Beranda / Horor / DUKUN 99 / Guna-guna Lumpuh Layu

Share

Guna-guna Lumpuh Layu

Penulis: Uwa Mia
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-30 18:15:50

Bab 48

"Pak, kalau ada pasien datang, tolak aja dulu. Kita butuh istirahat dan perlu refreshing," ucapku pada Bapak yang tengah menampi beras di halaman.

"Kau mau ke mana, Bone?" Bapak menatapku naik turun. "Wangi banget."

Aku yang telah berpakaian rapi dan akan menghidupkan mesin motor, melirik sembari tertawa kecil.

"Ngapel ke rumah Abigail, Pak."

Bapak menghentikan aktivitasnya menampi beras. Melotot ia memandangku.

"Bone, cinta yang diawali dengan mantra, tak akan bertahan lama sebab magic punya batasan waktu. Saat pengaruh mantra melemah, akan memudar pula rasa cinta itu."

Aku tertawa makin lebar mendengar nasehat Bapak. Tiap Bapak mencoba berbicara serius perihal cinta, kenapa jatuhnya selalu komedi?

"Satu lagi, Bone. Kebanyakan perempuan memang doyan berdukun, tapi ogah menikahi dukun. Bapak takut kau belum siap patah hati."

Aku memasukkan kunci motor ke lubangnya. Akalku mencerna perkataan Bapak.

"Jangan bicara soal patah hati, Pak. Saat baru belajar merangkak, aku suda
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • DUKUN 99    Tirakat Bersedekah

    Bab 49Suasana berubah hening. Orang-orang yang menyaksi amarah Abigail merasa serba salah. Kecuali Ayah Abigail yang kini melotot padaku."Putus?" desis Ayah Abigail. "Saya pikir kamu cuma temenan sama anak saya. Eh ternyata sudah jadian, bahkan sekarang putus. Hehe." "Itu akibat dari berbohong," celotehnya lagi."Ayah!!" sentak istrinya. "Dia uda berbuat baik, maafin kebohongan dia. Toh dulunya Ayah pun pernah bohong sama orang tua aku. Jangan terlalu keraslah sama anak muda." Aku yang berdiri kaku bak patung Jendral Sudirman, akhirnya mengelus dada. Ada sedikit beban yang terangkat saat Ibunya Abigail membelaku. Walau demikian, aku masih gelisah karena belum bisa menjelaskan apa-apa pada Abigail."Kamu pulang aja dulu, Nak," nasehat Ibunya. "Abigail kalau uda ngambek biasanya begitu. Ngunci diri dalam kamar. Nanti baikan sendiri kalau uda habis kesalnya.""Iya, Tante. Saya pamit."Aku pulang dengan separuh jiwa tak menentu. Motor kupacu sangat cepat. Di sela deru motor yang merau

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • DUKUN 99    Ilmu Kuyang

    Bab 50Hari yang cerah ….Aku baru saja pulang dari berburu di hutan. Senapan laras panjang menggantung di punggung, sementara lima ekor burung belibis kutenteng di tangan kanan.Terdengar gelak tawa saat tiba di rumah. Ternyata Bapak dan Mang Asep sedang asyiknya bercengkrama di balai-balai. Dukun tua itu amat senang dijenguk sahabatnya. Aku pun tersenyum mendengar obrolan ringan mereka. Obrolan masa muda seputar wanita-wanita yang pernah mereka pacari. "Hei, Bone." Panggil Mang Asep. Di sebelahnya Bapak masih menyengir lebar. Sepertinya ia sudah benar-benar sehat."Banyak bener burung yang kau tembak," puji Mang Asep kala aku menyambangi mereka."Halahh si Bone mah gitu. Uda punya burung masih aja doyan tembak burung," canda Bapakku, jauh dari kesan wibawa.Mang Asep tertawa sakit perut. Ia sangat berminat pada setiap kata yang lolos dari mulut Bapakku. "Dari tadi hape-mu bunyi terus, Bone. Kau cek dulu, jangan sampai pacarmu yang nelpon," goda Mang Asep.Aku segera ke kamar dan

