Home / Romansa / Gairah Berbahaya sang Mafia / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of Gairah Berbahaya sang Mafia: Chapter 151 - Chapter 160

529 Chapters

Bab 151 - Mempersiapkan Kejutan

Regis tersenyum smirk. “Ucapanmu melukai perasaanku, Istriku,” tukasnya sambil memegang dada kirinya. Amora hanya bisa memutar bola matanya dengan malas. ‘Jangan-jangan dia memang ada campur tangan dalam masalah pemecatanku itu,’ terkanya. Akan tetapi, ia tidak bisa mempertanyakan hal tersebut di hadapan Rayden. Melihat interaksi kedua orang tuanya, Rayden hanya bisa menghela napas panjang. ‘Mau sampai kapan mereka seperti anjing dan kucing seperti ini?’ batinnya. “Maaf, Nyonya. Kita sudah sampai,” ucap Mark ketika mobil mereka telah berhenti tepat di depan lobi gedung sekolah dasar. Akhirnya Amora terpaksa mengesampingkan pembicaraannya dengan Regis. Ia bergegas turun lebih dulu sebelum Mark melakukan untuknya. Rayden menoleh kepada ayahnya dan berkata, “Ray tidak masalah dijemput oleh Paman Carter, Papa. Tapi, Ray harap Papa dapat membicarakan hal ini sebelumnya dengan Mama dulu di lain waktu.” Regis tertegun. Ia tidak menanggapi apa pun terhadap ucapan putranya itu. “Sampai
Read more

Bab 152 - Teman Sekelas Rayden

Amora mengantar Rayden masuk ke dalam hingga ke batas pintu pengantaran saja. Ia memakaikan tas ransel pada punggung mungil putranya itu.Masih dengan posisi setengah membungkuk, Amora berpesan kepada anak laki-lakinya itu, “Semangat belajar ya, Ray. Dengarkan kata Miss Daisy dengan baik, lalu jangan mencari keributan lebih dulu dengan teman sekelasmu.”“Baik, Mama,” timpal Rayden sembari tersenyum lebar. Seulas senyuman terbit di bibir Amora, lalu ia pun mengusap puncak kepala putranya tersebut. Ketika ia hendak berbalik badan, tiba-tiba saja terdengar seruan yang memanggil nama putranya itu. "Ray!" Amora pun menghentikan langkahnya. Ia menilik sosok anak perempuan yang berusia sebaya dengan Rayden sedang berlari-lari kecil dari arah pintu masuk lobi utama. Gadis kecil itu menghampiri Rayden setelah seorang pria mengantarkannya hingga depan pintu saja. Dia adalah teman sekelasnya, Kimmy Moonstone. Gadis kecil itu adalah satu-satunya siswa di sekolah itu yang masih mau bersosialis
Read more

Bab 153 - Nikmati Sisa Waktumu

Suara desas-desus mulai beredar di sekitar Amora. Namun, Amora Lysander sama sekali tidak mempedulikannya dan melenggang dengan acuh tak acuh. Sayangnya, Lisa masih saja tidak berniat melepaskannya. Wanita itu menahan pergelangan tangan Amora ketika Amora berniat melewatinya. “Sayang, kamu masuk saja dulu ya. Mama masih ada sedikit urusan di sini,” ucap Lisa kepada putranya, Benjamin Brown. Anak laki-laki bertubuh gempal itu menatap Amora dengan sinis. Akan tetapi, ia tidak mengatakan apa pun dan segera berjalan masuk menuju ke kelasnya karena suara bel masuk telah berbunyi sejak tadi. “Lisa, apa lagi yang ingin kamu bicarakan? Aku sudah tidak ada urusan denganmu,” cetus Amora yang segera menyentakkan tangan wanita itu. Akan tetapi, Lisa kembali menahannya. “Lisa, lepaskan tangan kotormu itu dari tanganku,” desis Amora dengan dingin. Sorot mata Amora yang tajam menghunus bak sebilah belati yang ingin mengiris kulit wajah wanita itu. Bukannya melepaskan tangannya, Lisa malah me
Read more

