“Nira, eh, Dira, astaga salah lagi, maksudku Lira tunggu aku.” Arsa menyusul gadi berambut plontos yang berjalan kaki di gelapnya malam. “Aku bukan Lira, panggilanku Karl, aku ini laki-laki bukan perempuan,” jawab gadis itu sambil berdehem berkali-kali. Baik, kali ini Arsa akan mengikuti drama apa lagi yang disuguhkan oleh pecahan arwah Dewi Hara. “Iya, terserah, Kalira.” Jelas sekali di mata Arsa, pemburu itu berbohong. Mana ada lelaki yang tak punya jakun walau ada bekas luka sekali pun pasti akan kelihatan. Lira mengambil syal dan menutupi lehernya, begitulah cara ia menyamar dan mengaku sebagai lelaki. Nasib perempuan cantik tidak ada yang bagus di era pemerintahan Pangeran Charles, kalau tak berakhir sebagai pelayan, gundik, atau pemuas nafsu saja. “Kau punya rumah?” tanya Lira. Ia menaikkan lampu minyak dan melihat jalan mana yang harus ditempuh untuk pulang. Rasanya kiri dan kanan sama saja terlihat dari tadi. “Lewat sana saja, Kalira,” tunjuk lelaki berpakaian ala koboi
Pangeran Charles sampai di dalam kamarnya ketika baru saja pulang dari hutan. Ini merupakan kutukan yang ia terima dari makhluk terkutuk juga.Sang pangeran sebentar lagi akan dinobatkan menjadi raja. Namun, ia masih suka bermain-main. Lalu demi mengisi kekosongan waktu, lelaki berambut pirang itu terkadang berburu ke dalam hutan. Seperti kejadian beberapa bulan yang lalu. Ia membawa anjing ikut serta bersama dengan Kalira juga yang menjadi pelayannnya di luar istana. Saat itu anjingnya tak becus menjejak binatang buruan."Pangeran, jangan, dia sudah banyak membantu kita ketika tersesat," ucap Karl yang menghalangi tangan Charles menembak anjing itu."Dia itu anjing, sama sepertimu, paham?" hina bangsawan angkuh dan kaya raya."Iya, aku dan anjing memang sama-sama kau beri makan. Tapi kami juga membantumu, setidaknya pikirkan yang baik-baik." Kalira membawa anjingnya pergi dan mencari buruan lain. Pada saat yang sama anjing peliharaan milik raja iblis mendengar hinaan Pangeran Char
Pangeran Charles berubah menjadi manusia di pagi hari ketika bulan tak terlalu benderang purnamanya. Namun, ia tak menggunakan baju sehelai benang pun. Berjalan di muka umum ia tentu akan diteriaki orang gila.Beruntung Kalira datang dengan beberapa prajurit dan menemukan sang pangeran yang tubuhnya bermandikan keringat. “Ke mana saja kau?” tanya lelaki berambut pirang itu dengan nada tinggi. “Maaf, Pangeran, tapi aku tak tahu kenapa bisa tersasar.” Saat bangun tadi Kalira sudah ada di rumahnya. Terakhir ia ingat berjalan dengan seekor anjing. Pecahan arwah Dewi Hara kemudian berpaling ketika tahu bangsawan itu tak mengenakan baju. Ia memberikan kode pada prajurit bahwa yang bersangkutan butuh pertolongan. “Bawa dia ikut ke istana, dia meninggalkanku sendirian,” tunjuk Charles pada Kalira. Kemudian dua prajurit memegang paksa tangan dan meminta Lira berlari sepanjang kereta berjalan. Kuwara yang melihat hal tak senonoh, kembali membuat kereta hancur lebur. “Bersikap baiklah deng
Reksi datang dengan wujud anjing besar dan menabrak tubuh werewolf itu hingga sang manusia serigala terpental jauh sekali. Pangeran Charles menghantam pohon dan tulang belakangnya serasa patah. Tapi ia manusia jadi-jadian yang hanya bisa mati atas kehendak Kuwara. Binatang berbulu hitam itu berdiri, melolong sangat tinggi sembari menatap rembulan dan berhadapan dengan Reksi satu lawan satu. Reksi bukan anjing biasa, ia merupakan hewan kepercayaan Raja Iblis Kuwara yang cukup sakti. Anjing dan serigala itu saling bergelut, menggigit, dan mencakar di atas tanah. Sedangkan di lain kesempatan, Kuwara turun dari langit dan lekas menolong Dewi Hara yang lehernya tergores. “Maafkan, Dewi Hara. Kau harus menderita hidup di dunia ini.” Kuwara menghentikan jalan darah di leher Kalira. Beberapa saat kemudian luka itu tertutup rapat. Andai Lira adalah dewi tentu saja lukanya tak berbekas. Sayangnya dia masih manusia biasa yang bisa terluka. Reksi datang dengan wujud manusia dengan beberapa l
