Home / Romansa / Gairah Berbahaya sang Mafia / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Gairah Berbahaya sang Mafia: Chapter 171 - Chapter 180

529 Chapters

Bab 171 - Intrik atau Bukan?

“Tapi, Tuan Muda … bukankah pemimpin Levent dan Tuan Besar kita sudah sepakat untuk tidak saling berseteru lagi?” Regis tertegun mendengar pertanyaan yang terucap dari bibir asistennya. Ia kembali teringat dengan peristiwa yang sempat terjadi sepuluh tahun silam di mana terjadi perseteruan besar antara bawahan Levent dan Royal Dragon ketika mereka melakukan perebutan wilayah yang menghasilkan anggur terbaik di kawasan utara California. Saat itu pertumpahan darah tidak lagi terhindarkan ketika kesepakatan bersama tidak dapat berlangsung dengan baik. Demi menghindari kerugian yang besar dan kehilangan sumber daya, akhirnya kedua pemimpin organisasi pun mengambil tindakan. Keduanya sepakat untuk mengambil jalan tengah dengan membagi wilayah menjadi dua bagian dan sepakat untuk tidak lagi saling menyikut satu sama lain dan menjalankan bisnis masing-masing. “Kamu benar. Tapi, Altan bukanlah Murat. Apa kamu tidak mendengar jika akhir-akhir ini Murat Demir dan putranya itu sering berselis
Read more

Bab 172 - Mengorek Informasi

Di dalam kamar tidur Rayden, Amora sedang bercengkerama dengan putranya. Wanita itu merasa sangat lega karena putranya itu tidak berkurang suatu apa pun. “Nenek Emma sangat senang waktu Ray membawakan banyak sekali makanan kesukaannya.” Celotehan ria yang meluncur dari bibir Rayden membuat kegelisahan yang sempat menghantam pikiran Amora seketika lenyap. Anak laki-laki itu begitu antusias menceritakan tentang perjalanannya hari ini bersama Mark Carter dan saat mengunjungi Emma Adams. “Apa tadi Nyonya Adams tidak semakin sakit kepala karena mendengar celotehanmu ini?” goda Amora sembari mencubit pipi putranya dengan gemas. Suara kekehan kecil pun bergulir dari bibir Amora ketika melihat ekspresi Rayden yang merengut masam. “Mama hanya bercanda, Sayang. Nyonya Adams pasti akan semakin cepat pulih karena senang bisa melihatmu,” hiburnya. Rayden mengangguk dengan penuh semangat. “Tentu dong. Nenek Emma tadi bilang kalau lain kali datang sama Mama. Dia kesepian di apartemen katanya. Di
Read more

Bab 173 - Perang Dingin

“Kamu lihat handphone Mama tidak, Ray?” tanya Amora kepada putranya yang baru saja keluar dari kamarnya setelah ia memanggilnya tadi. Wanita itu baru saja selesai memanggang macaroni schotel sebagai menu makan malam mereka hari ini. Seperti biasa, ia selalu mengutamakan kesehatan putranya dengan tidak menggunakan bahan makanan yang mengandung susu sapi dalam memproses makanan. "Ada Ma." Rayden mengeluarkan gawai milik ibunya dari balik punggungnya. “Tadi ketinggalan di kasur Ray,” celetuk anak laki-laki itu seraya menyerahkan benda tersebut kepada ibunya. Amora langsung mendekap benda canggih itu di dadanya dengan perasaan yang sangat lega. “Ya ampun. Terima kasih, Sayang,” timpalnya. Tidak bisa ia membayangkan jika kehilangan gawai berharga super fantastis itu. Mungkin Regis tidak akan memarahinya apabila Amora kehilangan gawai tersebut, tetapi sebagai seseorang yang pernah mengetahui sulitnya mencari uang, kehilangan benda mewah nan mahal itu tentu saja sangat menyakitkan. Amor
Read more

