Semua Bab Rahim Kedua CEO: Bab 71 - Bab 80

111 Bab

71. Jawab, Mas

“Mana bisa aku tega bersikap begitu ke kakakku sendiri, Mbak?” Arian bergerak mendekati Anne. Rautnya kelihatan bersalah. “Aku memilih jalan ini biar Mbak nggak sakit. Karena nggak semua kebenaran harus diketahui, aku justru nggak rela Mbak tahu. Aku takut Mbak sakit dan akhirnya menderita sendirian.” Kelopak mata Anne bergetar. Diikuti pula dengan bibirnya. “Ri …” katanya lirih. “Mau kapan pun Mbak tahu, entah itu di awal atau akhir, tetap aja sama. Mbak tetap sakit hati dan merasa kurang sebagai istri. Apalagi setelah tahu kalau ternyata pengkhianatan itu terjadi beberapa tahun ke belakang. Rasanya nggak nyangka dan … Mbak bisa hampir gila kalau terus-terusan mikir alasannya.” Si pemuda memeluk tubuh Anne yang sudah gemetaran. Ditambah tangis yang pecah seperti bisikan. Arian mengusap pelan punggung sang kakak dengan sigap dan penuh pengertian. “Sekarang Mbak usap air mata itu, tunjukkan ke dunia kalau Mbak ini kuat,” tukas Arian. “Soal Mas Pram, semalam aku hanya menyebut Mbak ya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-26
Baca selengkapnya

72. Tahu Batasan

Pramam bungkam seribu bahasa. Kedua netranya hanya mampu menatap lamat-lamat wajah cantik Anne. Hingga kemudian, terbersit ide di kepala dengan menangkup sisi wajah Anne dan mendekatkan diri.Wanita itu tak bereaksi sama sekali. Menolak pun tidak. Membuat Pramam makin semangat melanjutkan niatnya meraih lekukan bibir menawan yang urung dikecupnya beberapa hari ke belakang.Sialnya, aksi itu harus terhenti ketika dehaman Arian muncul di sela-sela hasrat Pramam yang sudah berada di ujung. Mau tak mau, ia melepaskan diri dari Anne. Lalu bersikap seakan tak terjadi apa pun.“Masih pagi udah mesra-mesraan aja,” cibir Arian. Pemuda itu bergerak menuruni anak tangga. “Nggak peka banget adiknya masih jomblo begini. Kalau pengen juga gimana, mau tanggung jawab?”Anne berdecak. Tangannya sudah meraih bantal hendak melemparnya ke arah Arian. Namun ditahan Pramam karena pria itu memeluk lengannya penuh manja.“Mau Mas cariin, Ri?” tawar Pramam mendadak.“Serius nggak nih?”Netra Anne mengerjap ce
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-27
Baca selengkapnya

73. Naif

“Ibu udah berencana jauh-jauh hari buat nemenin Mara ke rumah sakit, Ann,” ujar Pramam sambil bergelanyut manja di lengan Anne. “Apa nggak sebaiknya kamu mengalah aja?”Suara berat itu terkesan lembut. Seakan sengaja membujuk, tapi sayangnya Anne menolak. Dapat Pramam rasakan tangannya ditepis pelan saat Anne mengambil jarak dan menatapnya tajam.“Memang kamu pikir selama ini aku nggak ngalah?” keluh Anne. “Bukannya dari awal, Ibu nggak pernah menyetujui program sewa rahim ini? Terus kenapa sekarang jadi berubah dan bersikap seolah-oleh Mara itu seseorang yang berharga karena mengandung cucunya sekali sekaligus darah daging kamu, Mas?”Punggung Pramam menegak seketika. Ia sedikit gelagapan mendengar penuturan sang istri yang merujuk pada janin yang dikandung Mara adalah anaknya sendiri. Alih-alih menyebut istilah ‘anak kita’.“Ann, itu juga anak kamu.”Anne mengangguk. “Aku tahu, maka dari itu, aku punya hak juga merawat dan memantau kandungan Mara sampai bayi itu lahir ke dunia,” tan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-09-29
Baca selengkapnya

