Semua Bab Pesona Istri Yang Kuabaikan : Bab 111 - Bab 120

208 Bab

Seratus Sebelas

Pesona Istri Season 3 "Mam, jangan lakukan itu. Jangan jodohkan aku dengan wanita lain." Aku menyela, kutampakkan diri yang sejak tadi bersembunyi di balik tembok. Aku tak bisa menahan diri lagi sehingga tanpa berpikir panjang, aku menyela ucapan Mama dan menunjukkan diriku pada mereka.Refleks pandangan Om Wisnu dan Mama tertuju padaku."Ini yang kamu bilang anak baik-baik, nguping pembicaraan orang tua dan menyela pula," kata Om Wisnu sambil menatap padaku. Apa jadinya jika pria ini jadi mertuaku, apa Om Wisnu tidak akan pernah menatapku dengan kasih sayang seperti saat dia memandang Atma. Dulu dia juga sayang padaku, tapi sekarang terus saja membenciku. "Nata tak sengaja mendengar percakapan kalian, bukan sengaja nguping," sangkalku."Sama saja," balas Om Wisnu sambil membuang muka. Mama terlihat menghela nafas panjang. "Nata, kembali ke kamar. Ini urusan Mama dan Om Wisnu kamu tidak perlu ikut campur saat ini.""Mam....""Nataaaa." Ucapan itu, bukan sebuah suara yang melengk
Baca selengkapnya

Seratus Dua Belas

Pesona Istri Season 3 Keesokan harinya, Mama bersikeras mengajak kami untuk pulang. Padahal Tante Syifa dan Queena masih ingin kami tinggal. Menginap semalam dua malam lagi, namun Mama seakan enggan untuk melakukan itu. Dia lebih memilih untuk pulang hari itu juga. Entah apa yang dibicarakan oleh Mama dan Om Wisnu setelah kepergianku, hingga membuat Mama berubah seketika. Bahkan, saat aku ikutan membujuk Mama agar menginap semalam lagi, Papa melarangku dengan isyaratnya. Membuatku semakin penasaran saja, sepertinya Papa juga sudah tahu alasan Mama tak mau menginap lagi. Tentu saja aku masih ingin menginap, masih ingin melihat Queena dari dekat. Meskipun sekarang dia tak lagi memblokir nomorku, tapi berbicara dengannya melalui ponsel tentu saja jauh berbeda dengan bicara langsung. Sepanjang perjalanan pulang, Mama hanya diam di kursi penumpang bagian tengah bersama papa dan juga Hulya. Aku dan Atma bergantian menyetir mobil yang kami kendarai. "Mama sakit?" tanya Atma. "Enggak, Na
Baca selengkapnya

Seratus Tiga Belas

Pesona Istri Season 3 Papa menghirup nafas dalam-dalam, lalu menatapku sekilas. Tampak seperti banyak yang dipikirkan. "Tidak ada rumah tangga yang langsung baik-baik saja dan bahagia, Nata. Setiap rumah tangga punya ujiannya sendiri-sendiri. Meskipun menikah dengan wanita yang kita cintai, awal-awal begitu bahagia, namun sering berjalannya waktu, akan ada ujian juga. Seperti itu juga pernikahan Mama dan Papa, meskipun banyak air mata yang tumpah di antara kami, tapi pada akhirnya Mama dan Papa bisa bahagia seperti sekarang," tutut Papa panjang lebar. "Apakah dulu Papa tidak punya wanita yang Papa cintai sebelum menikah dengan Mama. Apa Papa tak sedang jatuh cinta saat Nenek menyuruh Papa menikah dengan Mama." Aku masih mencecar Papa dengan pertanyaan. Jika situsnya berbeda, tentu saja dengan mudah Papa menuruti permintaan ibunya."Rasa tertarik dan cinta itu wajar terjadi pada semua orang, baik wanita ataupun pria. Papa juga pernah suka pada wanita lain sebelum menikah dengan Mam
Baca selengkapnya