Bab 174 - Tergoda

“Aku hanya tidak ingin bicara saja. Apa ada salahnya kalau aku diam? Mulut juga mulutku.” Nada sarkas yang terlontar dari bibir Amora membuat ekspresi Regis sedikit menggelap. Baru wanita itu yang berani menentangnya. Selama ini semua orang selain ayahnya selalu melihat air mukanya kalau berbicara dengannya. Akan tetapi, Amora bahkan tidak mempedulikan kilatan kemarahan yang kini terbesit pada sepasang netra tajam Regis. Bahkan wanita itu malah mendelik tajam padanya dan masih memasang wajah masam padanya. Helaan napas panjang pun bergulir dari bibir Regis. “Mau sampai kapan kamu bersikap dingin padaku, Amora? Kamu tidak mau kan Ray melihat kita terus berperang dingin seperti ini?” Pertanyaan yang disertai ancaman itu membuat Amora mencebikkan bibirnya dengan malas. “Tidak usah membawa-bawa nama Ray. Aku tahu apa yang sedang kulakukan, Regis. Sebaliknya, kamu sendiri, aku harap kamu segera menangkap pelaku penembakan tadi. Aku tidak mau kalau dia sampai mencelakai Ray,” peringatn
Read more

Bab 175 - Ciumanmu Sangat Buruk

Wanita itu menepis tangan Regis dari bibirnya. Ia tidak mampu berkata-kata karena kenyataannya tadi ia menjadi semakin liar karena tergoda dengan perlakuan pria itu.Berulang kali Amora merutuki dirinya sendiri. Ia semakin heran dengan dirinya sendiri yang begitu mudah ditaklukkan oleh pria itu. Padahal ia sudah berulang kali mengingatkan dirinya untuk tidak lengah, tetapi tetap saja Regis berhasil membuatnya tergoda.‘Sial! Kenapa juga dia begitu mahir berciuman?’ gerutu Amora dengan kesal di dalam hati.Amora akui jika ciuman yang dilakukannya bersama Regis adalah ciuman terpanas dan terlama yang pernah dilakukannya bersama lawan jenisnya. ‘Amora oh Amora, apo kamu sudah gila? Dia bukan lelaki yang bisa kamu percayai begitu saja. Jangan serahkan hatimu kalau tidak ingin terluka lebih dalam lagi.’Amora bergumam di dalam hati dan mengingatkan dirinya kembali. Ia yakin Regis begitu menginginkannya sek
Read more

Bab 176 - Kata Maaf yang Berharga

“Katakan padaku, Amora. Kenapa kamu mengabaikanku dan sampai kapan kamu akan bersikap seperti ini?” selidik Regis dengan kedua tangan telah berkacak di pinggang. Amora berdecih sinis. “Jangan berpura-pura bodoh. Kamu tahu pasti kenapa aku mengabaikanmu, bukan?” Kening Regis mengerut. Tentu saja ia tahu, tetapi semua yang dilakukannya adalah demi kebaikan wanita itu. Lalu, apa salahnya jika dirinya tidak memberitahunya?Regis mulai menyadari jika pola pikir seorang wanita sangatlah rumit. Biasanya ia tidak pernah mempedulikan perasaan lawan jenisnya, tetapi ia tidak bisa melakukannya terhadap Amora karena wanita itu cukup istimewa di hatinya.“Aku hanya tidak ingin kamu terlibat lebih jauh, Amora. Bukan sengaja ingin merahasiakannya,” cetus Regis membela dirinya. Berharap wanita itu akan memahami keputusannya tersebut. Akan tetapi, pembelaannya malah menjadi cambukan balik untuknya.“Tapi, sayangnya aku sudah terlibat, Regis. Aku hampir mati tadi!” hardik Amora dengan kesal. Tiba-ti
Read more

Bab 177 - Putra Mafia

Helaan napas panjang bergulir dari bibir Regis. Kalimat wanita itu terdengar sangat tajam seperti duri yang ingin menusuknya. Akan tetapi, Regis tahu jika Amora hanya ingin melindungi dirinya dengan kalimat sarkas tersebut."A-aku tidak bisa memaafkanmu dengan mudah," cicit Amora dengan gugup.Sejujurnya, Amora sangat terkejut mendapatkan permintaan maaf dari suaminya itu. Ia tidak ingin mengakui jika rasa kesalnya telah terkikis sedikit saat ini. Ia merutuki dirinya yang terlalu mudah luluh hanya karena satu kata maaf dari pria itu.Dengkusan kasar berembus dari hidung bangir wanita itu. Ia memalingkan wajahnya dari Regis yang sejak tadi terus memandangnya dengan lekat. Tatapan pria itu seolah mampu menembus ke dalam isi hatinya.“Tentu saja aku tahu. Lagian aku tidak minta maaf karena sudah menciummu,” lanjut Regis yang membuat perhatian Amora kembali tertuju padanya. “Apa kamu sengaja mencari gara-gara, Regis?” hardik Amora dengan emosi yang kembali meluap tak terkendali. Suara k
Read more