74. Kecuali Nggak Cinta

Anne sadar betul ucapannya terdengar jahat pada Mara. Namun, ia hanya berlagak seperti seharusnya. Memberi pengingat agar wanita muda itu sadar jika bayi yang dikandungnya lahir nanti, hanya Anne yang berhak atasnya.Pandangannya kini mengarah pada ranjang yang akan ditempati Mara ketika proses USG nanti. Sayup-sayup ia mendengar penjelasan dari Dokter Mega yang memperingatkan agar Mara tak melewatkan minum vitamin dan lainnya. Anne terdiam di tempat duduknya sekarang, hingga si dokter meminta Mara naik ke ranjang.“Kita cek dulu bayinya ya, Nyonya,” kata dokter pada Anne.Mengangguk pelan, Anne ikut bangkit dan mengikuti jalannya Mara yang hendak menaiki ranjang. Perawat membantunya pelan-pelan. Dari pemandangan itu, Anne mengernyit. Kehamilan Mara ini baru menginjak usia empat bulan, tapi mengapa perawat begitu berhati-hati seakan sikapnya itu sedang menghadapi ibu hamil trimester tengah.Berusaha mengalihkan pikiran dari kecurigaan, Anne memilih menatap layar monitor dan sesekali m
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-01
Baca selengkapnya

75. Jangan Rewel

“Aku nggak tahu harus ngomong apa ke kamu selain ucapan terima kasih. Karena rasanya itu nggak cukup.” Anne membasahi bibir ketika di tangan sudah ada kontak pengacara kondang yang akan membantunya nanti.Varen mengulas senyum, tangannya menggapai puncak kepala Anne pelan. Lalu membelainya begitu lembut, bahkan jemari panjang itu sesekali menyelipkan helaian rambut Anne yang beterbangan dibawa angin. Tak ada penolakan yang terjadi, tapi debaran dalam dada masih terasa jelas.“Itu udah cukup bagiku, Ann,” bisiknya. “Aku, kan, sempat bilang kalau apa pun itu, kapan pun kamu butuh bantuan, aku siap membantu.”Anne menganggut paham. Ia meraih gelas berisi lemon tea dan meminumnya menggunakan sedotan. Sesekali tangannya mengusap lengan, mengingat pakaian yang dikenakannya hanya sebatas blouse tipis. Tak akan bisa menghalau angin sepoi-sepoi yang menerpa kulitnya sekarang.“Kita pindah ke ruang VIP yang lain, kamu keberatan?”Anne mengalihkan pandangan, menatap Varen yang sejak tadi rupanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-02
Baca selengkapnya

76. Mengambil Hak

“Saya udah dengar masalah kamu sekilas dari Varen, jadi apa yang sebenarnya kamu inginkan dari Pramam, Anne?”Detak jantung Anne bergerak dua kali lipat dari biasanya. Sebelum mendatangi Eman, pengacara muda yang top dari kenalan sekaligus senior Varen di kampusnya dulu, ada banyak hal yang Anne pikirkan juga pertimbangkan. Salah satunya adalah nasib pernikahannya nanti.Ditambah pendapat-pendapat dari orang sekitar jika putri sulung dari Keluarga Gumelar mengakhiri pernikahan dengan putra semata wayang Basuki. Berita itu pasti akan jadi kecaman banyak pihak, tapi ia percaya jika Mama dan Papa pasti akan selalu mendukung keputusannya. Kini Anne mengaduk tas miliknya dan mengambil berkas untuk diserahkan pada Eman.“Bayi yang ada dalam kandungan Mara Cikal,” katanya tegas. “Pak Eman bisa bantu saya mendapatkan hak atas bayi itu jika sudah lahir nanti?”Eman menatap berkas di meja. Tak segera menyetujui permintaan Anne, tapi mempelajari dulu dokumen tersebut. Setelah beberapa lembar dil
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-04
Baca selengkapnya

77. Foto-foto

“Setelah apa yang saya minta beberapa hari lalu, sekarang sudah ada hasilnya, belum?” Pertanyaan itu dilontarkan Pramam pada sekretarisnya. Erin baru saja menyerahkan proposal dari tim marketing dan keuangan di meja atasan. Gadis itu pun mengangguk pelan. “Oke, kerja bagus.” Pramam mengulas senyum cerah nan puas. “Apa yang kamu dapatkan?” “Foto-foto yang teman saya ambil selama mengikuti Pak Varen sudah saya kirim ke email Pak Pramam pagi tadi,” ungkap Erin sambil menunduk ragu. “Tapi ….” Pramam menaikkan sebelah alis, menatap lurus sekretarisnya. “Apa maksud kamu sampai ada tapi, Er?” Gadis itu duduk di kursi seberang Pramam. Lalu mencondongkan tubuh ke depan. Tampak berantisipasi barangkali seseorang mencuri dengar obrolannya bersama Pramam. “Mungkin ada beberapa di foto itu yang kurang Pak Pramam sukai. Jadi, saya hanya memperingatkan lebih dulu,” jelasnya pelan. “Apa itu? Kamu menemukan kejanggalan dari Varen?” Pramam mulai tertarik pada pembahasan ini, ia ikut menggerakka
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-07
Baca selengkapnya