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • DUKUN 99    Uang Bibit

    Bab 51Semenjak punya motor, aku jadi sering bepergian ke kota. Seperti halnya hari ini, aku dan Abigail mengunjungi beberapa toko di sana.Abigail membeli banyak pakaian untuk persiapannya berangkat ke Jakarta. Sementara aku bersandar di dinding, melipat kedua tangan sembari mengamati ia memilah-milah pakaian. Sesekali ia memanggilku. Sembari melebarkan baju di depan dada, ia bertanya apakah itu cocok untuknya. Aku tersenyum. Menjawab sesuai pendapatku. Minimal tidak ketat, tidak norak coraknya juga tidak mengekspos aurat. Abigail manut. Ia kembali sibuk membolak-balik pajangan pakaian.Sementara aku ... mulai tenggelam dalam pemikiranku sendiri. Terasa sesak di dalam sini. Sesak membayangkan kepergian Abigail.Tiga hari lagi, ia akan melanjutkan kuliah ke Jakarta. Memilin ilmu demi masa depan yang cemerlang. Sangat memalukan jika harus berkata jujur! Aku juga tak mungkin memasang wajah sendu, hanya agar ia tahu bahwa aku sedih ditinggalkan. Gemerlap Ibukota dan pesona cowok-co

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-30
  • DUKUN 99    Ciri Orang Kebal Santet

    Bab 52Detik demi detik terlampau meresahkan menjelang keberangkatan Abigail ke Jakarta. Ini adalah malam terakhir dan aku sama sekali tak bisa tidur. Hanya duduk di balai-balai depan rumah sembari memandang terangnya langit malam. Mencari satu bintang yang paling terang dan berharap Abigail lagi memandang bintang yang sama. Tidak mungkin! Boro-boro menatap langit, ia pasti sudah terlelap dalam tidurnya.Kubaca kembali chat terakhir kami pada jam 10 malam. Dan ternyata sekarang sudah pukul satu dini hari. "Temui saja gadis itu, Bone. Daripada kau resah menahan rindu?" Genderuwo peliharaan, bersuara dari atap rumah. "Aku prihatin melihatmu murung beberapa hari ini!" ketusnya lalu terbang entah ke mana. Aku tergelitik. Baru kali ini si genderuwo benar-benar peduli padaku. Mungkin sarannya benar, apa sebaiknya Abigail kutemui saja? Toh aku bisa menyerupai ular dan masuk ke kamarnya. Sekadar menatap wajahnya untuk yang terakhir kali. Sejenak menimbang, akhirnya aku berubah jadi ula

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • DUKUN 99    Pelet Pasangan Setia

    Bab 53Tiga minggu setelah kepergian Abigail ke Jakarta, hari-hariku terasa begitu hampa.Enggan beraktivitas. Mendadak seperti introvert. Hanya mendekam di dalam kamar. Makan saat sudah terlalu lapar, mandi saat sudah gerah. Bapak bahkan tak enak hati untuk sekadar menanyakan keadaanku. Tiap harinya ia seorang diri, melayani banyak pasien.Tembang patah hati milik Chrisye kuputar berkali-kali. Dari pagi ketemu pagi, hingga seluruh liriknya dihafal oleh tuyul-tuyul peliharaan yang sering bermain dalam kamarku.Tak pernah kusangka ini terjadiKisah cinta yang suci iniKau tinggalkan begitu sajaSekian lamanya kita berduaTak kusangka begitu cepat berlaluTuk mencari kesombongan diriLupa segala yang pernah kau ucapkanKau tinggalkan dakuPergilah kasih, kejarlah keinginanmuSelagi masih ada waktu (Pergilah kasih)Jangan hiraukan dirikuAku rela berpisah demi untuk dirimuSemoga tercapai segala keinginanmuTak kusangka begitu cepat berlaluTuk mencari kesombongan diriLupa segala yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • DUKUN 99    Transfer Janin