Bab 178 - Aku Menginginkanmu Malam Ini

Amora hanya mendapatkan tanggapan berupa senyuman kecut dari pria itu. “Kamu tidak bisa melakukannya?” cibirnya. Mafia sekelas keluarga Lorenzo pasti sudah melakukan banyak hal yang melanggar hukum dengan kejahatan-kejahatan terselubung yang telah mereka perbuat termasuk membunuh. Demi uang, kekuasaan dan harga diri mereka yang tinggi, apa pun akan mereka lakukan meskipun harus melumuri tangan mereka dengan darah. “Maaf, sepertinya aku terlalu naif kalau memintamu untuk tidak membunuh. Aku hanya tidak ingin Ray tahu kalau ayahnya ternyata adalah seorang pembunuh yang kejam. Tapi, sudahlah … lupakan hal itu,” cicit Amora dengan wajah tertunduk. “Baiklah,” cetus Regis yang membuat Amora tersentak. Wanita itu kembali memandang Regis dengan sorot mata tak percaya. “Ka-kamu bilang apa?” “Aku bilang aku tidak akan membunuh,” ucap Regis menegaskan ucapannya. “Kamu … yakin?” cicit Amora dengan penuh keraguan. “Tentu saja tidak yakin,” sahut Regis seraya terkekeh kecil. Bola mata hazel
Read more

Bab 179 - Lanjutkan!

Bola mata hazel Amora bergerak dengan gelisah. Bibirnya bergetar pelan. Pikirannya memintanya untuk menolak permintaan pria itu, tetapi tubuhnya berpikir sebaliknya. Ketika bibir Regis kembali memagut bibirnya, Amora tidak menghindar. Ia berpikir mungkin ia sebaiknya memberikan kesempatan kepada pria itu untuk mengambil haknya karena Amora sebenarnya juga menyadari jika dirinya juga membutuhkan hal yang sama saat ini. Perlahan tapi pasti, bibir mereka saling bertaut kembali seperti sebelumnya. Tidak ada lagi perlawanan seperti yang terjadi sebelumnya, semuanya mengalir dengan selaras di bawah sinar rembulan yang memancarkan kelembutannya. Perlahan kelopak mata Amora tertutup rapat. Buaian lembut yang memanjakan bibirnya membuat akal sehatnya berhenti bekerja untuk beberapa saat. Kedua lengan Amora telah melingkar pada leher kokoh Regis. Tangan pria itu juga telah bergerak menahan tengkuk lehernya untuk memperdalam ciuman mereka yang kian memanas. Regis meraup bibirnya dengan raku
Read more

Bab 180 - Sirna Dalam Sekejap

“Ray? Apa yang terjadi?” tanya Regis dengan bingung. Pria itu berusaha menyembunyikan rasa kecewa dan paniknya karena merasa kepergok telah melakukan tindakan yang tercela oleh putranya itu. Amora juga sama hal terkejutnya. Ia menoleh dan menemukan putranya telah berdiri dengan piyama lengkap. Anak laki-lakinya itu sedang memeluk bantal kesayangan yang selalu dibawanya sejak kecil. Sontak, Amora bergegas turun dari gendongan Regis dan melangkah dengan tertatih-tatih. “Ada apa, Sayang?” tanya wanita itu dengan cemas. Rayden tidak langsung menjawab. Ia melirik tajam ke arah Regis hingga membuat pria itu merasa telah membuat kesalahan yang sangat besar. "Ray, kamu mencari Mama?" tanya Amora menerka. Perhatian Rayden kembali tertuju kepada ibunya. Anak laki-laki itu mengangguk kecil. "Ada apa, Ray?" tanya Amora dengan waswas. Ia masih mengingat putranya yang sempat mengintip dirinya dan Regis sedang berciuman di luar tadi. “Ray mau tidur di sini,” cetus Rayden dengan wajah tertun
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
53
DMCA.com Protection Status