Beranda / Romansa / MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA / bab 40. Orang Tua yang Tidak Setuju

Share

bab 40. Orang Tua yang Tidak Setuju

Penulis: ananda zhia
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Waalaikumsalam, lah ini mbak-mbak yang sedang digandeng Yasmin ini siapa?" tanya Ambar, mamanya dokter Marzuki yang sedang berada di ruang tengah seraya melihat tivi.

Diperhatikan nya dari ujung kaki sampai ujung rambut kondisi Laila yang sedang menggandeng Yasmin, mendadak Laila merasa tidak enak dan sungkan.

"Nama saya, Laila, Tante. Saya ..."

"Anak tetangga sebelah. Sebentar lagi lulus SMA. Yasmin senang sekali bermain dengan mbak La. Ya kan, Min?" sahut Dokter Marzuki sambil menoleh ke arah anaknya.

Yasmin mengangguk. "Betul, Pa. Yasmin senang bermain dengan mbak La karena mbak La cantik dan baik!" seru Yasmin dengan mata berbinar.

Mama dan papa dokter Marzuki seketika mengerutkan keningnya. Mereka menatap ke arah Marzuki dengan wajah bertanya-tanya. Bahkan Ambar mendekat ke arah Marzuki.

"Masih baru lulus SMA? Kamu serius dengan gadis ini? Ya Allah, Marzuki! Kamu menolak perjodohan yang mama tawarkan dengan gadis yang sudah matang, karena kamu memilih gadis ababil ini?" bisi
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 41. Bertemu dengan Teman SMA

    "Gampang. Nanti mama cari asisten rumah tangga baru. Jadi kamu mau kan kalau bi Inah yang menemani Yasmin di sini? Yah, daripada Yasmin tergantung sama siapa tadi namanya, Laila? Duh, mama nggak bisa bayangin kalau Yasmin pengen Laila yang jadi ibunya. Pokoknya mami nggak rela! Titik!" sahut Ambar bersikeras."Emang nya kenapa mama nggak setuju kalau aku menikah dengan Laila?" tanya dokter Marzuki penasaran. Mamanya mendelik. "Kamu masih bertanya tentang hal itu? Ya Allah, Marzuki! Kamu jelas sekali tahu jawabannya. Karena Laila itu nggak sebanding dengan keluarga kita lho. Lihat, dia ada di desa. Kita di kota. Kamu dokter, dia cuma anak SMA. Ya memang cantik sih, tapi masa dokter menikahnya dengan anak lulusan SMA? Yah, minimal kamu menikah dengan tenaga medis yang sepadan lah. Bidan, dokter, atau pengusaha, model juga bagus. Duh, kamu itu ganteng dan berpendidikan, masa iya sih cuma menikah dengan lulusan SMA?"Irwan, suami Ambar hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kamu kenap

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 42. Kenyataan yang Mengagetkan

    Ambar langsung tercengang karena tidak menyangka akan bertemu dengan cinta pertamanya saat SMA di kota dulu. Pak Jaka yang sedang membawa setumpuk map dan berjalan keluar balai desa itu tanpa sadar melangkah menuju ke arah Ambar berdiri. "Ambar, kamu kok di sini?" tanya Jaka seraya mengulurkan tangan ke arah Ambar. Tumpukan map yang cukup banyak membuat Jaka kesulitan untuk menjabat tangan Ambar. "I-iya. Aku sedang mengunjungi anakku," sahut Ambar canggung. Jaka manggut-manggut. "Lho, anak kamu ada di desa ini?" tanya Jaka. Ambar mengangguk. "Ya. Dia bekerja sebagai dokter ASN di puskesmas sini."Ucapan Ambar membuat Jaka terkejut. "Dokter di puskesmas ini? Apa namanya dokter Marzuki?" tanya Jaka dengan nada tidak percaya. "Ya. Itu anakku. Kamu kenal dengan anakku, Jaka?" tanya Ambar heran. Jaka tersenyum. "Siapa sih yang di sini nggak kenal dengan dokter Marzuki? Aku malah kaget pas tahu dokter Marzuki itu anak kamu. Soalnya kamu kayaknya nggak ikut nganter dokter Marzuki saa

