Home / Rumah Tangga / Rahim Kedua CEO / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Rahim Kedua CEO: Chapter 61 - Chapter 70

111 Chapters

61. Jangan-jangan

Bersama kantong belanja yang baru diberikannya pada Rina, si asisten, Anne menghela napas panjang. Kakinya begitu berat ketika digerakkan menuju pintu rumah. Meski sudah ada asisten lain yang menyambut kedatangannya, tetap saja tak membantu sama sekali.“Air hangat untuk berendamnya sudah saya siapkan, Nyonya,” ujar asisten lain. “Apa mau mandi sekarang?”Anne berhenti sesaat, lalu mengangguk pelan. “Boleh,” balasnya. Matanya kini beralih pada Rina yang melangkah cepat menuju living room. “Mara ke mana, Rin?”Wanita muda itu memutar kepala, menghentikan langkah untuk menjawab, “Ada di kamar, Nyonya. Mau saya panggilkan?”“Nggak usah, kamu siapkan aja makan malam buat dia,” titahnya. “Saya nggak perlu, udah makan banyak di luar tadi.”“Baik, Nyonya.”Semenjak tahu rahasia besar antara Pramam dan Mara, Anne kini mulai menjaga jarak. Ia tak lagi singgah ke kamar Mara untuk menanyakan kondisi ataupun saling berbagi. Ya, meskipun kerenggangan itu sudah terjalin sejak Anne diminta mengurus
last updateLast Updated : 2023-09-12
Read more

62. Si Pelaku

“Jangan tegang gitu, Mar, berasa kayak lagi disidang aja?” tegur Anne sambil menepuk pundak Mara.Ia bisa menangkap kerlingan mata Mara yang tampak tak berkenan membahas pacar CEO yang mana adalah suaminya sendiri. Gerak-geriknya juga menunjukkan ketegangan, ditambah sekarang matanya mengerjap cepat sebelum akhirnya mengalihkan pandangan. Lantas senyum Anne mengembang seketika.Kemudian Mara menggeleng. “Aku udah nggak ada hubungan apa pun sama dia, Mbak,” cetusnya yang Anne yakini betul adalah kebohongan belaka.“Kenapa nggak kamu kejar aja kalau memang kalian masih cinta?”Dada Anne mulai mendidih ketika mendengar tipu daya yang diutarakan Mara. Jelas-jelas wanita muda itu masih menjalin hubungan baik dengan Pramam. Bahkan mungkin di belakangnya—di dalam rumah megah ini—mereka masih saling membahagiakan satu sama lain.“Entah.” Mara mengangkat kedua bahu. Kembali menatap wajah Anne yang memberi senyum tipis. “Aku nggak mau berharap banyak, apalagi hubungan itu mustahil untuk dilanju
last updateLast Updated : 2023-09-14
Read more

63. Tidak Enakan

Selama ia hidup dikelilingi banyak harta dan orang berada, bukan hal aneh jika mendapati kelicikan seseorang. Terutama suaminya sendiri yang berani menghempaskan beberapa orang demi menutupi aibnya sendiri. Namun, bukankah kelewatan jika menyuruh orang dan memecat karyawan agar perselingkuhannya tak terendus istri?Sekarang Anne baru menenggak habis sisa minuman alkohol di gelas. Kepalanya mulai terasa berat, tapi ia cukup lega karena pikiran penuhnya perlahan mereda. Tidak seperti saat mendapati informasi dari Eve siang tadi.“Ternyata kamu di sini.”Suara familier itu membuat Anne menoleh cepat. Matanya yang semula menyipit kini terbuka lebar begitu mengetahui Varen sudah duduk di kursi kosong sampingnya. Bersama raut khawatir, tapi bisa ditutupi oleh senyum manisnya.Anne berdecak. “Kamu mirip bakteri, di mana-mana ada,” katanya spontan. “Ngapain di Surabaya?”“Mau jawaban jujur?”Menghela napas kasar, Anne memalingkan wajah. Membiarkan Varen memesan minuman dan camilan lebih dulu.
last updateLast Updated : 2023-09-15
Read more

