Erwin terpaku di tempat, nyaris tidak percaya, satu sosok yang begitu dihormati dan disegani di negeri ini, ada di ruang tamunya.Dengan seorang asisten yang berdiri di samping, dan beberapa pengawal di teras, sosok agung Dananjaya memang langsung memberikan kesan kuat dan dominan.“Pak Dananjaya… Anda… Anda--?” Erwin melangkah mendekati tamu agung itu.“Ya, Saya datang ke sini, Pak Erwin,” penggal Dananjaya Tua berdiri dari duduknya dan mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Erwin.Erwin menyambut uluran tangan itu dengan sedikit kikuk, lalu mengangguk tersenyum. Dengan benak yang masih terkejut dan pikiran yang bertanya-tanya, ia pun mengambil tempat dan duduk berseberangan dengan Dananjaya Tua.“Pak Erwin pasti terkejut dengan kedatangan saya ke sini,” Dananjaya Tua membuka percakapan mereka.Erwin mengangguk. Ia tidak menutupinya. “Ya. Saya memang terkejut, Pak.”Dananjaya berdeham. “Saya minta maaf baru bertandang sekarang, semenjak kita berbesan.”“Tidak, Pak. Saya yang minta
Read more