Home / Rumah Tangga / Rahim Kedua CEO / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Rahim Kedua CEO: Chapter 41 - Chapter 50

111 Chapters

41. Tak Ada Kata Maaf

Dari awal, Anne tidak pernah tahu maksud ucapan Varen tentang Mara. Apalagi soal peringatan yang jelas digaungkan pria itu ketika pertama kali bertemu setelah bertahun-tahun lamanya. Kini Anne sudah menyiapkan makanan yang baru dibelinya dari kantin rumah sakit.Sekalipun batinnya masih pedih karena ucapan kasar dari Pramam, itu bukanlah halangan. Anne masih perlu berusaha untuk bertahan. Setidaknya itu yang dikatakan Varen, bertahan jangan sampai hancur lebih dulu.“Hai, Mara sudah baikan?” sapa Anne begitu memasuki ruang.Dua manusia di sana kelihatan terkejut mendapati siapa yang datang. Seolah tak memedulikan ekspresi tegang yang diperlihatkan Pramam serta Mara, Anne meletakkan dua kantung plastik makanan di meja. Lalu beralih menatap Mara yang pucat pasi.“Halo, Mbak.” Mara tersenyum masam. “Aku kira Mbak Anne nggak ke sini.”“Mana mungkin aku pulang, aku takut ada sesuatu yang terjadi sama kamu dan kandungannya,” ungkap Anne sambil mengusap perut Mara. “Gimana sekarang, udah mem
last updateLast Updated : 2023-08-05
Read more

42. Jangan Ikut Campur

“Sarapan dulu, Mas, aku udah buatkan makanan kesukaan kamu,” ujar Anne tersenyum ramah.Pramam lumayan terkejut mendapati istrinya sudah menyambut di pagi hari. “Memang kamu nggak pergi ke butik, Ann?” tanyanya bingung. “Bukannya jam segini kamu udah berangkat?”Anne menggeleng pelan. “Mulai hari ini aku berangkat agak siangan, toh ada pegawai di sana yang bisa handle. Tugas utamaku, kan, sebagai istrinya Mas. Jadi, ya, prioritasku Mas Pramam.”Pramam tersenyum bangga mendengarnya. “Baguslah kalau akhirnya kamu sadar.”Anne mengambilkan nasi ke piring dan menawarkan beberapa sayur yang dibuatnya sejak pagi tadi. Pramam tinggal menunjuk saja keinginannya dan Anne memenuhi tanpa mengeluh. Wanita itu mengangsurkan piring tersebut ke hadapan Pramam.“Silakan dinikmati, Mas.”“Temani aku di sini,” pinta Pramam. “Kamu sarapan juga, Ann.”Anne mengangguk patuh. Rautnya terlihat santai dan tidak menunjukkan kemarahan yang seharusnya diperlihatkan terang-terangan akibat kejadian kemarin. Prama
last updateLast Updated : 2023-08-08
Read more

43. Jejak Bukti

Pramam menelan ludah, lalu membuang wajah ke tempat lain seraya menyalakan batang rokok barunya. Asap kontan mengepul, beradu dengan milik Varen yang tak kalah tebal keluar dari mulut. Selama beberapa saat, tak ada suara yang muncul.“Ucapan lo masih aja sama kayak kemarin-kemarin.” Akhirnya Pramam menyahut setelah sekian lama. “Hal yang entah kenapa pengen lo kulik habis-habisan, tapi sayangnya gue nggak mau ambil resiko dengan bicara ke lo terus terang.”Varen menarik ujung bibirnya, membentuk senyum miring yang jelas meremehkan. “Itu lo tahu,” katanya.“Jelas gue tahu, mungkin niat buruk lo yang pengen menghancurkan rumah tangga gue pun udah gue ketahui sejak awal,” tukas Pramam. “Betul apa betul?”Lawan bicaranya menggeleng. “Sekalipun gue pengen menghancurkan hubungan lo dan Anne, gue bisa lakukan sekarang tanpa tanya langsung rencana lo ke depan.” Varen menyilangkan kedua kaki untuk memposisikan duduknya agar lebih nyaman.Pramam meluruskan pandangan ke arah Varen. “Ya, gue paha
last updateLast Updated : 2023-08-11
Read more