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 43. Ide Menjodohkan

    "Uhm, apa mama dan papa tahu kalau pak Jaka itu bapaknya Laila, gadis yang semalam kemari?" tanya Marzuki lirih tapi bagai petir di sore bolong di telinga Ambar.Ambar seketika mendelik saat mendengar kata-kata Marzuki. "Apa kamu bilang?" tanya Ambar dengan suara parau. "Apa mama dan papa tahu kalau pak Jaka yang akan Mama temui adalah ayahnya Laila?"Ambar terdiam. "Tidak mungkin. Jadi Jaka itu ayahnya gadis yang semalam di sini?" tanya Ambar balik seolah tak percaya dengan ucapan anaknya. "Iya. Tentu saja benar. Marzuki kan sudah sebulan di sini dan sudah kenalan dengan beberapa warga desa sini."Ambar tercenung. Sementara itu Irwan menatap ke arah istrinya. "Kita jadi berangkat nggak ke rumah teman SMA kamu?" tanya Irwan pada isterinya. Kini Marzuki yang terdiam. "Jadi pak Jaka itu adalah teman sekolah mama?" tanya Marzuki. "Kok bisa kebetulan gini?"Ambar hanya menghela nafas panjang lalu mengedikkan bahunya. "Mama juga nggak tahu.""Lha trus mama ngapain mau ke rumah pak Jaka

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 44. Perasaan Laila

    Semua mata menatap ke asal suara. Tampak Laila sedang terpaku dengan pecahan gelas dan toples kaca yang berhamburan di kakinya. "Laila, kamu kenapa?" tanya Rini, ibunya mendekat ke arah Laila. Laila menatap orang-orang yang duduk di kursi ruang tamunya dengan panik. "Maafkan Laila, Bu. Laila tidak sengaja menjatuhkan baki. Mungkin tangan Laila licin," sahut Laila merasa tak enak saat seluruh pandangan mata terarah padanya. Diam-diam Laila merasa cemburu dan takut jika dokter Marzuki benar-benar akan dijodohkan dengan kakak perempuan nya. "Oalah, mungkin kamu pusing karena kebanyakan belajar, Nduk. Ya sudah, biar ibu yang menyiapkan cemilan serta minumannya," sahut Rini seraya membantu Laila memunguti sisa pecahan gelas berisi teh dan stoples berisi kacang atom dan keripik singkong lalu meletakkan nya di atas baki. "Udahlah, wajah mu begitu pucat. Kamu kembali lagi ke kamar saja. Istirahat. Lusa kamu kan ujian," tukas ibu Laila. Laila menggelengkan kepalanya. "Tidak, Bu. Laila b

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 45. Bukan Jaman Siti Nurbaya

    Rini tercengang mendengar ucapan sang suami. Sebenarnya dia kasihan dengan Laila yang tampak mencintai dokter Marzuki. Lagipula bukan kah Anisa dulu pernah bilang kalau dia menyukai teman kantor nya?"Hm, kalau begitu terserah bapak saja. Tapi menurut ibu, jaman sekarang kan bukan jaman Siti Nurbaya lagi. Jadi hormati saja keputusan anak, Pak. Nggak usah ada pemaksaan untuk anak," sahut Rini. Belum sempat Jaka menanggapi ucapan istrinya, mendadak terdengar suara Rama dari dalam ruang tengah. "Bu, Ibu! Dari tadi hp ibu bunyi terus nih. Mbak Anisa telepon!" seru anak bungsunya itu seraya menyerahkan ponsel sang Ibu. "Ini hpnya, takut nya ada sesuatu yang penting."Seluruh mata di ruang tamu menatap ke arah Rini dan Rama. "Hm, makasih ya Ram."Rama mengangguk dan kemudian berlalu dari ruang tamu. Rini menoleh ke arah orang6-orang yang ada di ruang tamu. "Wah, panjang umur nih anak saya. Saya terima telepon dulu ya," tukas Rini lalu menjauh dari ruang tamu. Beberapa saat kemudian, Ri

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 46. Laki-laki yang Dicintai Anisa