    Bab 54Bapak memanggilku ke ruang pasien. Ia duduk di situ dengan wajah serius. Sungguh fenomena yang sama sekali tak biasa. "Nak, Bapak amati kau selalu murung akhir-akhir ini. Bagaimanapun, kita ini keluarga. Jika ada persoalan, jangan disimpan sendiri." Aku menunduk. Dalam duduk bersila, kupijat-pijat betis karena tak tahu harus menjawab apa. "Nak, bicaralah. Bapak ingin dengar apa keluhanmu." Aku mengangkat wajah. "Pak, bisakah satu hari saja tak ada pasien datang di rumah ini? Aku mulai bosan dengan rutinitas yang sama," ujarku datar.Senyum mengembang di wajah Bapak. Ia menatapku lekat, sesekali ia membuat kedipan-kedipan iseng di matanya. "Bapak rasa bukan itu yang membuatmu bosan. Kau malas menangani pasien karena susah fokus, 'kan? Kau lagi kepikiran sama Abigail." Nada suara Bapak sama sekali tak menghakimi. Malah seperti tengah menggodaku. "Kau sudah besar, Nak. Bapak tak berhak mengatur takdirmu. Jika kau ingin ke Jakarta, Bapak tak akan menahan.""Sudah sepantasnya

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • DUKUN 99    Ritual Transfer Janin

    Bab 55"Rahim tante tidak bisa dibuahi secara normal. Dipijat alternatif sekalipun nihil juga hasilnya." Sepasang suami istri itu menatapku jengah. Sang suami merangkul istrinya, berusaha memberi impuls menenangkan. "Apa artinya saya mandul?" tanya si wanita. Aku mengangguk. "Masakan dokter kandungan tidak bicara jujur? Rahim tante lebih kecil loh dari rahim wanita normal." Ucapanku membuat si wanita mulai terisak. Bapak mengode agar aku tak menyinggung perasaan mereka. "Apa tak ada cara lain agar istri saya bisa hamil?" Sang suami menekan bicaranya. Ini yang kutunggu. Setelah mempermainkan mental mereka dengan ucapanku yang menyinggung. Aku rasa tawaran kali ini akan membuat keduanya setuju. "Ada satu cara. Asalkan kalian setuju," ketusku santai. "Gimana caranya?"Aku meneguk liur, "Transfer janin!""Hah?!" Si wanita terkejut. "Waduh, kalau anaknya hitam dan keriting, saya gak akan sudi." Aku tertawa pelan. Suaminya pun ikutan nyengir. "Transfer janin itu susah-susah gampan

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01
  • DUKUN 99    Dicintai Genderuwo

    Bab 56Matahari berada di atas kepala saat aku selesai mencuci pakaian. Satu per satu pakaian kujemur pada tali yang dikaitkan di antara dua pohon. Tak lupa kuberi jepitan plastik, agar tak jatuh kala tertiup angin pegunungan. "Bone, hape-mu berdering," panggil Bapak dari jendela kamarku. Pria gagap tekhnologi itu nampak gugup menggenggam ponselku. Apalagi dering dan getarnya kusetel bersamaan. Bapak seakan ingin melempar dari tangannya. “Iya, benar saya Bone. Maaf ini siapa?" Aku menjawab telepon masuk. Bapak turut menguping di sampingku."Dek Dukun, saya Tante Hana. Pasien transfer janin yang waktu itu." "Ah maaf, Tante. Nomor baru soalnya. Gimana, apa Tante uda USG?" tanyaku penasaran. "Udah, Dek. Saya beneran hamil. Kata dokter, janinnya sehat. Saya gak tahu harus berterima kasih dengan cara apa. Kirim nomor rekening ya Dek, akan saya transferkan sejumlah uang." "Gak usah membayar saya. Kebetulan saya lagi berbaik hati." Aku tertawa kecil. Di sampingku, Bapak ikutan senyam-s

