“Sialan! Apa yang kau lakukan di depanku, hah?” Arsa mendorong Rogu yang tiba-tiba ada di depannya menggantikan Dira. Niat hati Arsa ingin memandang wajah putih dengan lukisan dewi memegang ikan, tetapi apa daya pelayan Dewa Rama itu merusak semuanya. “Aku datang untuk mengabarkan kalau istri ketigamu tak jauh dari sini,” ucap Rogu sambil memegang pipinya yang dibelai Arsa tadi. Dewa perang itu bergidik geli. “Mana, Hara, eh Dira, mana, mana?” tanya Arsa yang kehilangan sang tabib. “Tuh,” tunjuk Rogu yang memoyongkan bibirnya sendiri. Gadis berbaju merah itu dibuat tak sadarkan diri di tangga rumah. “Kurang ajar kau.” Dewa perang itu menendang Rogu hingga ia terlempar jauh, jauh sekali dan nyaris menjadi bintang di langit. Lelaki yang disembah oleh semua manusia harimau itu lekas terbang dan mengangkat Dira ke ranjangnya. Kali ini Arsa bebas memandang wajah tanpa ada penutup, dan tanpa buram sama sekali. “Aku rasa, jejak dewi kebaikan di langit, turun padamu, Adara, eh, Dira ma
Read more