Sementara itu, di ruangan kecil di atas bangunan, sebuah perkelahian jelas tak terelakkan. Brahmana tidak ingin membuang waktu dengan lelaki berwajah penuh luka itu, jadi dia hanya bergerak cepat melayangkan pukulan dengan tubuhnya bergerak ke sisi Aruna. Membelakanginya, untuk memastikan, wanita tercintanya itu berada dalam lindungannya. Dugg! Buaggg!! Set! Dhuagg!! Lelaki berwajah penuh bekas luka itu mendongak dengan wajah penuh kesakitan, begitu satu hantaman dari Brahmana mengenai rahang bawahnya. Ia pun terjengkang dan terkapar. Dengan cepat, Brahmana menendang sekali, untuk mengakhiri pertahanan terakhir lelaki itu. “Hhh…” Dada Brahmana naik turun dengan napas sedikit tersengal. Lelaki yang baru saja ia hadapi, tidak seperti anggota lainnya. Lelaki itu cukup lumayan. Brahmana menduga, lelaki itu pasti orang kepercayaan pimpinan kelompok penjahat ini. Meski Brahmana belum mengetahui siapa pimpinannya, namun insting kuatnya mengatakan lelaki itu bukanlah pemegang pucuk p
Baca selengkapnya