"Hm, mbak Inem juga bisa sih kalau cuma main Layang-layang, manjat pohon, dan baik. Gimana kalau seandainya mama kamu itu mbak Inem?" tanya Inem sekali lagi. Yasmin mendelik mendengar kata-kata dari Inem. "Tapi Yasmin maunya sama mbak La. Bukan mbak Inem," sahut Yasmin dengan mengerucutkan bibirnya. Inem menjadi kesal. 'Ck, dasar bocil. Nggak tahu kalau aku lebih pro daripada Laila. Memang sih secara bodi, bagus Laila. Wajar saja karena Laila belum pernah melahirkan anak. Aku kan sudah melahirkan dua anak. Tapi kalau masalah di ranjang, aku pasti lebih mahir daripada Laila. Aku kan bisa goyang atas bawah, samping kanan kiri,' bisik Inem dalam hati. "Hm, padahal lho mbak La kan belom bisa masak. Pasti masih lebih enak masakannya mbak Inem, Min," sahut Inem penuh percaya diri. "Mbak Inem ini bawel. Yasmin kan harus sekolah, malah diajak ngomongin mbak La. Entar kalau Yasmin telat, tak bilangin ke papa lho," ujar Yasmin membuat Inem mendelik. 'Astaga! Sialan ini bocil. Kok bisa sih
Read more