64. Mau Apa Lagi?

Pasang mata Anne menyipit seketika sewaktu mendengar supir sekaligus asisten pribadi Varen menyampaikan nama hotel yang mereka tempati. Rupanya sama seperti tempat Anne menginap malam ini selama di Surabaya. Dan sekarang, ia sudah berada di kendaraan yang sama dengan Varen.Asisten pribadi Varen menawarkan sekaligus memberikan pesan jika bosnya sendiri yang meminta agar Anne diikutsertakan. Itupun dengan catatan jika urusan di bar benar-benar selesai. Mengingat dirinya yang masih merasakan efek mabuk, lumayan riskan memang jika pergi sendirian. Jadi keputusannya menyetujui penawaran pemuda itu pun bukan hal salah.Di sampingnya, Varen masih memejamkan mata. Sesekali mulutnya terbuka dan mengeluarkan bisikan yang entah apa artinya. Anne menatap wajah tak sadar itu selama beberapa waktu, sebelum betah memandangi perjalanan. Di bawah gemerlap lampu jalan dan sinar rembulan, ia tak menduga akan bertemu Varen dan pulang bersama dari bar seperti ini.“Silakan, Bu Anne turun lebih dulu. Biar
last updateLast Updated : 2023-09-17
Read more

65. Aku Tahu!

“You okay?”Entah sejak kapan tepatnya Varen datang mendekati mejanya, Anne tak tahu. Yang jelas sekarang tangannya gemetaran hebat, ditambah pundaknya yang kelihatan sekali. Tak mampu ia sembunyikan, meski sudah berusaha keras sekalipun. Seharusnya Anne sadar jika rautnya gampang sekali terbaca jika diserang kalut dan kepanikan seperti ini.“Ann?”Mendengar namanya disebut, ia menggigit bibir dan akhirnya mengangguk pelan. Bibirnya perlahan terbuka dan mengucap bahwa keadaannya baik-baik saja. Daripada tadi, ia merasa jauh lebih baik karena kedatangan Varen. Pria itu pun tak segan-segan duduk di sampingnya sambil mengusap punggung tangannya pelan.“I’m here, don’t worry,” bisik Varen menguatkan.Sembari mengumpulkan niat untuk berujar, Anne mengatur napasnya pelan-pelan. Mencoba membalas tatapan Varen yang kini terus tertuju padanya. Seakan mengunci dirinya agar tak pergi ke mana-mana.“Mas Pramam udah di bandara, Ren,” ujarnya lirih. “Mungkin dia juga tahu aku sehotel sama kamu.”Me
last updateLast Updated : 2023-09-18
Read more

66. Memilih Bebas

“Maaf ya, Mbak. Karena aku, Mbak Anne sama suami jadi berantem begini.”Anne membuang napas pelan saat mendengar tuturan Mara yang lembut. Ia tak tahu apa yang ada di dalam hati wanita itu. Yang dilakukannya sekarang hanya menggeleng pelan, menolak ucapan Mara.“Jangan menyalahkan diri, mungkin Mas Pram lagi sensi karena kecapekan baru sampai Surabaya,” balasnya sambil tersenyum simpul. “Lagi pula ngidam itu wajar buat ibu hamil. Seharusnya aku ngertiin kondisimu, Mar.”Sementara itu, Varen yang masih betah di tempat duduknya usai kepergian Pramam lantaran emosi, ia menggoyangkan gelas minumannya. Es teh yang dipesan tadi gulanya masih mengendap banyak di dasar lantaran belum sepenuhnya larut. Daripada melihat pemandangan Anne yang bersandiwara, ia memilih meraih sendok dan mengaduk minuman.Dari kejauhan, dapat ia saksikan betapa dongkolnya suami Anne di area parkir. Bersama asisten pribadi yang disuruhnya tadi, Varen pikir itu cara terbaik agar tidak melihat pertunjukan debat rumah
last updateLast Updated : 2023-09-19
Read more

67. Omelan Dadakan

“Kok lewat sana, Ren?” tanya Anne ketika mendapati Varen yang melangkah ke jalur lain. “Ini lho jalan keluarnya ke sini!”Varen menoleh, tampangnya terlihat santai. Tak seperti orang linglung yang sempat terlintas di pikiran Anne. Justru pria itu berjalan mendekatinya sambil memasukkan sebelah tangan ke saku celana.“Aku langsung ke Bali, Ann. Ada konferensi di sana besok malam ini,” ungkap pria itu tenang.Mengerjap kaget, Anne melongo dibuatnya. Begitu heran mendengar penuturan Varen yang terkesan mustahil. Jika memang pria itu ada kepentingan di Bali, mengapa ia ikut kembali ke Jakarta bersamanya?“Nggak usah kaget gitu,” imbuh Varen. “Sengaja aku ikut kamu biar mastiin semuanya baik-baik aja.”Anne memutar kedua bola mata. “Hanya karena diselingkuhi suami, jangan kamu pikir aku bisa semudah itu terjun dari pesawat,” sarkasnya sebal.Ia akui mentalnya kerap kali down ketika mengingat-ingat betapa brengseknya Pramam dan culasnya Mara di belakangnya. Namun, itu semua tak membuatnya m
last updateLast Updated : 2023-09-21
Read more