    Terakhir Diperbarui : 2023-08-01

Bab terbaru

  • DUKUN 99    Bertunangan (Tamat)

    Bab 75 Berita tentang kematian Bapak tersiar ke sepenjuru desa. Warga berbondong-bondong datang melayat. Di hari yang sama, kami langsung menguburkan jenasah Bapak.Mang Asep masih menekuri makam Bapak kala semua pelayat telah pulang. Sementara rombongan kami tengah bersiap untuk kembali ke Jakarta. Aku menghampiri Mang Asep lantas berdeham pelan. Pria itu mendongak sepintas dan kembali menatap makam."Kau sudah jadi manusia normal, Bone. Dan aku jadi dukun sakti menggantikan Tarso. Kita doakan semoga ia tenang di alam sana." Aku terdiam. Hanya memandangi gerak-gerik Mang Asep yang bangkit dari berjongkok di makam, hingga ia berpamitan pulang."Bu Amira, kami harus pulang ke Jakarta sekarang. Ada jadwal pelayanan di tempat lain," tegur salah satu Pastor. "Tidak. Kalian masih harus membantuku." Aku menginterupsi.Ketiga Pastor itu mengernyitkan dahi. Mereka menatapku heran. "Aku sudah dipulihkan dan bukan siluman ular lagi. Tapi dosaku di masa lalu mengakibatkan Nadia jadi kambing

  • DUKUN 99    Terima Kesaktian

    Bab 74Di ruang tamu tempat biasa melayani pasien, Bapak terkulai lemah. Aku hampir tak kenal wajah aslinya. Kulit Bapak menghitam legam dan bola matanya terus-terusan mengeluarkan cairan.Jemarinya yang kaku dipaksa bergerak saat melihatku. Aku turun dari badan Beni, lalu segera merayap ke tempat Bapak terbaring.Sedikit senyum mengembang di wajahnya. Orang-orang yang datang menjenguk, haru menyaksikan kami. "Pastor, apakah Mbah Tarso bisa disembuhkan?" Ibuku menatap iba."Sepertinya tidak, Bu Amira. Orang ini sedang menuai hasil perbuatannya selama hidup di dunia." Si Pastor berucap lugas. "Dia terlalu menyimpang dari jalan kebenaran. Sekalipun ia banyak mengamalkan ilmu putih untuk menyembuhkan orang, tetap saja dosa. Sebab yang memberi kemampuan itu bukanlah Tuhan, melainkan iblis." Orang-orang yang menjenguk Bapak, merasa tersinggung atas ucapan si Pastor. Ini wajar, karena mereka pernah disembuhkan oleh Bapak.Mang Asep cepat-cepat menengahi situasi. Ia meminta warga untuk p

  • DUKUN 99    Ilmu Rawarontek

    Bab 73Beda dengan alam barzah di mana waktunya lebih cepat dari waktu di bumi. Di lubang neraka ini, hitungan waktunya sama persis dengan waktu di bumi. Aku tahu, karena detik demi detik terasa begitu nyata di tempat ini. Dari balik jeruji besi, aku memperhatikan bagaimana para iblis hilir mudik mendatangi tahta kebesaran Lucifer. Mereka melaporkan hasil kerja, bahkan mendiskusikan trik yang cocok untuk mempengaruhi manusia. Terbahak-bahak mereka tertawa kala manusia berhasil jatuh ke dalam dosa. Tiap iblis dengan kepiawaiannya masing-masing.Ada yang ahli dalam merusak tali pernikahan. Meniupkan ruh tidak setia yang membuat para suami berselingkuh. Setelah itu bercerai. Ada yang piawai meniupkan ruh mamon. Membuat manusia cinta uang, gila harta, tahta dan jabatan. Para iblis ini terus membisikkan ide-ide busuk ke telinga manusia. Agar mereka mengambil jalan pintas seperti berjudi, trading saham, korupsi, bisnis narkotik dan mafia lainnya. Aku mendengar mereka memanggil Lucifer

