Home / Rumah Tangga / Rahim Kedua CEO / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Rahim Kedua CEO: Chapter 91 - Chapter 100

111 Chapters

91. Tak Ingin Kecolongan

“Bu, kenapa Ibu bersikap seperti tadi, sih?”Keluhan itu muncul begitu Pramam tiba di rumah. Ia juga sudah memastikan Mara masuk ke kamar. Mengingat reaksi wanita itu cenderung tak senang semenjak melihat kejadian tadi di ruang kerja Anne.“Sikap ibu yang mana?” Ina balas bertanya seakan tak merasa bersalah. “Semua benar, kok. Ada yang salah?”“Jelas salah, Bu.” Pramam membuang napas berat. “Momen seperti itu udah jarang Pramam dan Anne alami, kenapa Ibu malah meminta Pramam pulang dan meninggalkan istri di sana?”Betapa mendidihnya pikiran dan benak Pramam sekarang sewaktu mengingat bagaimana tanggapan Anne tentangnya. Istrinya itu juga mengungkapkan bahwa petang nanti akan terlambat pulang. Sudah jelas kesempatan langkahnya hilang begitu saja.“Ibu bisa nggak sih, beri sebentar saja kesempatan untuk kami merasa seperti suami-istri lagi?” imbuh Pramam makin murka. “Semenjak Anne diberi tanggungjawab pegang butik Ibu itu, dia jadi nggak ada waktu di rumah. Pramam pusing, Bu. Pramam ju
last updateLast Updated : 2023-11-05
Read more

92. Menjadi Simpanan

Tak ingin berlama-lama mendekam di ruangan yang membuatnya kian sesak, Anne langsung beranjak begitu Dokter Mega memenuhi kemauannya. Ia mendorong pintu cukup kuat dan mengembuskan napas panjang begitu berada di luar ruang.Orang-orang menatapnya aneh. Perawat yang menjadi pendamping Dokter Mega pun datang menyapa sekenanya sebelum masuk ke dalam. Ia bisa melihat sekitar yang dipenuhi banyak pengunjung dengan perut membesar.Hati Anne bagai diremas-remas. Ia pernah berada di posisi mereka dengan ditemani suami sambil mengajak si kecil bicara iseng. Ah, masa-masa indah itu kini lenyap sudah ketika diganti dengan momen mengerikan mendekati kehancuran.“Habis ini kamu mau ke mana?”Kaki Anne terpaksa terhenti ketika Varen memegangi lengannya. Ia lantas menoleh dan berujar, “Cari bukti lain soal kebenaran kalau bayi itu memang anaknya Pramam.”Varen melepas pegangan. Matanya mengerjap sambil menatap Anne cukup lama. “Wait, kamu udah tahu tempat untuk mencari bukti itu?”“Yeap,” sahut Anne
last updateLast Updated : 2023-11-06
Read more

93. Jelas Meremehkan

“Aku berani bersumpah jika adikku tidak pernah melakukan tindakan menjijikkan seperti itu!” sentak Maeve penuh keyakinan.Dalam benak, Anne ingin tertawa terbahak-bahak mendengar sumpah yang tak berdasar itu. Siapa sangka anggota keluarga Maeve telah menjadi seorang wanita perebut yang tak tahu malu. Kendati demikian, Anne masih memiliki setitik perasaan iba pada dua gadis di hadapannya.“Baiklah.” Anne mengangguk pelan. “Akan aku pegang ucapanmu itu asal jangan ganggu Mara sampai bayi dalam kandungannya lahir. Apa kalian mengerti?”“Ya … ya!” Jemi berseru setuju lebih dulu. “Kami mengerti, Kak.”Pandangan Anne beralih pada Maeve yang sibuk mempertimbangkan banyak hal. “Bagaimana Maeve? Kamu setuju?”Wanita itu akhirnya mengangguk dengan malas. Kelihatan sekali masih memendam keraguan di sana. Namun Anne tak peduli.“Akan aku kabari kalau Mara sudah menyelesaikan kesepakatan di antara kami,” ungkap Anne sebelum beranjak pergi. Matanya yang indah karena riasan itu menyorot dua kali leb
last updateLast Updated : 2023-11-07
Read more