68. Senasib

“Bu, di mana-mana orang ngidam pasti pengen diturutin. Toh rawon di Surabaya bukan perkara sulit bagi Mas Pram, jadi jangan terlalu mempermasalahkan hal ini ya, Bu.”Seketika Anne mendesah sambil memejamkan mata. Baru kali ini ia memiliki keberanian untuk membalas ucapan ibu mertuanya yang seringkali menunjukkan sikap egois dan angkuh. Biasanya Anne akan mengangguk setuju agar lepas dari perdebatan panjang dengan ibu mertua.Dan sekarang, telinganya sudah bersiap untuk menerima deretan kata-kata yang akan terlontar padanya. Dalam hitungan detik, jantungnya sudah mulai bersiap, tapi tak ada suara yang terdengar selain helaan napas pendek. Membuatnya membuka mata dan melihat ponsel yang masih menunjukkan panggilan tengah berlansung.“Bu?” panggilnya guna memastikan.“Lebih baik kamu pulang sekarang, Ibu tunggu. Ini Rina sudah masak makan malam soalnya.”Tak ada suara menantang atau aksi protes yang ditunjukkan ibu dari Pramam itu. Bahkan Anne lumayan tersentak ketika panggilan berakhir
last updateLast Updated : 2023-09-23
Read more

69. Perubahan Mertua

“Maaf—“Hanya satu kata itu yang mampu keluar dari mulut gemetar Pramam. Matanya mengarah pada lantai dingin yang dipijakinya sekarang. Ia tak berani menatap sang ibu yang masih menangis histeris di tempat duduk.“Apa bayi yang ada di kandungan wanita itu … anak haram?”Sontak Pramam menengadah. Sukses menuai senyum miring yang tersemat di bibir Ina. Nyatanya ia langsung tahu kebenaran gila yang sengaja ditutupi putranya dengan singkat. Membuat batinnya kini memanas karena harus menerima kenyataan pahit bahwa putranya ini sama bejatnya dengan suaminya sendiri.“Sungguh, Pramam bisa jelaskan, Bu.” Pramam melangkah mendekati Ina, hendak bersimpuh dan meraih tangan wanita itu. Namun, langsung ditepis Ina. “Ibu—““Rupanya kamu nggak hanya selingkuh dan menghamili selingkuhanmu saja ya?” Ina menggeleng heran sambil mendecakkan lidah. “Tapi kamu juga tega membohongi Anne dengan menyetujui keinginannya untuk bersedia menyewakan rahim wanita murahan itu?”Menyadari suara lengkingan keluar dar
last updateLast Updated : 2023-09-24
Read more

70. Puas Kamu?

Anne menggigit bibir bawahnya kuat-kuat hingga cairan aroma berkarat dirasakan lidahnya. Tak merasa pedih atau perih, ia justru masih dihinggapi kebingungan dan keterkejutan luar biasa. Bagaimanapun ia senang mendengar kabar jika ibu mertuanya sudah menerima Mara sebagai wanita yang menyewakan rahim agar Pramam memiliki keturunan.Sekalipun Anne tahu ada pengkhianatan di rumahnya, tetap saja perasaan bahagia yang semula menyerang benak, kini berubah menjadi kekhawatiran. Ia seakan sudah kalah telak dengan Mara yang maju ratusan langkah di depannya. Sementara ia sendiri masih merangkak.Mungkin itu pula yang menyebabkan ibu mertuanya tak pernah datang ke butik. Bahkan tak memberikan komplain atas rencananya membongkar sistem butik yang menjadi tanggungjawabnya sekarang. Ia membuang napas panjang sebelum meraih botol wine dari kabinet ruang kerjanya.“Pertama, suami direbut,” gumam Anne sambil menuangkan minuman ke gelas khusus. “Kedua, mertuaku. Besok apa lagi ya?”Anne menenggak satu
last updateLast Updated : 2023-09-25
Read more
PREV
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status