Bab 154 - Mata Dibalas Mata, Gigi Dibalas Gigi

Amora memutar bola matanya dengan malas ketika mendengar ejekan sang suami dari seberang gawai barunya itu.Sebelum ia sempat menjawab, Regis kembali bertanya, “Apa kamu masih lama? Perlu aku menjemputmu ke dalam, Istriku?"Amora tertegun sejenak. Ia melirik Lisa dan para orang tua siswa yang masih menanti tontonan menarik darinya. Sempat terlintas di dalam benaknya untuk memamerkan Regis kepada mereka, tetapi penampilan Amora saat ini terasa tidak sepadan untuk berdiri di samping pria itu. Amora khawatir malah akan mempermalukan Regis. Akhirnya ia memilih untuk tidak menerima tawaran suaminya tersebut.“Tidak perlu. Urusanku sudah selesai. Aku akan keluar sekarang,” sahut Amora yang mengakhiri panggilan tersebut lebih dulu. Melihat Lisa yang masih menunggunya dengan setia, Amora hanya tersenyum sinis. "Tidak perlu sampai melihat sampai seperti itu, Lisa. Matamu tidak salah lihat," sindir Amora yang langsung dapat menerka dari ekspresi Lisa.Ia tahu jika Lisa sangat terkejut dengan
Read more

Bab 155 - Hidup Seperti Orang Mati

Amora terperangah. Ia benar-benar kehilangan kata-katanya atas prinsip Regis yang dinilainya terlalu kejam. Akan tetapi, hal yang diucapkan Mark memang benar. Rasa belas kasihan hanya sebuah kelemahan yang akan dipegang oleh musuh untuk berbalik arah untuk menjatuhkannya kembali. Akan tetapi, Amora tidak bisa menggunakan cara kejam seperti yang dijelaskan Mark tadi. “Sepertinya kamu tidak suka dengan caraku, Amora,” terka Regis ketika melihat ekspresi wanita itu. “Kamu benar. Aku khawatir tidak dapat melakukannya, tetapi aku tidak berpikir untuk membiarkan musuhku terus menginjakku, Regis,” tutur Amora yang menunjukkan jika dirinya tetap tidak akan tinggal diam. “Baiklah, lalu apa rencanamu?” selidik Regis. Ia menatap Amora dengan lekat. Rasa ingin tahunya terhadap rencana wanita itu sangatlah besar. Seulas seringai licik terbit di bibir Amora. Ia membalas tatapan Regis dengan sorot mata menggoda, lalu berkata, “Bukankah kamu bilang kalau aku boleh memanfaatkanmu? Apa hal itu mas
Read more

Bab 156 - Menang Satu Poin

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Para siswa Sunrise School telah mengemasi barang bawaan mereka dan bergegas keluar dari kelas dengan bimbingan wali kelas masing-masing. Para orang tua maupun wali murid telah menunggu di depan pintu penjemputan. Satu per satu siswa berpamitan kepada wali kelas mereka setelah melihat orang tua maupun wali penjemputan mereka. Rayden mengedarkan pandangannya ke sekitar untuk mencari sosok asisten ayahnya di antara kerumunan para penjemput. “Sepertinya kamu tidak dijemput, Anak Haram,” ledek Benjamin ketika melihat wajah kecewa Rayden. Mark Carter memang belum terlihat di sana. Rayden berpikir jika asisten ayahnya itu mungkin saja sedang sibuk atau mungkin terjebak macet. Rayden tidak menggubris ejekan putra Lisa tersebut. Ia memilih untuk menunggu sebentar di sana. “Ben, Rayden punya nama. Memangnya kamu tidak bisa memanggil namanya dengan benar?” hardik Kimmy yang mendengar ejekan Benjamin tadi. Wajah Benjamin langsung berubah keruh. Namun, ia
Read more

Bab 157 - Menikmati Pelayanan Istimewa

“Saya tidak menyangka Anda akan berubah sedrastis ini, Nona Lysander. Apa sebelumnya Anda adalah titisan dari seorang bidadari?"Seorang penata rias yang baru saja memberikan polesan di wajah Amora memujinya dengan kata-kata yang terdengar sangat manis. Amora tahu jika wanita itu hanya berbasa-basi untuk menyenangkan hatinya sebagai pelanggan istimewanya."Anda memuji terlalu berlebihan, Jessy. Ini berkat tangan ajaibmu," timpal Amora dengan seulas senyuman yang melengkung indah di bibir yang kini telah dipulas dengan pewarna bibir berwarna peach.Amora memandang wajahnya sendiri di depan cermin. Ia terkesima dengan dirinya sendiri dan kepiawaian Jessica Meadow yang terkenal sebagai penata rias profesional.Sentuhan Jessica berhasil membuat wajah Amora terlihat sangat cemerlang dibandingkan sebelumnya. Entah sudah berapa lama Amora tidak memperhatikan wajahnya sendiri. Kesibukannya setiap hari membuatnya tidak memiliki waktu untuk melakukan perawatan wajah.Akan tetapi, meskipun ia me
Read more