    "Lagipula, bapak tuh aneh. Kayak pernah deket dengan Bu Ambar. Kata bapak, Bu Ambar cuma teman sekelas. Tapi kalau ibu amati, kayaknya lebih dari sekedar teman sekelas. Sebaiknya bapak ngaku deh, apa dulu bu Ambar itu mantannya bapak?" tanya Rini dengan ekspresi wajah serius. Jaka menatap wajah istrinya dengan pias. Lelaki itu lalu lalu menyendok makanan yang ada di hadapannya dan mengunyah nya perlahan. "Kalau bapak cerita, ibu jangan marah ya," sahut Pak Jaka dengan menatap mata Reni. Istrinya melengos. "Tergantung apa yang akan bapak katakan sih," ujar Reni cemberut.Jaka terdiam sejenak. "Sebenarnya bapak dan ibunya dokter Marzuki dulu saling mencintai. Tapi orang tua Ambar tidak merestui. Dan lagi saat kelulusan SMA, keluarga ku kan pindah ke desa ini lalu bertemu dengan kamu, Bu."Reni mendelik. "Tuh kan! Ibu sudah menduganya kalau bapak itu ada main dengan Bu Ambar!""Astaghfirullah, Bu. Enggaklah! Demi Allah, Bu! Lagipula rasa cinta masa sekolah kan masih cinta monyet? Ngga

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 47. Rencana Perkenalan

    Lidah ibunya Laila menjadi kelu saat melihat foto yang ditunjukkan oleh Anisa, anak pertamanya."Apa kamu serius pacaran dengan laki-laki ini?" "Serius, Bu. Anisa bahkan ingin membangun rumah tangga berdua dengannya. Dia lelaki yang baik. Bapaknya dokter anak dan ibunya punya butik. Etos kerjanya juga tinggi. Sopan dan agamis. Ibu dan bapak tidak akan kecewa jika mempunyai menantu seperti mas Fatih," sahut Anisa meyakinkan. Ibunya menatap Anisa dan memegang kedua bahu anaknya. "Ibu setuju. Setuju sekali dengan pilihan kamu, Nduk!" seru ibunya bersemangat. Anisa tersenyum lebar, merasa bahagia saat ibunya sudah mendukung nya padahal belum bertemu dengan calon suami pilihan nya. "Hanya tinggal bapakmu saja yang entah setuju, entah tidak," sambung Reni lagi. Wajah pak Jaka memang keruh. Sebenarnya dia ingin agar Anisa bisa bersanding dengan dokter Marzuki, tapi justru anak sulungnya lebih memilih menikah adik dokter Marzuki. Anisa menatap wajah bapaknya. "Pak, boleh ya Anisa menik

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 48. Perkenalan Dua Keluarga

    Mata Laila membeliak dan mulutnya terbuka melihat kedatangan dokter Marzuki. Sebentuk firasat buruk menyapanya. 'Ya Allah, apakah calon suami mbak Nisa adalah dokter Marzuki? Aku memang sengaja tidak bertanya pada bapak dan ibu tentang calon suami mbak Nisa. Aku takut jika jawabannya membuat ku patah hati. Tapi ternyata benar. Calon suami mbak Nisa adalah dokter Marzuki. Pupuslah cintaku ya Allah. Benar-benar layu sebelum berkembang,' rintih Laila dalam hati. Sementara itu dokter Marzuki tampak mengibaskan sebelah tangannya secara bergantian agar keranjang buah yang dibawanya tidak jatuh. "Hm, ehem. Mbak La. Apa boleh kami masuk ke dalam? Tangan saya kesemutan," pinta dokter Marzuki menyadarkan lamunan Laila. "Iya nih. Dari tadi bengong mulu di depan pintu," sahut suara di belakang punggung dokter Marzuki. Laila reflek menengok ke arah dokter Marzuki, dan semakin tercengang saat melihat di belakang dokter Marzuki ada seorang laki-laki yang berwajah mirip dengannya, kemudian diiku

Bab terbaru

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 97. Kematian Tiara (Tamat)

    Tiara mendelik, dia langsung terduduk di ranjang hotel dan memutar ulang video yang menampilkan sosoknya yang sedang marah-marah. "Sial*n! Siapa yang telah merekam dan mempermalukanku? Ini pasti kerjaan bocil genit itu! Bisa-bisa nya mas Marzuki mencintai anak kecil padahal aku masih hidup. Aku tidak terima! Aku akan membalas bocil itu!"Tangan Tiara mengepal. "Tapi apa yang bisa aku lakukan untuk membuat mas Marzuki meninggalkan bocil itu?!"Tiara berdiri lalu mondar mandir di dalam kamar hotelnya, mencari ide untuk membuat Marzuki membenci Laila. Mendadak sebuah ide terlintas di kepalanya. "Ah, betul juga! Kalau wajah Laila menjadi cacat, Mas Marzuki dan Yasmin pasti tidak mau mendekati bocil itu lagi. Dan saat itulah aku akan merebut perhatian mereka. Mereka pasti akan menerima perhatian dariku," desis Tiara dengan penuh keyakinan. Dia lantas membuka internet lalu mencari tahu di online shop tentang barang yang bisa membantu rencananya. ***Laila dengan tangan gemetar mencelupk