78. Ruang Gairah

“Apa kamu bilang?” Jantung Pramam melonjak, tatapannya nanar saat tertuju pada paras ayu Anne yang tampak malas itu. “Dia investor kamu?”Sejauh ini, Pramam tak pernah menanyakan perkembangan di butik Anne. Ia hanya kerap mengeluhkannya. Bahkan saat istrinya itu berencana membuka beberapa cabang baru di lain tempat pun, kabar itu ia ketahui dari Sonya. Selebihnya, Pramam tak tahu apa pun.Anne memalingkan wajah. Kepalanya mengangguk pelan sebelum ia bangkit menuju lemari es mini di sudut ruang. Anne mengambil minuman kaleng dan menyerahkannya pada Pramam.“Sejak awal, dia yang bantu aku kembangkan butik yang nyaris bangkrut ini,” ungkap Anne. “Jujur aku nggak tahu tujuan Ibu sebenarnya apa, kenapa dia kasih butik begini ke mantunya yang jelas-jelas lagi sibuk mengurus orang lain di rumah?” Ia mengangkat bahu sambil tersenyum tipis. “Nggak berhenti di situ, Ibu juga kasih syarat yang terkesan kayak tantangan. Aku nggak bisa cari orang yang tepat selain Varen. Kalau minta ke kamu pun pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-08
Baca selengkapnya

79. Harus Hancur

Anne tidak tahu harus merasa bersyukur atau bingung karena orang yang menyebabkan Pramam geram adalah Eman. Pria itu datang mendadak ke butiknya. Di saat momen krusial begini, tentu Pramam memiliki segudang pertanyaan untuk Anne karena kedatangan tamu laki-laki.“Kamu kenal laki-laki itu?” tanya Pramam sebelum membiarkan Anne pergi. “Apa dia investor atau klienmu juga?”Anne menelan ludah. lantas menggeleng tanpa berpikir panjang. “Dia pelanggan VIP di sini,” terangnya jelas berbohong.“Oke.” Pramam menyambar jas yang sempat disampirkannya tadi. Ia juga membenahi resleting celana yang sudah diturunkan. “Aku balik ke kantor aja, urusan kita yang sempat tertunda tadi, akan aku tagih di rumah malam ini.” Pramam mendekati Anne, lalu melabuhkan kecupan ringan di kening. “Jangan pulang terlalu malam, aku tunggu di rumah.”Mengangguk dan tersenyum kaku, Anne menatap punggung Pramam hingga tak lagi terlihat. Seketika kedua kakinya lemas, ia kontan duduk di sofa sambil mengatur napasnya.“Bu A
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-10
Baca selengkapnya

80. Kuat Luar Dalam

Anne menuangkan air mineral ke gelas kosongnya. Ia membasahi kerongkongan dengan menenggak cukup banyak, mengingat pengarnya yang menyiksa di pagi hari. Belum lagi mata bengkak karena habis menangis semalam.“Main sembunyi-sembunyinya udahan?”Suara barithone merasuk ke rungu Anne. Tanpa menoleh, ia sudah tahu siapa orang yang ada di hadapannya. Tengah menduduki salah satu stool di sana sambil memandanginya lurus.“Aku masih pusing, jangan ajak berantem,” jawabnya sambil lalu.“Siapa yang mau ajak berantem?” Pramam turun dari duduknya, lalu berdiri seakan sengaja menghadang si wanita. “Aku nanya kamu kenapa harus tidur di ruangan depan?”Anne menahan napas saat jalannya harus diblok Pramam. Meski seperti itu, ia tetap tak ingin menatap suaminya yang tampak menyebalkan.“Aku ketiduran.”Jawaban Anne tak sepenuhnya berbohong. Ia memang jatuh tidur akibat minuman keras yang dikonsumsinya semalam. Belum lagi tubuhnya kelewat lelah setelah berteriak dan menangis sejadinya.Sementara itu Pr
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-10-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status