"Woi, beraninya main keroyokan, sama anak kecil lagi!" Seru seorang pria sambil merebut jilbabku dari tangan mereka. Mereka berempat langsung lari meninggalkanku. Tentu saja mereka takut dengan pria itu, dia dijuluki mahasiswa abadi, bad boy, dan entah apa lagi. Dan sekarang dia ada di hadapanku. Memakai baju sesukanya, rambut gondrong dan ciri-ciri yang tidak disukai oleh kebanyakan orang, terutama sepertiku."Nih pakai lagi!" Serunya sambil menyodorkan jilbab itu padaku. Pria itu membuang muka, tidak mau menatap padaku. Saat itu, aku merasa dia pria yang baik. Tak mau melihat sesuatu yang tidak sengaja terbuka di depan matanya. "Terimakasih, Kak," ucapku sambil berlalu dari hadapannya. "Eee tunggu dulu, enak aja main pergi-pergi," cegahnya seraya memegangi ujung bajuku. "Kenapa lagi?" Tanyaku keheranan. "Kamu sudah aku tolong, harus balas budi. Kamu tahu kan siapa aku?" Ya Allah ... apa lagi ini, keluar dari mulut singa masuk mulut harimau. "Kamu tahu tidak siapa aku?" Lagi,
Baca selengkapnya