Bab 158 - Terkesima

“Gaun ini juga bagus dipakai Anda, Nona. Potongan model gaun seperti ini cocok untuk kaki Anda yang panjang.” Salah seorang pelayan butik menjelaskan model gaun yang sedang dipegangnya kepada Amora. Sudah lima belas menit mereka menjelaskan satu per satu gaun yang dibawa dari butik mereka. Amora mengamati satu per satu gaun yang dibawa oleh para pelayan butik tersebut. Ia akui jika bahan dari helaian gaun tersebut sangat bagus. Model gaun-gaun tersebut juga sangat cantik hingga ia sulit untuk memilih salah satunya. “Apa ada yang Anda suka di antara semua gaun ini, Nona?” tanya sang manajer butik dengan ramah. Amora tersenyum kikuk. Netra hazelnya memandang kembali satu per satu helaian gaun yang masih dipegang oleh setiap pelayan butik yang sedang berdiri di hadapannya saat ini. Setiap helaian gaun itu merupakan buatan tangan dari para desainer profesional yang dimiliki oleh butik tersebut. Amora cukup syok ketika melihat harga yang tertera pada tag gaun tersebut. ‘Satu gaun ini
Read more

Bab 159 - Bagian dari Penyempurnaan Peran

Netra Regis mengamati penampilan Amora dari ujung rambut hingga ke ujung kaki dengan sangat serius. Membuat wanita itu merasa ada sesuatu yang salah pada dirinya.Akan tetapi, kalimat yang terucap dari bibir Regis selanjutnya membuat Amora ingin mencekiknya karena sudah membuatnya khawatir terlalu jauh."Sepertinya kamu butuh sepatu baru yang cocok untuk menyempurnakan gaunmu." Amora tidak menanggapi. Ia hanya memutar bola matanya dengan malas.Akhirnya Regis meminta salah seorang pelayan butik yang masih berada di dalam ruangan untuk membawakan sepatu yang cocok untuk istrinya tersebut.Tidak berapa lama kemudian, penampilan Amora sudah benar-benar sempurna. Ia memandang dirinya sendiri di depan cermin dengan kagum. 'Apa semua ini adalah nyata?' batinnya yang masih tak percaya dengan kemewahan yang menyelimuti dirinya. “Ah, ya ampun, aku lupa membuka label harganya,” gumam Amora yang baru menyadari kecerobohannya. Ia mencoba meraih label harga dari balik punggungnya, tetapi sulit
Read more

Bab 160 - Hubungan yang Dimulai dari Kesalahan

“Tapi, ini bukan cincin pernikahan kita yang sebenarnya.” Ucapan yang terlontar dari bibir Regis membuat Amora melongo seketika. “Maksudmu … ini cincin tiruan?” tanya Amora dengan wajah terheran-heran. “Kamu meremehkanku, hm? Apa aku perlu membeli cincin tiruan, sementara aku bisa memborong satu toko perhiasan?” Regis mengangkat satu alisnya dan menatap Amora dengan tajam. Wanita itu pun berdeham pelan dan berkata, “Habisnya tadi ucapanmu ambigu sekali.” “Makanya dengarkan dulu aku selesai bicara,” timpal Regis seraya mengetukkan jarinya pada kening wanita itu. Amora mengusap keningnya, lalu mencebikkan bibirnya dengan malas. Ia menyoroti wajah Regis dengan tajam. “Ini memang bukan cincin pernikahan kita karena cincin yang aku pesan masih belum selesai,” terang Regis. Kali ini Amora mulai memahami maksud dari perkataan suaminya itu. “Sudah kuduga kalau tuan muda sekelasmu pasti ingin menggunakan cincin buatan tangan dan membuat sebuah cincin tidak segampang dan secepat ini,” ti
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
53
DMCA.com Protection Status