94. Hari H

“Jam 10 malam baru pulang, apa bagusnya istri yang begitu?”“Dikasih tahu pura-pura nggak dengar, nanti tuli beneran, nangis.”Masih banyak sambutan ibu mertua Anne yang berupa sindiran keras. Sesekali wanita yang terlihat seperti pengangguran itu melemparinya dengan sarkasme, di depan Pramam, tapi pria itu tak lagi membelanya sebagai istri. Anne tak memasukkannya ke dalam hati, sebab percuma.Ia memilih pergi ke kamar dan merebahkan dirinya sebentar di ranjang. Baru setelah itu melepas beberapa perhiasan sembari menghapus jejak riasan yang masih menempel baik di wajah cantiknya. Pramam datang menyusul tak lama kemudian.Raut pria itu seperti sedang membawa beban banyak. Anne hanya melirik sekilas melalui pantulan cermin, baru setelahnya melanjutkan sesi rutinitasnya. Ia mengambil handuk dan hendak masuk ke kamar mandi.“Mau sampai kapan kamu begini terus, Ann?”Tangan Anne yang nyaris menggapai kenop pintu akhirnya terhenti. Kepalanya tertoleh pada Pramam yang bersandar di kursi deka
last updateLast Updated : 2023-11-08
Read more

95. Jangan Konyol, Mara

Siang itu Pramam diminta pulang ke rumah. Tak peduli dengan rapat mingguan bersama ketua tim di kantornya, Ina Basuki memaksanya karena Mara sudah menunjukkan beberapa gejala kontraksi.Di kursi penumpang baris belakang, Pramam menatap pemandangan ke luar jendela. Lalu lalang kendaraan membuat kepalanya makin berat kala mengingat betapa keji perbuatannya dengan Mara di belakang Anne.Jika Anne yang berada di posisi Mara sekarang, akankah perasaannya seperti sekarang? Mungkin sebaliknya. Mungkin Pramam jauh lebih senang menyambut kelahiran buah hati dan rela menunggui istri seharian sampai melahirkan. Namun dengan Mara, rasanya sangat berat.“Ini langsung ke rumah sakit, Tuan?” tanya sopir.Pramam menoleh dan menggeleng kemudian. “Kita ke rumah dulu aja. Saya mau memastikan keadaan Mara baru antar dia ke rumah sakit.”Setibanya di rumah, Pramam tak langsung turun dari mobil ia mencoba menghubungi Dokter Mega. Bersama kekalutan yang luar biasa, kejadian ini benar di luar dugaan. Mara su
last updateLast Updated : 2023-11-09
Read more

96. Pergerakan Anne

“Maksimal dua minggu, tapi akan saya usahakan agar hasilnya keluar dengan cepat.”Begitulah penuturan Dokter Mega secara langsung yang Anne dapatkan. Wanita itu datang sukarela ke ruang kerja Varen dan menjelaskan semuanya. Anne sedikit melemaskan tubuh setelah banyak gemetaran karena memikirkan hal tidak-tidak selama menunggu Mara melahirkan.“Terus sekarang bayi itu di mana, Dok?” Anne angkat suara setelah menjauhkan jarinya yang sejak tadi ia gigiti kukunya. “Dia baik-baik saja, ‘kan?”Dokter Mega mengangguk sambil tersenyum separuh. “Semua aman, Nyonya. Bayi itu masih ada di NICU. Mengingat Pak Pramam sudah mengatur skenario kalau Nona Mara melahirkan jauh sebelum waktunya tiba. Bisa dibilang, Pak Pramam ingin membuat cerita bayi yang lahir premature agar Nyonya tidak curiga,” jelasnya.Anne menyeringai. “Bodoh.”Terlepas dari pembahasan itu, ponsel Anne berbunyi. Caller ID menunjukkan nama Pramam di sana. Ia mengangkat ponsel dan menggoyangkannya agar Dokter Mega sekaligus Varen
last updateLast Updated : 2023-11-11
Read more

97. Ungkapan

"Mirip kamu banget, Pram," ujar Ina pada putranya ketika menengok bayi mungil yang berada di suatu ruangan bersama bayi-bayi lain.Tatapan Ina menghangat. Ada binar di matanya. Tampak senang sekali mendapati seorang cucu setelah sekian lama. Senyumnya pun terus terpatri di bibir hingga membuat putranya heran sendiri."Namanya juga mini Pramam, Bu."Meski rautnya terlihat datar, tapi Pramam juga bahagia melihat gerakan kecil dari makhluk tak berdosa itu. Alangkah indahnya jika bayi tersebut adalah anak kandungnya bersama Anne. Bukan malah bersama Anne."Tuh lihat, dia minumnya aja semangat banget. Benar-benar kayak kamu waktu bayi dulu!" seru Ina. "Boleh nggak sih kalau Ibu mau gendong? Pengen nimang cucu lho, Pram."Pramam menatap ibunya lekat. Kepala lantas menggeleng pelan. Tepatnya ia masih ragu dengan pesan yang dilontarkan Dokter Mega padanya beberapa waktu lalu. Meski ini hanya skenario belaka, apa kiranya ada larangan untuk menyentuh bayi itu secara langsung?"Nanti coba Pram b
last updateLast Updated : 2023-11-12
Read more