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 96. Tiara Ditalak

    Tiara yang sudah mengenal suara di belakang nya menghela nafas dan berbalik ke belakang. "Hai, Mas Rizki. Kamu sampai di sini juga?" tanya Tiara berbasa basi seraya menyedekapkan kedua tangan di depan dadanya. "Tentu saja. Setelah kamu minggat, aku langsung memerintahkan orang untuk mencari keberadaan kamu. Ternyata kamu di sini. Jauh-jauh dari jakarta ke kota terpencil ini hanya untuk mengganggu suami orang. Ck, ck, aku tidak menyangka kalau kamu akan berbuat sesuatu seperti ini. Kamu benar-benar berbakat menjadi pelakor, Ti," sahut Rizki, sang suami. Tiara tergelak. "Pelakor? Hati-hati kalau kamu bicara, Mas! Dia mantan suamiku, jadi aku ...""Memang di masa lalu, dia adalah suami kamu. Tapi saat ini dia kan sudah mempunyai keluarga baru, istri baru, seharusnya kamu tahu diri dan tidak merusak kehidupan rumah tangganya!"Tawa Tiara semakin terdengar keras. "Hahaha! Kamu ini lucu sekali, Mas! Kamu dulu menjadi pebinor dan merebutku dari mas Marzuki sehingga kami bercerai, dan sek

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 95. Rayuan Tiara

    "Mas, tolong aku!" ujar Tiara dengan penuh harap menatap ke arah Marzuki. "Aku mengalami KDRT! Aku kabur dari suamiku! Tolong tampung aku di rumah kamu, Mas!" seru Tiara lagi dengan sangat memelas. Laila mendelik, sebenarnya dalam hatinya sangat ingin mencakar dan menjambak Tiara. Tapi ditahannya karena Laila tidak mau mengotori tangan nya dengan memegang sampah. Wajah Marzuki menegang melihat Tiara yang datang menemui mereka, apalagi di hadapan Yasmin. "Kok kamu bisa kesini?" tanya Marzuki dengan wajah parau. Ditatapnya wajah dan tubuh Tiara yang terdapat lebam-lebam di beberapa tempat. "Mas, kalau enggak di sini, aku harus kemana? Lihatlah luka-luka di tubuhku ini. Aku dipukuli suami ku. Tidakkah kamu kasihan, Mas? Aku hanya punya kamu. Kamu kan tahu kalau orang tuaku meninggal sejak SMA dan aku bisa hidup karena bantuan kamu," ujar Tiara dengan wajah memelas. Baru saja Laila hendak merespon ucapan Tiara saat Marzuki menunjuk wajah Tiara dengan serius. "Kamu tahu bahwa hanya a

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 94. Ulang Tahun Laila

    Laila terbangun dan merab* ranjang di samping nya."Kok kosong? Mana mas Marzuki ya?" gumam Laila lalu duduk di atas ranjang dan melihat sekeliling kamar."Mungkin masih salat di masjid atau lihat tivi. Hm, ini kan hari Minggu. Puskesmas libur dan hanya on call," ujar Laila lagi. Dia melihat ke arah jam di kamar. "Sudah jam lima nih. Musti mandi dulu sebelum salat."Laila pun bergegas ke kamar mandi yang terletak di dalam kamar lalu segera membersihkan diri. Setelah mandi dan menunaikan salat subuh, Laila mengering kan rambut nya dengan hair dryer lalu keluar dari kamar. "Mama! Selamat ulang tahun!" seru Yasmin riang begitu Laila membuka pintu kamarnya. Laila yang saat itu sedang mengenakan daster warna kuning merasa sangat bahagia dan terkejut saat melihat kue berbentuk lingkaran mungil yang sedang dipegang oleh Yasmin. Lalu dari arah belakang tampak Marzuki yang sedang mengenakan celemek dan membawa sendok sayur sedang berjalan menuju ke arah Laila dan Yasmin. Sedangkan bi Inah

