“Chelsea, cukup! Berhentilah meremehkan Amora. Aku yang mengajaknya ke sini. Apa tidak boleh? Bukankah kita semua teman? Lagipula ini tempat umum. Aku rasa semua orang berhak datang ke butik ini. Bukankah begitu?” Estelle yang sejak tadi diam, akhirnya memilih untuk bersuara. Ia merasa sikap dan ucapan Chelsea sudah keterlaluan. Tidak terdengar lucu sedikit pun. Pandangan Estelle beralih kepada Gloria, selaku pemilik butik tersebut dan bertanya kepada wanita itu, “Apa di butik ini ada dipasang larangan kalau hanya orang-orang tertentu saja yang boleh berbelanja di sini?” Gloria tersenyum kikuk. Ia melirik Chelsea yang tampak kesal, tetapi ia tidak memiliki pilihan lain selain menjawab, “Te-tentu saja tidak ada. Semua boleh berbelanja di sini tanpa terkecuali selagi mereka mampu membelinya.” Sudut bibir Chelsea terangkat sinis. “Tuh dengar sendiri kan? Selagi mampu,” jawabnya yang kembali melirik Amora. Tatapannya tertuju pada cincin berlian yang tersemat pada jari manis wanita itu.
Read more