Bab 48"Pak, kalau ada pasien datang, tolak aja dulu. Kita butuh istirahat dan perlu refreshing," ucapku pada Bapak yang tengah menampi beras di halaman. "Kau mau ke mana, Bone?" Bapak menatapku naik turun. "Wangi banget." Aku yang telah berpakaian rapi dan akan menghidupkan mesin motor, melirik sembari tertawa kecil. "Ngapel ke rumah Abigail, Pak."Bapak menghentikan aktivitasnya menampi beras. Melotot ia memandangku. "Bone, cinta yang diawali dengan mantra, tak akan bertahan lama sebab magic punya batasan waktu. Saat pengaruh mantra melemah, akan memudar pula rasa cinta itu."Aku tertawa makin lebar mendengar nasehat Bapak. Tiap Bapak mencoba berbicara serius perihal cinta, kenapa jatuhnya selalu komedi? "Satu lagi, Bone. Kebanyakan perempuan memang doyan berdukun, tapi ogah menikahi dukun. Bapak takut kau belum siap patah hati." Aku memasukkan kunci motor ke lubangnya. Akalku mencerna perkataan Bapak. "Jangan bicara soal patah hati, Pak. Saat baru belajar merangkak, aku suda
Baca selengkapnya