilan masuk yang ditunggunya. ‘Kenapa dia tidak menelepon juga? Apa dia baik-baik saja?’ Embusan napas panjang bergulir dari bibirnya. Kekhawatiran terlukis jelas pada wajah wanita itu. Sejak Regis meninggalkannya dua jam yang lalu, Amora tidak hentinya menunggu panggilan telepon dari pria itu. Tidak pernah sekalipun Amora begitu antusias menunggu telepon dari seseorang seperti saat ini sebelumnya. Bibir Amora merengut masam. Hatinya benar-benar tidak tenang. Berbagai pikiran negatif terus menghantuinya. Wanita itu menyugar surainya dengan ekspresinya yang terlihat sangat frustasi. ‘Kenapa juga aku harus mencemaskan dia? Bukankah dia adalah mafia hebat? Waktu itu saja dia bisa mengalahkan tiga orang dengan tangan kosong,’ batinnya.Amora teringat dengan tiga orang utusan Julia Brown yang pern
Read more

Bab 196 - Kedatangan Tamu Spesial

Estelle Mauverick menghela napas lega. “Syukurlah kalau sekarang hidupmu lebih baik. Aku sempat merasa bersalah karena dulu tidak bisa membantumu terlalu jauh. Ayahku—” “Aku tahu, kamu harus segera berangkat ke Paris karena ayahmu menjodohkanmu dengan pria berkewarganegaraan sana dan akhirnya kamu menetap di sana setelah menikah,” sela Amora yang sudah pernah mendengar alasan dan cerita tentang wanita itu. Dulu Amora memang sempat meminta Estelle untuk memberikannya tumpangan selama beberapa hari di kediaman Mauverick ketika ia diusir oleh kakeknya. Di antara para sahabatnya yang lain, hanya Estelle yang masih mau menerimanya.Namun, ia hanya menginap tiga hari saja karena setelah itu, Estelle diminta untuk berangkat ke Paris untuk bertemu dengan lelaki yang dijodohkan oleh ayahnya. Sebulan kemudian, Amora mendengar kabar pernikahan sahabatnya tersebut. Estelle sempat mengundangnya untuk hadir, tetapi Amora tahu jika kedatangannya ke acara tersebut hanya akan menjadi bahan olok-olo
Read more

Bab 197 - Persahabatan yang Hancur

“Apa kamu memintanya untuk meng-endorse pakaianmu?” ledek Chelsea kepada sahabat yang merupakan pemilik butik tersebut.“Mana mungkin. Aku khawatir yang datang nanti malah minta berhutang. Bisa kacau nanti,” timpal Gloria seraya terkekeh geli.Tawa Chelsea meledak seketika. Ia yakin Amora mendengar celotehan mereka, tetapi wanita itu masih bergeming dengan acuh tak acuh dari posisinya.Netra Chelsea menyipit tajam. Ia menilik penampilan Amora yang dinilainya sangat berkelas hari ini. Meskipun ia tidak tahu dari mana Amora bisa mendapatkan pakaian mewah itu, tetapi Chelsea menerka jika Amora pasti mendapatkannya dengan uang kotor."Bagaimana? Apa ada yang kamu suka?"Gloria meminta pendapat Chelsea atas pakaian-pakaian yang dicobanya. Ia tidak ingin memperpanjang sindiran itu karena hanya akan memperbesar masalah saja. Gloria tidak ingin terjadi keributan di dalam butiknya."Aku suka dan aku mau ambil semuanya," jawab Chelsea dengan bangga."Wah, kamu habis dapat uang jajan dari ayahmu
Read more

Bab 198 - Waktu Telah Mengubah Semua

“Chelsea, cukup! Berhentilah meremehkan Amora. Aku yang mengajaknya ke sini. Apa tidak boleh? Bukankah kita semua teman? Lagipula ini tempat umum. Aku rasa semua orang berhak datang ke butik ini. Bukankah begitu?” Estelle yang sejak tadi diam, akhirnya memilih untuk bersuara. Ia merasa sikap dan ucapan Chelsea sudah keterlaluan. Tidak terdengar lucu sedikit pun. Pandangan Estelle beralih kepada Gloria, selaku pemilik butik tersebut dan bertanya kepada wanita itu, “Apa di butik ini ada dipasang larangan kalau hanya orang-orang tertentu saja yang boleh berbelanja di sini?” Gloria tersenyum kikuk. Ia melirik Chelsea yang tampak kesal, tetapi ia tidak memiliki pilihan lain selain menjawab, “Te-tentu saja tidak ada. Semua boleh berbelanja di sini tanpa terkecuali selagi mereka mampu membelinya.” Sudut bibir Chelsea terangkat sinis. “Tuh dengar sendiri kan? Selagi mampu,” jawabnya yang kembali melirik Amora. Tatapannya tertuju pada cincin berlian yang tersemat pada jari manis wanita itu.
Read more

Bab 199 - Membalas dengan Elegan

Kemarahan Gloria membuat Amora merasa sangat puas dan bahagia. Ia merasa cukup terhibur melihat pertikaian yang terjadi. Tanpa perlu ia berkoar-koar ataupun berbuat sesuatu, ketiga wanita itu berselisih satu sama lain karena dirinya. Melihat perdebatan mereka, Amora juga merasa sangat lucu. Ia tidak ingin membela siapa pun karena menurutnya, tidak ada satu pun di antara mereka yang bisa dipercayanya. Namun, melihat Estelle yang tiba-tiba saja membelanya, sebenarnya Amora cukup terkejut. Ia tidak pernah berekspektasi hubungan mereka akan membaik hanya karena hal ini. Hanya saja, ada satu hal yang cukup menarik perhatiannya. Ucapan Chelsea yang sempat mengatakan alasan Estelle yang terpaksa menikah dengan lelaki yang tidak disukainya adalah karena dirinya. Amora merasa sangat aneh dan tidak bisa menerima tuduhan Chelsea tersebut karena ia merasa tidak pernah melakukan apa pun terhadap pernikahan Estelle! Pandangan Amora tertuju kepada Estelle, lalu ia pun menginterogasi wanita itu
Read more

Bab 200 - Kemarahan yang Memuncak

"Kamu ...."Chelsea telah mengacungkan telunjuknya di depan wajah Amora. Kepalanya terasa mendidih.Ucapan yang terlontar dari bibir Amora ibarat pukulan kritikal yang mungkin telah membuat tekanan darah Chelsea menjadi naik dua kali lipat daripada sebelumnya! Melihat ekspresi kekesalan Chelsea, suara tawa Estelle semakin menjadi. Apalagi ketika melihat Chelsea yang kehilangan kata-katanya untuk membalas ucapan Amora. Estelle merasa sangat puas. Dengkusan dingin berembus dari hidung bangir Amora. Ia tidak mempedulikan kemarahan Chelsea dan berjalan melewati wanita itu.Langkahnya terhenti di depan kasir. Ia berniat untuk segera melakukan pembayaran dari belanjaannya. Amora tidak ingin berlama-lama di dalam butik tersebut karena hanya membuat suasana hatinya menjadi sangat buruk. “Berapa semuanya?” tanya Amora kepada sang kasir yang memandangnya dengan takut. Kasir tersebut segera melakukan penghitungan dengan cepat dan menjawab, “Semua 145 dolar.” Tiba-tiba saja Estelle berdiri
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
53
DMCA.com Protection Status