Pangeran Charles berada di kamar sambil memegang jantungnya yang berdegup kencang. Tadi malam ia membunuh lagi setelah tak bisa menahan gejolak pada dirinya sendiri. Sang pangeran bahkan sudah mengundang penyihir, tapi malah penyihirnya yang mati karena tak sengaja ia bunuh. “Bodoh, semua orang bodoh!” Ia menghempas gelas kaca yang cantik hingga pecah. Pelayan kesangannya ingin mendekat tapi dihardik dan diusir. “Kenapa, kenapa dia selalu ada di mana-mana? Apakah karena dia aku berubah jadi serigala?” Lelaki berambut pirang itu berdiri dan mencari sebotol wine. Ia kalap dan ingin minum. Perangainya di luar batas kewajaran belum sampai di telinga ratu. “Pasti dia adalah kunci dari kembalinya diriku menjadi manusia biasa. Dia selalu ada di manapun aku berubah. Karl, kalau kau tak tahu bagaimana cara mengembalikanku sebagai manusia, kau akan aku mangsa.” Kembali gelas kaca dipecahkan oleh Charles sebagai bentuk kekesalannya, entah pada siapa. Kuwara tak pernah menampakkan diri padanya
Dewi Bunga Ambaramurni sedang menyiram taman bunga miliknya. Di langit tempatnya tinggal kini terasa sepi sejak Arsa tak ada lagi di sana. Ia tahu Arsa sedang mengembara, dan Dewi Ambar akan menunggu sang pujaan hati kembali serta menagih janjinya sebagai selir nanti. “Aku terlalu berharap padanya, tapi kalau tidak dengan dia aku tak mau dengan siapa pun.” Dewi Ambar memetik bunga yang sudah layu, ia embuskan di udara dan menjadi debu. Namun, debu itu wangi dan menyerap ke dalam sutra miliknya. Setiap kematian bunga akan kembali padanya. Itu sebabnya Dewi Ambar menjadi salah satu yang paling cantik di langit melebihi Dewi Hara sekali pun. “Kau masih saja di sini termenung, apa tidak bosan?” Mahadewi Senandika—Ratu kerajaan langit datang mengunjungi keponakannya. “Tentu tidak, Yang Mulia Ratu, dari sini aku bisa memandang aula mereka, hanya dengan cara itu aku bisa mengingat terus Dewa Arsa.” Dewi Ambar berbalik dan memberi hormat pada bibinya selaku penguasa kedua di langit. “Amb
Prajurit di bawah perintah Pangeran Charles memaksa masuk ke kamar. Keributan yang akhirnya terdengar oleh sang ratu dan wanita itu memutuskan tak ikut campur dengan urusan putranya. Semua prajurit yang sudah sampai berbaris. Mereka menarik selongsong senapan dan mengisinya dengan peluru. Arsa dan Kalira menunggu apa yang akan terjadi. Senjata itu termasuk baru di mata sang dewa perang. “Aku akan mati sekarang, tahu begini aku tak akan menerima tawaran pangeran bedebah itu.” Lira menarik napas panjang. “Benda apa itu?” tanya Arsa yang masuk dalam tubuh salah satu prajurit. “Itu senapan, untuk membunuh kita, sekali tembak tubuh kita bolong dibuatnya. Kau ini sebenarnya siapa?” Terheran gadis itu ada yang tak tahu apa senapan. “Oh, seperti pisau dan pedang.” “Ini lebih cepat lagi, kau belum tahu saja dengan meriam. Kenapalah yang melidungiku justru prajurit lemah sepertimu.” Lira kecewa, ia belum tahu siapa sebenarnya Arsa. “Tembak!” perintah salah satu prajurit. Dor! Satu temb
“Aku tak mengerti apa yang terjadi, tapi mengapa ada dua binatang buas harus berkelahi di depanku,” gumam Lira yang bersembunyi di balik pohon besar. Ada serigala dan harimau yang ukurannya tak masuk akal serta mampu membuat tanah di sekitar gadis itu bergetar kuat. Pangeran Charles yang baru saja terlempar dan jatuh ke tanah, akhirnya sadar dan lagi-lagi tanpa pakaian. Lira yang melihat lantas berpindah tempat begitu saja. “Mataku ternoda melihat hal-hal yang tidak aku inginkan.” Gadis dengan rambut plontos itu tak menghiraukan pertarungan besar antara serigala dan harimau. Justru ia tak mau didekati Pangeran Charles yagn kali ini benar-benar bergantung padanya. “Tolong,” ucap Charles dengan tubuh tanpa sehelai benang pun. “Ih, astaga, pergi kau sana, menjijikkan sekali, dasar tak tahu malu.” Lira berpindah dari satu pohon lagi. Gadis tersebut berlari dan melewati tubuh seekor harimau yang sedang melompat dan menerjang seekor serigala. Charles tak menyerah dan terus mengikuti L