Semua Bab DUKUN 99 : Bab 41 - Bab 50

74 Bab

Pesugihan Angka Togel

Bab 41Hari ini begitu berkesan. Ibarat pepatah, 'sambil menyelam makan ikan'. Abigail sudah jadi pacarku, uang pun sudah kuamankan di bank.Tinggal bagaimana merawat hubungan cinta ini agar dapat bertahan lama dan saling setia. Aku mengantar pulang Abigail. Di depan rumah, Bapaknya tengah memberi makan burung. Lelaki itu memandang heran pada kami. Untungnya, Abigail buru-buru mengatakan kalau aku ini temannya. Aku pun pamit dan kembali ke rumahku di kaki pegunungan. Baru saja memarkir motor di bawah pohon waru, kudengar suara menangis dari arah ruang tamu. Suara pria dewasa yang entah apa sedang mengeluh pada Bapak. "Pria itu selalu kalah berjudi, Bon," ucap si kunti bukan merah dari atas pohon waru. Rupanya, tangisan pria itu telah mengagetkan si kunti dari tidur. Iler si kunti mengalir berjatuhan. Aku terpaksa memindahkan posisi motor agar terhindar dari iler si kunti. "Cepetan kau tangani dia, Bon. Suruh dia diam agar aku bisa melanjutkan tidur!" tegas si kunti.Aku tertawa
Baca selengkapnya

Pesugihan Babi Ngepet

Bab 42Cafe Olivier.Di paling sudut, tepatnya dekat jendela, aku dan Abigail duduk berhadapan. Dua cangkir minuman aneh disajikan di atas meja atas pesanan Abigail."Ini apa, Nona?" Aku mengaduk permukaan cream yang didesain berbentuk hati. Senyum Abigail mengembang. "Mocca latte. Belum pernah minum, Bang?" "Belum.""Ini kreasi kopi yang diracik lebih modern. Abang pasti suka, coba deh.""Ah tidak," jawabku datar. Dalam hati merasa cemas jangan sampai minuman ini akan membuatku sakit perut. Mengingat ruh ular masih melekat dalam raga ini. Sehingga apa pun yang tak disukai ular akan berdampak pada tubuh manusiaku."Kenapa, Bang?" Abigail menatap curiga."Mmm, aku lebih suka minum susu ketimbang kopi." Abigail tertawa mendengar pengakuanku. "Baiklah, aku akan memesan ulang," ucapnya lantas memanggil pramusaji.Kencan pertama ini terasa kikuk. Terasa berbeda jauh dari dunia asliku. Abigail banyak bertanya seputar kehidupan keluargaku. Dan aku menjawab seadanya, belum benar-benar me
Baca selengkapnya

Pesugihan Tuyul

Bab 43Aku memandang selembar kertas di tangan. Di atasnya, tertulis nama-nama pasien pesugihan. Kucoret nama pasien pesugihan babi ngepet yang kemarin sudah selesai kutangani. Hari ini, aku akan melayani pasien pesugihan tuyul. Mereka ini adalah sepasang suami istri yang sering dihina karena kondisi ekonomi yang morat-marit. Dipandang sebelah mata dan dikuncilkan oleh keluarga sendiri. Melakukan pesugihan tuyul dan menjadi kaya raya, secara tak langsung akan menampar wajah orang-orang yang pernah menghina mereka. Syarat-syarat sudah kusampaikan beberapa hari yang lalu. Tinggal disanggupi agar si calon anak dapat dibawa pulang. Dengan hati-hati, kubuka tutup botol lantas mengeluarkan sesosok tuyul. Tuyul yang dulunya kutangkap dari rumah mendiang Nanda. "Terlalu lama kau mengunciku di dalam botol. Sampai-sampai aku lupa siapa namamu," bisik si tuyul saat berhasil mendarat di lantai tanah. Ia sibuk meregangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. "Namaku?" Aku tertawa datar. "S
Baca selengkapnya