44. Haruskah Pisah?

“Kamu dapat dari mana kartu akses ini, Ren?” tanya Anne begitu Varen datang menyusulnya di apartemen Pramam. “Nggak mungkin kamu curi punya Mas Pramam, ‘kan?”Jelas itu dugaan konyol. Anne cukup mengenal Varen yang dinilai sebagai pria cerdas. Apalagi pria itu bisa membaca kondisi perusahaan lawan dengan mudah, lalu menghancurkannya seperti mengembalikkan telapak tangan.Varen menyodorkan berkas di meja. Lalu mengedikkan dagu ke arah benda tersebut agar Anne mau melihatnya, barang sebentar. Tanpa disuruh, Anne benar-benar menyambarnya dan melihat judul yang tertera di dalam berisikan surat pernjanjian antara Pramam dan Varen.“Aku pegang semua kunci kebusukan dari suami kamu, Ann, termasuk apartemen mewah ini.” Varen mengetuk sofa yang didudukinya sekarang. “Anggap aja jaminan, walaupun harganya nggak seberapa dengan uang yang aku kasih untuk perusahaan Basuki.”Anne tercengang, maniknya bergetar sejalan dengan gerak tangan yang menjatuhkan berkas ke pangkuan. Kepalanya pun bergerak m
last updateLast Updated : 2023-08-12
Read more

45. Pantang Kalah

Jangan pulang. Untuk sementara waktu. Mengingat ucapan Varen yang lalu, kini membuat Anne tersenyum. Ia tidak mungkin memilih untuk tidak pulang ke rumah, sekalipun pergi ke istana Pramam bukan lagi tujuan.“Rumah, ya?”Anne bergumam sendirian di tengah hingar-bingar dunia. Kendaraan berlalu lalang di depannya, terlihat padat dan terdengar bising sekali. Namun, semua itu tak ada apa-apanya dibanding dengan isi kepalanya sekarang.Dua matanya kini bengkak karena banyak menangis. Ingin mengadu pada siapa lagi jika nanti ambruk di tengah rumah ketika berhadapan dengan suami dan wanita simpanannya? Harus membuat alasan apalagi jika mereka bertanya tentang penyebab ia menangis tersedu-sedu selama beberapa jam terakhir?Anne mengeratkan genggaman di kemudi. Mengembuskan napas panjang nan berat sesaat sebelum menyalakan kendaraan roda empatnya. Tiap kali ia menarik napas, tiap kali ia juga menguatkan agar bisa menghadapi batu besar yang menyambutnya di rumah nanti.Varen Herlambang: Kalau ma
last updateLast Updated : 2023-08-14
Read more

46. Umpan Pertama

“Kenapa mukamu kayak panik sama gelisah itu, Ra?”Semenjak kepergian Anne ke butik, Pramam mendapati raut wajah Mara yang kurang enak dipandang. Kerap kali perempuan itu menggigiti kukunya. Kemudian berjalan mondar-mandir seperti sedang memikirkan sesuatu hal.Kini Mara mendesah panjang sebelum akhirnya duduk di sebelah Pramam. Tangannya bergerak melingkari lengan Pramam yang disambut dengan senyum lebar. Memang siapa laki-laki yang tak tergoda saat disentuh begitu oleh pujaan hati, sih? Tentu Pramam senang bukan kepalang.“Mas …” panggil Mara lembut.“Ada apa?”“Aku kayaknya mau balik ke apartemen kita, deh,” cetus Mara tanpa basa-basi.Mata Pramam melebar seketika. Ia melepas tautan Mara dan bangkit dari duduk. Sebelah tangan dimasukkan ke dalam saku celana.“Jangankan kamu, aku aja nggak bisa ke sana untuk sementara waktu.”“Lho, kenapa?” Mara ikut bangkit, memangkas jarak dengan Pramam. “Mas Uki jadi jual apartemen itu?” katanya tak terima.Pramam menghela napas berat. Kepalanya m
last updateLast Updated : 2023-08-15
Read more

47. Kepura-puraan

“Permisi, Pak. Dari tadi pagi Bu Mara menghubungi saya, menanyakan soal Pak Pramam,” ujar Erin, sekretaris Pramam yang baru saja memasuki kamar hotel atasan. “Saya belum memberitahu Bu Mara pastinya, dikarenakan kondisi Bapak yang mabuk semalam dengan klien kita.”Pria itu memijat kepalanya pelan. Masih ada sisa pening dan perut yang tidak nyaman akibat alkohol yang dikonsumsinya. Kepalanya pun mengangguk mengerti.“Kalau istri saya bagaimana, Rin?” tanyanya. “Apa dia sempat menghubungi saya?”Erin menggeleng. “Bu Anne hanya sekali menanyakan pada saya berapa lama Bapak pergi ke Manila,” terangnya.Kening Pramam kontan berkerut-kerut. Tak menduga istrinya akan seabai itu dengan kepergiannya kali ini. Biasanya Anne paling rewel minta dikabari, tapi sekarang, mengapa sikapnya berubah cuek seperti itu, sih?“Sekali doang, Rin?”“Benar, Pak.”Mengembuskan napas berat, Pramam mendengkus sebal. “Ya Tuhan, Anne!” serunya frustasi. “Terus masalah apartemen itu gimana? Apa Varen sudah kasih ka
last updateLast Updated : 2023-08-16
Read more

