“Nira, eh, Dira, astaga salah lagi, maksudku Lira tunggu aku.” Arsa menyusul gadi berambut plontos yang berjalan kaki di gelapnya malam. “Aku bukan Lira, panggilanku Karl, aku ini laki-laki bukan perempuan,” jawab gadis itu sambil berdehem berkali-kali. Baik, kali ini Arsa akan mengikuti drama apa lagi yang disuguhkan oleh pecahan arwah Dewi Hara. “Iya, terserah, Kalira.” Jelas sekali di mata Arsa, pemburu itu berbohong. Mana ada lelaki yang tak punya jakun walau ada bekas luka sekali pun pasti akan kelihatan. Lira mengambil syal dan menutupi lehernya, begitulah cara ia menyamar dan mengaku sebagai lelaki. Nasib perempuan cantik tidak ada yang bagus di era pemerintahan Pangeran Charles, kalau tak berakhir sebagai pelayan, gundik, atau pemuas nafsu saja. “Kau punya rumah?” tanya Lira. Ia menaikkan lampu minyak dan melihat jalan mana yang harus ditempuh untuk pulang. Rasanya kiri dan kanan sama saja terlihat dari tadi. “Lewat sana saja, Kalira,” tunjuk lelaki berpakaian ala koboi
Baca selengkapnya