  • DUKUN 99    POV Abigail

    Bab 72Ya Tuhan, kenapa jadi serumit ini? Gara-gara tertarik pada ajakan Beni untuk penelusuran, sekarang Bang Bone tak sadarkan diri.Apa hanya pingsan atau sudah meninggal. Aku dan Beni jadinya bertengkar karena panik. Panik, mau dibawa ke rumah sakit atau rumah orang tua Bang Bone. Kalau ke rumah, sudah pasti Bu Amira akan marah besar. Akhirnya kami membawa tubuh Bang Bone ke rumah sakit. Selama di perjalanan, aku menangis sesenggukan.Tak bisa kubanyangkan jika Bang Bone tidak bangun lagi. Sungguh, a ku belum siap kehilangan orang tercinta. "Dia belum meninggal," ujar dokter di ruang ICU. "Dia mengalami gagal napas, atau yang sering disebut koma." "Kami akan memasang alat bantu pernapasan," imbuh dokter.Aku, Beni dan Ando tak henti membisikkan doa-doa kecil. Di hadapan kami, dokter yang dibantu oleh tim medis, memompa dada Bang Bone. Mereka memasang ventilator yang menutupi hidung dan mulut. Garis hijau muncul di layar monitor. Naik turun seiring denyut jantung. Dokter memin

  • DUKUN 99    Bone Meninggal?

    Bab 71Ando menendang pintu ruang direktur hingga terbuka lebar. Jemarinya meraba tombol saklar demi menyalakan lampu. Sayang, listrik di ruang ini pun tak berfungsi lagi. "Hahaha ...." Beni kembali tertawa. Ia duduk berpangku kaki di kursi kebesaran direktur. "Kau!!!" Telunjuknya mengarah padaku. "Barusan kau menjelek-jelekkan namaku, bukan? Aku tersentak mundur. Langsung menarik lengan Abigail agar tak mendekati Beni. Sebab sosok yang merasuki Beni sangatlah berbahaya."Wahai manusia bodoh!" Ia memekik. "Membicarakan namaku sama dengan mengundangku datang." "Aku Luciferr!!" ucapnya bersamaan dengan matanya menyala merah. Di saat yang sama, suatu energi gelap melempar kami ke tembok. Rasanya sakit sekali. Aku segera mendekap tubuh Abigail. Gadisku itu meringis meraba tubuhnya. Sementara Lucifer kembali tertawa melalui raga Beni. Kesal, aku membaca mantra lantas melesakkan kanuragan hitam lewat mulutku. Gumpalan asap hitam menghantam Lusifer, tapi tak memberi efek sama sekali.

  • DUKUN 99    Lubang Neraka

    Bab 70Segera kupijat pelipis dan tengkuk Beni. Beberapa saat kemudian, kondisinya berangsur membaik sehingganya kami melanjutkan penelusuran. "Kalian tahu gak?" Beni bersuara pelan. "Sewaktu tanganku memegang gagang pintu tadi, aku menyaksikan pertengkaran sengit yang terjadi antara suami istri pemilik pabrik ini. Mereka ribut soal uang. Tapi belum selesai pertengkaran itu, tiba-tiba muncul banyak iblis di dekatku. Ingin memasuki tubuhku. Aku terhempas dan rasanya tuh pusing banget." Beni mengurai apa yang dialaminya. Ia tampak lemas. Aku menepuk pundaknya, "Setelah ini, kamu kudu tahu seberapa besar gelombang yang ada dalam jiwamu. Setiap kita memiliki gelombang energi yang berbeda, begitu pun dengan makhluk gaib. Jadi, tidak semua makhluk gaib bisa merasuki kita, melainkan hanya yang se-frekwensi saja." "Oh gitu? Pantesan!" keluh Beni. "Kok aku jadi penasaran pada pertengkaran yang disaksikan Beni," celetuk Ando. Kamera ia arahkan ke wajahku. "Bisa gak, Abang sentuh gagang pin