48. Yang Kuat, Jangan Menyerah

Begitu mendapat kabar dari Varen mengenai kedatangan Mama, Anne ingin segera pergi. Melupakan rencana matang yang sudah ia buat untuk menyaksikan Mara secara langsung di apartemen mewah Pramam. Beruntung Varen memiliki banyak ide untuk melancarkan rencana tersebut.“Anak buahku sudah pasang CCTV dan bersiap di area ini, jadi kamu nggak perlu khawatir kalau nanti nggak bisa lihat secara langsung,” terang Varen kala itu.Anne mengangguk penuh syukur. Lalu hendak turun dari mobil guna mencari taksi di sekitar, tapi Varen menahannya. Pria itu mengajaknya pergi bersama ke kafe yang menjadi tempat Mama berada.Anne mengeratkan pegangan di ujung blouse biru muda yang dikenakannya begitu menangkap keberadaan Mama tengah tertawa dengan Luisa Herlambang—ibu kandung Varen. Kemudian ada seorang pemuda yang asyik memainkan iPad. Tentu Anne tak salah mengira kalau adiknya ikut serta.“Mbak Ann!” Arian berseru memanggil bersama senyum merekahnya, membuat dua wanita di sampingnya refleks menoleh.“Ma
last updateLast Updated : 2023-08-18
Read more

49. Peringatan dari Mama

“Gue nggak sengaja ketemu Anne sama musuh bebuyutan lo di kafe, asisten gue kirim berkas foto itu ke supir lo. Selamat kena tikung musuh!” Begitulah isi pesan dari Erkan usai Pramam mendapatkan berkas dari Pak Yon barusan.Pramam mengetatkan rahang. Tatapannya terpaku pada beberapa lembar foto dari berkas yang ia buka. Ia tidak pernah meminta teman dekatnya itu untuk membuntuti siapa pun, apalagi istrinya sendiri.Akan tetapi, kebetulan yang Erkan dapatkan hari ini rupanya bermanfaat juga. Diam-diam, Anne bertemu dengan Mama, Arian, Luisa Herlambang, dan yang paling mengejutkan ada Varen juga di sana. Gambaran tersebut sudah cukup menunjukkan ada kehangatan dan kedekatan yang tak biasa.Tangannya mengepal, menyambar lembaran foto di pangkuan dan meremasnya sejalan dengan amarah yang meledak di dada. Matanya menyalang saat menghempaskan foto-foto tersebut ke jok mobil. Lantas ia berteriak sejadinya, tak peduli pendapat supir pribadinya yang mungkin bingung dengan sikap gilanya sekarang
last updateLast Updated : 2023-08-20
Read more

50. Bukan Seperti itu!

Pramam mengerang untuk ke sekian kali. Jemarinya juga ikut sibuk meremas helaian rambut yang menutupi dahi ketika guyuran shower mengenai kepala. Mendapati ucapan pedas dari ibu mertua nyatanya sangat membuat kepalanya pening. Juga perasaan yang mendadak panas. “Apa yang diucapkan Mama emang benar, itu juga ketakutan Ibu yang nggak mau harta gue habis kalau bercerai sama Anne.” Ia menggeleng cepat saat itu juga. “Nggaklah, Anne nggak akan minta cerai dan gue nggak akan menceraikan dia. Gue nggak bisa hidup tanpa Anne.” Tak hanya egois, Pramam mengakui dirinya memang rakus. Kelewat malah. Namun, apa daya. Sejak beberapa tahun lalu, ia sudah tergila-gila pada Anne dan pencapaian terbesarnya adalah menjadikan wanita itu istri. Di sela-sela berpikir, Pramam mengambil sabun cair usai menekan atasnya. Ia membaluri cairan wangi itu ke seluruh permukaan tubuh. Lalu memberikan sampo di kepala, sudah cukup banyak aroma nikotin yang melekat di sana. Seandainya Mara ada di rumah, pasti Anne aka
last updateLast Updated : 2023-08-22
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status