Teluh Gantung Jodoh

Bab 44Setelah pasien pesugihan tuyul meninggalkan rumahku, aku segera membereskan sisa sesajen di ruang pasien.Aku lantas mandi serta melakukan perawatan diri agar tetap tampan dan berseri. Tepat di jam sembilan malam, kubangunkan Bapak untuk bersama menyantap makan malam.Kondisi kesehatan Bapakku belum seratus persen membaik. Ia nampak lemah dan sedikit sulit bernapas."Bone, kau harus pakai masker saat melayani pasien," ujar Bapak yang tak bersemangat menggigit potongan ayam goreng. "Saat ini, lagi viral virus korona. Bapak takut kau tertular lantas tewas."Aku tertawa mendengar kekhawatiran Bapak. Kusuapkan bubur dan daging ke mulut Bapak agar perut kosongnya terisi makanan. "Kau jangan tertawa, Bone. Sudah banyak orang yang meninggal karena virus itu. Dukun memang kebal santet, tapi tak kebal virus." Aku mengusap punggung Bapak, "Ini sudah malam, Pak. Besok saja maskernya kubeli di kota." Selesai makan, Bapak kuantar ke kamar. Aku tidur di sebelah Bapak agar ia merasa nyama
Baca selengkapnya

Perbedaan Santet, Teluh, Tenung dan Guna-guna

Bab 45"Aku sudah siap kok. Pijat aja," tegur Novi yang mendapatiku sungkan menyentuh tubuhnya. Aku berdeham pelan, "Badan kamu terlalu tegang. Harusnya lebih rileks agar bisa dipijat."Novi tersenyum malu. "Maaf, saking gugupnya, aku jadi tegang begini. Hehehe ...." Menit berselang, aku masih mencermati sekujur tubuhnya dengan rasa kecewa."Kapan mijatnya kalau badan kamu belum juga rileks, huh? Memijat saat otot tegang, bisa berakibat fatal. Ayolah kamu harus rileks," omelku. "Hmm, sebenarnya harus ada aksi kecil barulah bisa rileks." Novi mengerlingkan mata. Ia menegakkan tubuh dari berbaring. Duduk menjulurkan kedua kaki, wajahnya mendekat ke wajahku."Eh--eh, ngapain ini! Jan ngadi-ngadi kamu!" tolakku samar. Takut didengar oleh Ibunya lantas terjadi salah paham. "Bantu aku dong agar bisa rileks. Cuman sebentar doang," rayunya di telingaku. Aku akan menjawab tapi Novi telah lebih dulu menempelkan bibirnya ke bibirku. Kucoba membuka mulut untuk bersuara, lagi-lagi ia lebih d
Baca selengkapnya

Kulhu Balik

Bab 46 Jam menunjukkan hampir pukul 3 pagi dan pasien teluh gantung jodoh itu masih berada di rumahku. Masih tersisa satu ritual lagi, yaitu memandikan pasien memakai air kembang setaman yang ditaburi garam ruwat. "Ayo, kamu harus kumandikan biar pengaruh teluhnya seratus persen bersih," ajakku pada Novi yang masih duduk di ruang pasien.Ibunya bangkit duluan, "Saya ikut gak ke kamar mandi?""Tidak usah. Kamar mandi saya sempit, gelap dan licin. Ibu tunggu saja di sini selagi Novi saya mandikan." "Ahh modus kau, Bonee ..." Tiba-tiba terdengar suara dari atap rumah. Ternyata si genderuwo peliharaan yang sudah sejak awal mengintip aktivitas kami. "Bilang saja, mau kau goda anak gadisnya. Hahaha ...."‘Tutup mulutmu!’ Batinku membalas. ‘Kalau tadi si Novi kukulum, semata supaya tubuhnya rileks. Itu hanyalah bagian dari profesi dukun.’ "Sudahlah, Bone. Aku paham, kau itu tengah beranjak dewasa. Sudah saatnya kau icip-icip, hahaha ...." ejek si genderuwo lantas terbang meninggalkan at
Baca selengkapnya

Nikah dengan Jin

Bab 47Mungkin karena lupa berdoa, aku tertidur nyenyak, tapi bermimpi yang buruk-buruk. Saking buruknya, aku sampai mengigau berkali-kali. Dalam mimpiku, semua pasien dan korban yang pernah kusantet, berlomba ingin menghabisiku. Nanda yang dulu kami bunuh di rumah sakit, mendatangiku dengan wajah pucat dan mata memerah. Ada bekas cekik yang begitu nyata di lehernya.Ia seakan berada di sisi ranjang dan hendak mencekik leherku. "Pembunuhh!!" teriaknya geram.Aku berusaha menghindar. Nyatanya, aku tak mampu bangkit dari tempat tidur. Di saat tangan Nanda sedang mencekik leherku, muncul pula Nadia.Si pasien susuk kecantikan yang dulu berubah jadi kambing di danau ritual. Dalam wujud kambing, ia menuntut agar aku mengembalikannya ke wujud manusia normal. "Aku tak punya kemampuan untuk merubah wujudmu. Itu adalah takdir," ucapku memohon. Dengan keempat kakinya, Nadia menginjak-injak wajahku. Ia sangatlah kesal.Lantas, dari belakang Nadia, muncul sosok Sukirman. Pria yang kami bakar
Baca selengkapnya