  • DUKUN 99    Penelusuran Mistis

    Bab 69Pabrik semen terbengkalai yang kami datangi, letaknya lumayan jauh. Namun masih dalam lingkup Jabodetabek. Kami berlima ke sana. Aku, Beni, Abigail serta dua orang teman Beni yang notabene adalah content creator digital. Mereka membawa kamera, dan rencananya hasil penelusuran nanti akan di-upload ke aplikasi Youtube. Suasana gelap dan senyap menyambut kala kami tiba di gerbang utama pabrik. Ando--teman Beni, membagikan kami masing-masing dua senter. Satu buah senter kepala dan satu buah senter genggam. Beni menyorot ke depan gerbang. Nampak dua arca Dwarapala, berdiri kokoh di sisi kanan dan kiri gerbang. Berbadan manusia dengan perut buncit dan kepala mirip monster bertaring. "Arca seperti ini kebanyakan ada di Bali. Ditaruh di depan lokasi tempat ibadah dan candi-candi," gumam Ando--teman Beni. Beni melirik padaku. "Bang, dua arca itu hanyalah benda mati. Apakah ada aliran mistis di dalamnya?" "Arca Dwarapala bukanlah benda mati biasa!" ketusku sembari mendeteksi energi

  • DUKUN 99    Menelepon Bapak

    Bab 68Hari Sabtu adalah hari fakultatif, jadi tak ada aktivitas perkuliahan di kampus. Ibu memintaku mengantarkan Beni dan Zevanya ke tempat les musik. Setelahnya, aku pun kembali ke rumah. Duduk di beranda sembari menatap hamparan bunga kroket yang tengah mekar. Kucoba menghubungi Bapak melalui Mang Asep, sahabatnya. "Bon, beberapa waktu ini Bapakmu sering sakit," ungkap Mang Asep di ujung telepon. "Tapi dia melarang saya memberitahumu. Dia ingin kau fokus kuliah." Aku mendesah. "Bapak pasti kecapaian menangani pasien sendirian.""Benar, Bone," tanggap Mang Asep. "Kau harus bicara langsung sama Bapakmu. Sekarang saya mau ke rumahnya, jadi entar saya telpon balik." "Oke, Mang. Makasi banyak dan maaf sudah merepotkan," balasku lantas memutus sambungan telpon. Aku menyugar rambut. Mengusap wajah, lantas menyesap teh yang baru diantarkan Mbok Ratni. "Den, ada salam dari anak tetangga. Katanya udah lama suka sama Den Bone." Mbok Ratni berucap malu-malu dengan tangannya yang masih

  • DUKUN 99    Ilmu Kerbau Cucuk Hidung

    Bab 67"Nona, andai kamu melarang Bone, mungkin kejadiannya tidak sampai sefatal ini." Samar, kudengar suara Ayah. "Ya. Padahal kami selaku orang tua sudah melarang keras. Kami ingin Bone meninggalkan praktik perdukunan." Terdengar Ibu menimpali dengan nada kecewa. Lalu kudengar pula suara Abigail yang membatuk pelan. "Saya tak bisa menahan saat Bang Bone keukeh ingin menyembuhkan orang sakit tersebut." "Menyembuhkan orang tidaklah salah," celetuk Ayah. "Yang salah itu metodenya. Metode perdukunan bisa berakibat fatal. Orang sakitnya sembuh, eh Bone yang kena imbas." Aku membuka mata setelah mendengar percakapan mereka. Ternyata aku berada di sebuah kamar di suatu rumah sakit. Berbaring lemah di atas tempat tidur, kulihat Ibu, Ayah dan Abigail sedang bercengkrama di sisi ranjang. Mataku terasa silau oleh suasana kamar yang serba putih. Terang benderang. Saat tanganku bergerak untuk mengusap mata, mereka menoleh. Lantas tersenyum senang karena melihatku sudah siuman. “Apa yang k

DMCA.com Protection Status