Bab 30Pagi-pagi sekali Bapak sudah berjibaku dengan alat-alat masak. Di depan kompor tua, ia sibuk mengaduk bubur kacang hijau yang tengah mendidih. Ia menambahkan santan kental juga gula aren.Aku dan Tio duduk memperhatikan Bapak dari meja makan. Ada haru yang perlahan menyelinap di antara kami.Haru karena akan berpisah dengan Tio di pagi ini.Tak kupungkiri, seminggu tinggal bersama kami, ia sudah seperti keluarga sendiri. Apalagi aku ini semata wayang, tak punya saudara. "Kau akan pulang, Tio. Bone pasti merindukanmu," ucap Bapak saat membawakan sepanci bubur kacang hijau ke atas meja. Ia meletakkan piring di depan kami, lalu mulai menuangkan bubur ke atasnya. "Emaknya Bone kan tinggalnya di Jakarta. Kapan-kapan mainlah ke sana, Bon. Sekalian ketemu aku lagi." Tio menatap Bapak lantas beralih menatapku. "Hmm, boleh-boleh saja Bone main ke Jakarta. Yang penting tetap ingat sama bapak," ucap Bapak lalu menunduk, mulai menyuapkan bubur ke mulutnya. "Ngapain juga ketemu Tio lag
Read more