Guna-guna Lumpuh Layu

Bab 48"Pak, kalau ada pasien datang, tolak aja dulu. Kita butuh istirahat dan perlu refreshing," ucapku pada Bapak yang tengah menampi beras di halaman. "Kau mau ke mana, Bone?" Bapak menatapku naik turun. "Wangi banget." Aku yang telah berpakaian rapi dan akan menghidupkan mesin motor, melirik sembari tertawa kecil. "Ngapel ke rumah Abigail, Pak."Bapak menghentikan aktivitasnya menampi beras. Melotot ia memandangku. "Bone, cinta yang diawali dengan mantra, tak akan bertahan lama sebab magic punya batasan waktu. Saat pengaruh mantra melemah, akan memudar pula rasa cinta itu."Aku tertawa makin lebar mendengar nasehat Bapak. Tiap Bapak mencoba berbicara serius perihal cinta, kenapa jatuhnya selalu komedi? "Satu lagi, Bone. Kebanyakan perempuan memang doyan berdukun, tapi ogah menikahi dukun. Bapak takut kau belum siap patah hati." Aku memasukkan kunci motor ke lubangnya. Akalku mencerna perkataan Bapak. "Jangan bicara soal patah hati, Pak. Saat baru belajar merangkak, aku suda
Baca selengkapnya

Tirakat Bersedekah

Bab 49Suasana berubah hening. Orang-orang yang menyaksi amarah Abigail merasa serba salah. Kecuali Ayah Abigail yang kini melotot padaku."Putus?" desis Ayah Abigail. "Saya pikir kamu cuma temenan sama anak saya. Eh ternyata sudah jadian, bahkan sekarang putus. Hehe." "Itu akibat dari berbohong," celotehnya lagi."Ayah!!" sentak istrinya. "Dia uda berbuat baik, maafin kebohongan dia. Toh dulunya Ayah pun pernah bohong sama orang tua aku. Jangan terlalu keraslah sama anak muda." Aku yang berdiri kaku bak patung Jendral Sudirman, akhirnya mengelus dada. Ada sedikit beban yang terangkat saat Ibunya Abigail membelaku. Walau demikian, aku masih gelisah karena belum bisa menjelaskan apa-apa pada Abigail."Kamu pulang aja dulu, Nak," nasehat Ibunya. "Abigail kalau uda ngambek biasanya begitu. Ngunci diri dalam kamar. Nanti baikan sendiri kalau uda habis kesalnya.""Iya, Tante. Saya pamit."Aku pulang dengan separuh jiwa tak menentu. Motor kupacu sangat cepat. Di sela deru motor yang merau
Baca selengkapnya

Ilmu Kuyang

Bab 50Hari yang cerah ….Aku baru saja pulang dari berburu di hutan. Senapan laras panjang menggantung di punggung, sementara lima ekor burung belibis kutenteng di tangan kanan.Terdengar gelak tawa saat tiba di rumah. Ternyata Bapak dan Mang Asep sedang asyiknya bercengkrama di balai-balai. Dukun tua itu amat senang dijenguk sahabatnya. Aku pun tersenyum mendengar obrolan ringan mereka. Obrolan masa muda seputar wanita-wanita yang pernah mereka pacari. "Hei, Bone." Panggil Mang Asep. Di sebelahnya Bapak masih menyengir lebar. Sepertinya ia sudah benar-benar sehat."Banyak bener burung yang kau tembak," puji Mang Asep kala aku menyambangi mereka."Halahh si Bone mah gitu. Uda punya burung masih aja doyan tembak burung," canda Bapakku, jauh dari kesan wibawa.Mang Asep tertawa sakit perut. Ia sangat berminat pada setiap kata yang lolos dari mulut Bapakku. "Dari tadi hape-mu bunyi terus, Bone. Kau cek dulu, jangan sampai pacarmu yang nelpon," goda Mang Asep.Aku segera ke kamar dan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status