Home / Rumah Tangga / Rahim Kedua CEO / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Rahim Kedua CEO: Chapter 81 - Chapter 90

111 Chapters

81. Anggapan Orang Lain

Anne enggan menerima penawaran Varen untuk diantar kembali ke butik. Ia merasa cukup yakin dengan kondisi tubuhnya sekarang. Setelah beradu pendapat cukup lama, akhirnya Varen membiarkan Anne berkendara dengan mobilnya sendiri.Namun pria itu memberikan syarat kalau sopir pribadinya yang akan mengemudikan mobil Anne. Mengingat Anne kelihatan pucat dan sempat mengeluhkan pusing kepala, sebagai teman dekat, tentu saja Varen khawatir. Setelah dibujuk, akhirnya wanita itu menurut.“Kabari aku kalau udah sampai di butik, ya.” Varen berpesan ketika Anne sudah naik ke mobil dan duduk di kursi penumpang.Kaca jendela baris kedua turun perlahan. Menampilkan paras cantik Anne dari dalam. “Memangnya kamu nggak balik sekarang?” tanyanya.Varen menggeleng, masih bersama senyum manisnya. “Sebentar lagi, masih ada yang perlu aku pantau di sini.”Anne mencebik. “Lagi sibuk begitu masih aja nawarin antar aku pulang,” sindirnya. “Ya udah, aku balik duluan. Makasih buat semuanya.”Mengangguk-angguk pela
last updateLast Updated : 2023-10-15
Read more

82. Menentang Ibu Mertua

Hati Anne bagai tercabik-cabik mendengar keluhan Mama yang sama persis dengan apa yang ia rasakan sekarang. Namun sekali lagi, ia belum yakin bisa mengatakan semuanya dengan gamblang. Mengingat masih banyak hal yang belum dipastikan kebenarannya.Sampai kemudian, ia mengulas senyum dan mengusap lengan Mama sebelum memeluknya. “Ma, jangan berpikiran macam-macam gitu, ah,” bisiknya tenang. “Anne itu baik-baik aja, kalaupun Ibu pergi sama Mara ya nggak pa-pa. Toh, aku sebagai menantu memang jarang ada waktu buat nemenin Ibu belanja.”“Mbak ….” Suara Mama parau.Anne menelan ludah kepayahan. “Mama tahu sendiri, kan, sekarang aku sibuknya ngalahin Papa dan Mama?” Ia mengendurkan pelukan dan menatap Mama lurus. “Aku lagi mencoba hal yang sebelumnya aku tinggalkan. Berdiri dengan kedua kakiku sendiri pasti jauh lebih penting daripada memikirkan kemungkinan buruk di masa depan. Begitu, kan, yang selalu Mama ajarkan?”Sebagai ibu, Tira memang kerap memberikan wejangan pada putri sulungnya untu
last updateLast Updated : 2023-10-17
Read more

83. Bocoran

Mama bersungut begitu Anne memasuki kamar. Wanita itu sudah mengenakan piyama yang diberikan sang putri. Tak lupa teh herbal yang tadi sempat ditawarkan.“Kenapa cemberut begitu, Ma?” Anne mendekati sang ibu ke pinggiran tempat tidur. “Kalau soal ucapan Ibu, jangan terlalu Mama pikirkan.”Mama menghela napas berat. Menandakan kekesalannya yang sudah meluap-luap. Tak bisa ditahan lagi, sekalipun mendapat nasihat dari Anne.“Mama nggak habis pikir, Ina masih aja senewen sama Mama dan kamu,” terang Mama. “Memangnya masalah kalau Mama nginap di rumah anak Mama sendiri? Toh rumah megah ini udah sepenuhnya milik kamu, nama pemiliknya juga punya Mbak Anne, ‘kan?”Anne mengangguk sambil memamerkan senyum simpul. “Mama benar, tapi ya … sikap Ibu dari dulu memang udah begitu. Karakter sulit diubah, Ma,” jelasnya santai. “Sekarang abaikan aja sikap sama omongan Ibu daripada sakit hati?”“Betul.” Mama menimpali bersama rautnya tak lagi kesal. “Akhirnya Mama bisa lihat kamu lebih bijaksana, Mbak,
last updateLast Updated : 2023-10-18
Read more