Seratus Empat Belas

Pesona Istri Season 3 "Berantem sama Mama?" tanya Atma yang baru saja masuk ke dalam kamarku. "Enggak, sejak kapan kita suka berantem dengan orang tua." Aku berkelit. Atma menghela nafas panjang, lalu duduk di tempat tidurku, sedangkan aku sendiri sedang mengerjakan tugas kuliah. "Tidak ada salahnya mengikuti kemauan Mama, lihat saja dulu. Kenalan aja sama wanita yang Mama inginkan. Kalau sudah kenalan dan gak cocok bilang ke Mama, jangan langsung menolaknya," tutur Atma, memberikan nasehat padaku. "Kamu bisa bilang begitu karena itu bukan kamu. Coba kalau kamu yang dijodoh-jodohkan padahal sudah punya calon sendiri, mau?" "Mau jika itu bisa membuat orang tua bahagia," balas Atma. Aku berdecak kesal. Enteng sekali dia bilang begitu. Hanya kata-kata aku juga bisa. Aku tak yakin dia akan melakukannya jika memang berada di posisiku saat ini. "Ya ... ya, kamu memang putra idaman dan paling soleh."Kali ini gantian Atma yang berdecak. "Nata, Mama dan Papa tak pernah membeda-bedakan
Baca selengkapnya

Seratus Lima Belas

Pesona Istri Season 3POV Hanan.Tubuh mungil itu terisak di pembaringan, setelah sekalian lama tak kudapati dia menangis, kali ini dia menangis lagi. Hunsiah, istriku yang paling tabah itu sudah tidak menangis lagi setelah anak-anak tumbuh dewasa dan mandiri, kini mulai kudapati beberapa kali meneteskan air mata. Bahkan dulu saat mengasuh Hulya, dia tak cengeng seperti saat mengasuh si kembar. Husniah cepat menyesuaikan diri saat memiliki anak ke dua. "Kenapa?" tanyaku sambil duduk di sisinya. Mendengar sapaanku, Husniah bangun dari posisinya, kemudian ikut duduk di sampingku. Dia mengusap pipinya yang berair."Aku hampir saja menjebak Nata pada penikahan yang tidak diinginkan. Jika dia terpaksa dan berbuat aniaya pada istrinya, apa jadinya anak gadis orang. Bagaimana kita bertanggung jawab pada keluarganya," terangnya seraya kembali mengusap air mata.Husniah, dia pernah berada di posisi itu, menjadi istri yang tidak diinginkan, menjadi istri yang terabadikan. Andai saja bisa kupu
Baca selengkapnya

Seratus Enam Belas

Pesona Istri Season 3Tok ... Tok ...tok. "Boleh Mama masuk, Bang?" Terdengar suara wanita yang baru saja tersakiti olehku. Setelah Papa masuk kamar, sepertinya bisa membujuk Mama hingga sekarang wanita itu mendatangiku. Papa memang keren. "Queen, ada Mama. Aku matiin dulu ya," pintaku pada Queena. Gadis itu, tak ada angin tak ada hujan, tau-tau meneleponku setelah sekian lama menolak kuhubungi. "Apa mamamu lebih berharga dari apapun, Bang?" tanya Queena, seakan protes dengan apa yang kukatakan baruan. "Iya.""Termasuk dari istrimu?""Aku akan tetap mengutamakan istriku jika sudah menikah. Mama bukanlah orang yang bertindak seenaknya sendiri, aku yakin Mama akan memperlakukan menantunya seperti putrinya sendiri, seperti Nenek memperlakukan Mama seperti itu." Aku berargumentasi."Abang marah dengan Mama?" Terdengar lagi suara wanita yang sudah melahirkanku itu dari balik pintu kamarku. "Ya udah, kayaknya Tante sedang ingin bicara penting dengan Abang. Assalamualaikum." Queena lang
Baca selengkapnya

Seratus Tujuh Belas

Pesona istri season 3 Malam sudah cukup larut, namun aku tak bisa memejamkan mata. Bayangan wajah Queena yang terlihat bahagia melintas di benakku. Entah apa yang membuat dia begitu bahagia saat menelponku, dia hanya mengatakan kalau liburan akhir tahun ini, dia dan keluarganya akan datang ke rumah ini. Itu sekitar sebulan lagi dari sekarang.Seharusnya itu sudah biasa, karena dulu kami sering melewatkan pergantian tahun bersama-sama. Hanya saja, Queena tadi mengatakan jika ada hal yang membahagiakan bagi aku dan dia. Hal itu tentu saja membuat pikiranku penuh dengan banyak dugaan. Kuhela nafas panjang sambil menatap air kolam yang tenang. Tempat itu, tempat kami menghabiskan banyak waktu bersama saat kecil dulu. Keluarga Om Wisnu dan Mama yang begitu dekat, membuat kami sering kali melewatkan waktu bersama jika ada kesempatan."Belum tidur?" Atma menyapaku. "Belum." Kualihkan pandangan padanya.Kakak kembarku itu memilih duduk di kursi yang berada tak jauh dariku. Beberapa hari in
Baca selengkapnya