98. Dasar Penipu!

Sebelum Anne menyalakan mesin kendaraan untuk bertolak ke rumah sakit, demi mengantar Varen sekaligus menilik kondisi Mara, mendadak ia dikejutkan. Varen menyerahkan sebuah amplop coklat.“Ini apa?” tanyanya bingung.“Buka aja,” sahut Varen.Tanpa banyak bicara, Anne menerima. Ia mengambil isiannya yang berupa foto-foto serta satu harddisk yang entah apa isinya. Yang jelas, atensinya jatuh pada foto yang menggambarkan Pramam tengah bermesraan dengan Mara di suatu pantai. Ada pula di beberapa tempat yang Anne tak ketahui alamatnya.“Ini tambahan bukti perselingkuhan Pramam,” terang Varen. “Aku udah kasih semua bukti ke Pak Eman. Jadi, bisa dipastikan kamu akan mendapat ganti rugi lebih besar dari rencana awal.”Mengerjap kaget, tangan Anne gemetaran di sana. “Ren, tapi ….”Varen mengangguk sambil menepuk pundak Anne guna membuat tenang. “Aku paham bukan materi yang kamu inginkan, tapi … percayalah ibu mertuamu sanga picik. Dia nggak mau harta Pramam terkuras hanya karena menceraikan ka
last updateLast Updated : 2023-11-13
Read more

99. Permainan Anne

Satu tamparan berhasil Anne berikan pada Pramam. Pria itu tak mengaduh apalagi membalas dengan kalimat mencecar seperti biasanya. Kini Pramam malah menangis sambil memeluk sebelah kakinya. Anne segera menggerakan kaki, bahkan menendang sampai Pramam melepaskannya. Ia benar-benar jijik pada sentuhan yang diberikan pria itu setelah apa yang terjadi. Namun, berbeda dengan dua orang yang berbuat zina, Ina malah mendekatinya dengan sorot tajam. “Kamu tahu kenapa Pramam selingkuh?” katanya menantang. “Itu karena kamu nggak becus jadi istri! Nggak bisa kasih dia keturunan!” Anne tergelak mendengarnya. “Oh ya?” Ia tak ingin kalah begitu saja. “Ibu aja bisa kasih keturunan, tapi Bapak masih bisa selingkuh dan punya anak lagi. Namanya Ares, ‘kan?” Ibu mertua dan suaminya itu saling berpandangan. Suasana makin tegang, sebab mereka berdua tak pernah membocorkan aib keluarga yang satu itu padanya. Anne tahu sendiri karena tak sengaja mencuri dengar saat ayah mertuanya datang ke rumah beberapa
last updateLast Updated : 2023-11-14
Read more

100. Turun Temurun

Melepas napas panjang, Anne bersiap turun dari mobil setelah diantar sopir Papa dan ditemani pula oleh Varen. Pria itu tak hanya membantunya mengambil bayi yang berada dalam gendongannya sekarang, tapi juga masih setia mendampingi. Mungkin Varen takut Anne bakal bertindak nekat tanpa sadar.Rina, asisten muda Anne membukakan pintu dan menyambutnya dengan baik. Anne mempercayakan gadis itu untuk berada di sisinya sampai kasus selesai. Meski begitu, ada Arian dan beberapa staff orangtuanya yang ikut berjaga di sekitar. Jadi, jika Rina macam-macam atau sampai membocorkan keberadaannya ke Pramam, gadis itu mungkin tak akan selamat.Rumah cukup megah itu tampak nyaman ditempati untuk kali pertama. Anne mendapat banyak pujian atas kerja kerasnya membeli satu unit rumah dari Varen dan beberapa orang sekitar, termasuk kedua orangtuanya.“Gayanya kamu banget, sih.” Varen membuka percayakan usai Anne menyerahkan bayinya pada Rina. “Nyaman banget buat dihuni di hari tua.”Anne duduk di sofa panj
last updateLast Updated : 2023-11-15
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status