84. Tanda Ketimpangan

“Nggak sekalian ngajak satu RW buat datang ke rumah ini?”Tangan Anne mengepal seketika saat mendengar sindiran telak keluar dari bibir ibu mertuanya. Kedatangan Papa yang menyusul Mama di pagi hari bukan kehendaknya. Kalau saja niat Papa segera diketahuinya, Anne pasti meminta pria itu datang lain waktu.Sewaktu Anne menuntaskan mandinya dan berencana pergi ke meja makan, ia dikejutkan dengan Papa yang berjalan bersama Mama setelah dipersilakan Pramam. Hal paling mengejutkannya lagi, kehadiran Mara yang berada di tengah-tengah keluarganya. Itu disebabkan Ibu atas paksaan dan penuh drama, kata Pramam.Sementara itu Papa justru terkekeh guna menanggapi besan yang menyebalkan. “Nanti kalau anak Anne dan Pramam sudah lahir, saya undang banyak teman ke rumah,” tandasnya bersama nada jenaka.Emosi Anne perlahan meredam. Papa memang selalu saja memiliki cara yang unik untuk menghadapi segala sesuatunya. Contohnya seperti sekarang ini. Alih-alih membalas Ina dengan perkataan menyindir, Papa
last updateLast Updated : 2023-10-19
Read more

85. Perasaan Aneh

“Bapak ada di dalam, Bu, saya sudah sampaikan tadi.”Erin, sekretaris Pramam menyambut ramah Anne seperti biasa. Anne membalasnya dengan senyum dan ucapan terima kasih sekenanya. Lalu mendorong pintu ruang kerja suaminya.Hari ini, ia sengaja menyempatkan datang ke kantor untuk memberikan kejutan. Nyatanya sudah lama ia tak berkunjung ke tempat si biadab itu. Ya, hitung-hitung bersandiwara agar rencananya tetap berjalan dengan baik.Pramam mengangkat wajah dari layar monitor di hadapannya. Beralih memandangi Anne yang baru masuk ruangan. Ia bangkit dari duduk, segera menghambur pada istrinya dengan memberi pelukan hangat.Entah bagaimana, akhir-akhir ini Pramam memang sedikit berubah. Lebih perhatian dan memaksakan diri untuk terus menempelinya. Mungkin karena ucapan Papa beberapa hari lalu yang berhasil menohok pertahanan seorang Pramam Basuki.“Kamu bawa apa, Sayang?” Mata Pramam merujuk pada tentengan yang dibawa Anne.“Your Lunch, udah lama aku nggak masakin sesuatu buat kamu. Ap
last updateLast Updated : 2023-10-22
Read more

86. Mencari Sekutu

“Keberatan?”Anne menoleh cepat ke arah Varen yang hendak meraih koper dari tangannya. Lekas ia menggeleng dan melanjutkan langkah. Di belakang, Varen mengikuti. Melaju lebih cepat agar bisa bersisian dengannya.“Maksudku keberatan soal aku yang ikut kamu ke Singapore?” tanya Varen lagi.Bibir Anne sedikit terbuka. Ia baru sadar jika sudah salah paham atas pertanyaan Varen dari awal. Lantas ia tersenyum sambil menggeleng pelan.Sejak telepon dari Varen semalam berakhir, Anne sudah menyiapkan diri berangkat bersama pria itu. Sekalipun ia menolak, Varen pasti tidak akan menyerah. Ia bisa saja diam-diam pergi dan membantu tanpa sepengetahuan Anne.“Suatu kehormatan bisa ditemani Pak Direktur, ‘kan?” godanya seraya mengerlingkan mata. “Memang kapan lagi aku bisa datang tanggungjawab dari pemilik rumah sakitnya langsung?”Varen nyaris berdecak. “Direktur, tolong digaris bawahi,” koreksinya. “Rumah sakit itu masih punya eyang, aku yang sedikit mujur ini diberi kepercayaan pegang jabatan itu
last updateLast Updated : 2023-10-23
Read more

87. Mengulik Keterangan

Tidak terlalu sulit menemukan Dokter Mega di rumah sakit terbesar di Singapura. Penampilan wanita itu cukup mudah dikenali. Bersama senyum cerdik, Anne mengangguk pelan pada Varen sebelum memulai aksi.Ia mengenakan kacamata hitam dan topi, lalu berjalan berlawan arah ketika Dokter Mega keluar dari ruangan. Dalam hitungan ketiga, Anne menyerbu pundak wanita itu kuat-kuat dan terjadilah drama yang dibuat.“I’m sorry …” ujar Anne spontan. Ia mendongak dan memasang wajah terkejut. “Lho … Dokter?”“Nyonya Anne?” Wanita yang berprofesi sebagai dokter kandungan itu kelihatan syok sekali. Mulutnya terbuka lebar dan membuang muka, mungkin takut disangka yang tidak-tidak.Anne mengikuti tatapan Dokter Mega dan melayangkan kata, “Saya nggak nyangka lho bisa ketemu Dokter di rumah sakit ini. Omong-omong lagi ada urusan apa, Dok?”Wanita itu tak sempat menjawab karena seorang anak kecil memanggilnya dengan sebutan mama, baru keluar dari ruangan. Pemandangan itu sukses membuat senyum samar yang me
last updateLast Updated : 2023-10-29
Read more

