Bab 40Pagi berubah siang, bahkan siang mulai merambat sore. Namun si Lastri belum juga memunculkan moncongnya. Baru saja hendak mengecek ponsel ketika layarnya kedip-kedip. Nama Lastri tertera di panggilan masuk."Bone, maaf aku gak bisa datang. Salonku lagi ramai banget. Bisa gak kamu yang ke sini?" dengungnya di ujung telpon.Aku menggeram tertahan. Kuremas ponsel, lalu mencoba menjawab tanpa emosi."Oke, aku ke sana!"***Kudorong pintu salon. Sedikit risih mendapati banyak pengunjung di dalamnya.Semua karyawan sibuk melayani pelanggan. Mungkin Lastri pun turun tangan, karena tak kulihat dirinya di meja kasir.Sementara di bangku tunggu, ada banyak wanita duduk mengantri. Menanti giliran. Setengah kesal, aku melangkah ke bangku yang paling ujung. Bokongku belum mendarat saat sebentuk suara menyapa merdu."Bang, Abang yang waktu itu, 'kan?"Glek! Wajah kesalku mendadak mencair, tak menyangka berjumpa lagi dengan Abigail di tempat ini. "Eh, Nona. Ya ini aku." Aku menjawab tanpa
Baca selengkapnya