Seratus Delapan Belas

Pesona Istri Season 3 Kugeser layar ponsel untuk menerima panggilan dari Queena. Saat panggilan terhubung, yang tampak di dalam layar handphoneku adalah bagian atas dari sebuah ruangan pasti ini adalah bagian atas kamar Queena. Alih-alih memperlihatkan wajahnya padaku, aku hanya disuguhi plafon kamarnya. Hubungan kami mulai membaik kembali, namun apalah daya ternyata usaha Mama untuk menjodohkanku dengan wanita lain mendapatkan jalannya. Bahkan, sekarang statusku dengan wanita itu sudah bertunangan. Aku yakin, Queena sudah tahu dari orang tuanya. Mama dan Papa pasti sudah memberitahu berita ini pada Tante Syifa dan Om Wisnu."Kudengar Abang mau menikah, Apa itu benar?" tanya Queena."Iya," jawabku apa adanya. Memang demikianlah adanya, mau kujawab bagaimana lagi. Hubunganku dengannya sudah tak ada harapan lagi sejak saat aku menerima wanita lain untuk menjadi istriku. Setelah menikah, aku akan memfokuskan perasaanku pada istriku. Diam tak ada lagi pertanyaan dari wanita di ujung t
Baca selengkapnya

Seratus Sembilan Belas

Pesona Istri Season 3 "Abang," lirih Hulya sambil menatapku. Gadis yang menjadi calon istriku itu langsung mengusap air matanya saat melihatku. "Hulya, kamu pulanglah sendiri naik taksi online," perintahku pada adikku."Dan kamu, ayo ikut denganku," ajaku pada Zitni. Gadis itu bergeming, dia seakan tak ingin mengikuti perintah untuk ikut denganku."Kamu mau ikut denganku secara sukarela atau, mau kupaksa." Kali ini aku mengancamnya. "Bang jangan seperti itu, dia anak orang." Hulya menyela. Kucoba untuk menahan diri, tapi rasanya aku seperti tak bisa. Kemarahan ini seakan menguasai hatiku, keluarga mereka yang mau dan datang ke rumah kami, lalu tiba-tiba sekarang putrinya tak ingin menikah denganku. Apa-apaan ini. "Memangnya aku mengatakan dia bukan anak orang," bala ku sambil menahan geram. Hulya memilih diam."Ayo ikut," perintahku sekali lagi. "Aku bisa saja memaksamu dengan caraku sendiri, jika kamu masih tak mau mengikutiku," sambungku penuh dengan ancaman. "Bang, janga
Baca selengkapnya

Seratus Dua Puluh

Pesona Istri Season 3Waktu sudah menunjukkan jam makan malam, namun aku mengurung diri di dalam kamar. Saat Mama meminta ijin untuk masuk ke kamar, aku tak mengijinkannya. Kukatakan kalau aku ingin istirahat setelah lelah sehari mengurus persiapan pernikahan.Ketukan pintu terdengar lagi di telingaku. Ini sudah ke empat kalinya. Pertama Mama, lalu Hulya lagi, kemudian Atma, mungkin dia sudah tahu apa yang terjadi dari Hulya. Lalu sekarang siapa lagi. "Abang, ayo makan. Jangan sampai sakit pas acara pernikahan." Terdengar suara Mama dari balik pintu. "Aku lagi gak pengen makan, Mam," balasku dari dalam. "Mama masuk, ya."Kupandangi tubuhku yang masih menggunakan baju yang sama seperti tadi pagi. Aku memang belum berganti baju, apalagi mandi. Hanya ke kamar mandi untuk bersuci lalu solat, itupun di dalam kamar juga. Bisa-bisa Mama khawatir melihat keadaanku seperti ini. "Nata akan turun untuk makan, lima menit lagi, Mama duluan saja." Aku kembali menyahut dari dalam sembari berlari
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
21
DMCA.com Protection Status