88. Melebarkan Sayap

Tampak di luar bangunan banyak orang berlalu lalang di bawah sinar matahari yang terik. Tak ada keluhan yang terpancar di wajah mereka. Berbeda dengan Anne yang terduduk di bangku dengan ditemani sang teman sambil menahan rasa yang bergejolak di dada.Pengakuan Dokter Mega cukup berpengaruh pada kondisi Anne setelahnya. Embusan napas berat terus muncul dan mengganggu Varen. Pria itu ingin menghibur, tapi bingung harus dengan cara apa. Bersuara pun sepertinya percuma.“Jalan satu-satunya DNA,” tukas Anne setelah diam sejak tiba di restoran dekat hotel. “Kita nggak tahu dengan siapa Mara berhubungan selain sama Pramam, ‘kan?”Varen menatap Anne cukup lama. Kemudian menghela napas sebelum memberi tanggapan.“Setahuku mereka berdua cukup intens dalam menjalani hubungan, bahkan Pramam sendiri kelewat protektif,” terangnya sedikit berat karena bisa membuat hati Anne makin tak karuan. “Jadi, besar kemungkinan bayi itu memang anak mereka berdua.”Anne memalingkan wajah ke sisi lain. Ia menutu
last updateLast Updated : 2023-11-01
Read more

89. Tidak Aman Untukmu

Kehamilan Mara sudah memasuki trimester tiga. Seharusnya Anne merasakan sensasi senang akan hal itu, karena sebentar lagi programnya selesai begitu bayi dalam kandungan Mara lahir. Sayangnya, perasaan antusias dan penuh semangat yang sempat mengendap di dada nyatanya berkurang perlahan-lahan.Sekarang, ia menatap Mara yang beberapa kali mengusap perut dan memegangi pinggulnya yang makin terasa pegal—barangkali. Staff Anne sigap membantu dan mempersilakan wanita hamil itu duduk di sofa sembari badannya diukur.“Mbak ….” Mara memanggil sungkan ketika bersitatap dengan Anne yang berdiri memerhatikan sejak tadi. “Kayaknya ini berlebihan.”Anne mengusap sikunya dalam posisi bersidekap sembari mengulas senyum. “Anggap aja hadiah, toh semenjak aku pegang butik ini, kamu belum pernah mampir. Apalagi coba beberapa pakaian di sini, ‘kan?”Mara mengangguk pelan. Lalu meneruskan kelanjutan dari staff yang mengarahkan. Sementara tak jauh dari tempat Mara dan Anne, seorang wanita beberapa kali mend
last updateLast Updated : 2023-11-02
Read more

90. Bukan Prioritas

Di balik kaca jendela besar di ruangan kerjanya, Anne bisa menangkap semua gerak-gerik mobil suaminya yang masih terparkir di pelataran. Ditambah hilangnya Ina yang tadi sempat duduk melihat-lihat katalog butiknya, tapi sekarang entah ke mana.Semenjak Maeve datang, Anne sudah menduga jika Pramam tahu. Mengingat dua saudara Mara memang pernah bertemu dengan kekasih CEO wanita itu yang tak lain adalah Pramam Basuki.“Lagi di mana, Mas?” Anne menyapa Pramam melalui telepon. Ia ingin memastikan satu hal sekaligus menambah rasa panik pria itu yang sengaja bersembunyi di suatu tempat. “Kata Sonya kamu mau ke sini, ‘kan?”“I-iya, Sayang.” Pramam menjawab sedikit terbata.“Terus?” Anne mengulas senyum. “Aku lihat mobil kamu di halaman depan, tapi kok … kita belum ketemu?”“Oh ini mau masuk, sebentar … tadi ada meeting urgen yang harus dihadiri.”Ingin rasanya Anne terkekeh mendengarnya, tapi ditahan dan diganti dengan balasan. “Hmm, oke. Aku tunggu di ruangan.”Begitu panggilan berakhir, Ann
last updateLast Updated : 2023-11-04
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status