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 93. Semakin Mesra

    Laila terbangun saat merasakan dinginnya AC yang menyentuh kulitnya, dengan segera di Laila menarik selimut nya lagi. "Dingin ya?" sapa sebuah suara yang berbisik di telinga Laila. Laila mengangguk manja. Dan Marzuki yang ada di belakang Laila memeluk erat sang istri semakin erat. "Ya sudah. Aku peluk lagi. Atau kamu mau kita mengulang yang semalam?" tanya Marzuki seraya menciumi pundak dan punggung Laila sehingga perempuan itu terkikik geli dan manja. "Mas, geli tahu!" bisik Laila lalu membalikkan badannya ke arah Marzuki. Mereka saling bertatapan di dalam remang cahaya lampu kamar tidur. Laila memandang jam bulat melalui pundak Marzuki yang tertempel di dinding kamar. 'Masih jam satu rupanya.'Marzuki meletakkan tangannya ke pipi Laila dan berbisik merdu. "Kenapa kamu memandang kearah belakang ku? Aku hanya ingin kamu menatap ke arahku, Sayang."Marzuki menangkup wajah Laila lalu mengecup pipi istrinya perlahan. Laila mengalihkan pandangan nya ke arah Marzuki. "Lalu aku harus

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 92. Saat Ibu Kandung Bertemu dengan Anaknya

    "Mama! Papa!" Yasmin melambaikan tangan pada Laila dan Marzuki dari layar ponsel. "Sayang!" Laila memberikan kecup jauh untuk gadis kecil itu."Mama dimana?" tanya Yasmin lagi."Bagaimana ini, Yang? Kita jemput Yasmin di pintu masuk hotel. Daripada nanti dia bertemu dengan Tiara lebih dulu."Marzuki menoleh pada Laila dan terlihat bingung."Baiklah Mas, ayo kita jemput mami dan Yasmin." Laila menarik tangan Marzuki dan mereka berjalan menuju gapura pintu masuk hotel."Mama!"Yasmin berlari dan menghambur memeluk Laila. "Hap!"Laila memeluk Yasmin beberapa lama, lalu melanjutkan langkah menuju papi dan mami kemudian mencium punggung tangan keduanya."Yasmin sudah makan?" tanya Laila sambil mengelus kepala Yasmin perlahan. "Belum, Ma.""Ayo makan dulu ke resto. Restonya bagus dan ada kolam renangnya." Laila berjalan mendahului Marzuki dan orangtuanya menuju ke resto."Yasmin mau makan apa?" tanya Marzuki."Ayam goreng, Pa."Marzuki segera menulis ayam goreng krispi di kertas menu l

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 91. Perselisihan

    Dokter 91"Insyallah saya lebih baik dalam mengasuhnya daripada sang ibu kandung yang menelantarkannya. Dan jangan coba-coba mendekati suami saya setelah Mbak dengan semena-mena membuangnya. Tolong jangan hadir sebagai orang ketiga diantara kami. Terimakasih atas pengertiannya," kata Laila seraya memandang tajam pada Tiara. Laila melihat tangan Tiara yang putih terkepal di atas meja kafe. "Kalem saja Mbak. Bukankah mbak sudah punya suami juga? Jadi mari kita berusaha melakukan yang terbaik untuk keluarga kita."Tiara menatap tajam ke arah Laila. "Tunggu saja Laila. Saya pastikan kita akan segera bertemu lagi. Bagaimanapun Yasmin itu adalah darah daging saya. Dan saya pastikan Mas Marzuki akan menceraikan kamu!"Tiara mengacungkan telunjuknya ke arah Laila. Dan Laila menurunkan telunjuk Tiara dengan santai. "Oh ya? Baru ingat kalau masih punya darah daging? Kemana saja kamu selama ini saat Yasmin kesepian dan tidak punya teman bermain karena ibunya menghilang?"Kamu yang tidak tahu

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 90. Kehadiran Masa Lalu

    "Tiara?" gumam Marzuki kaget.Laila juga tidak kalah kagetnya karena dia ingat betul siapa Tiara itu."Tolong! Ada yang berprofesi dokter di sini? Atau tenaga medis? Perempuan ini dadanya tidak bergerak lagi."'Ya benar! Walaupun aku belum pernah melihat fotonya, tapi aku yakin dia pasti ibunya Yasmin. Garis wajah dan lengkung bibirnya yang sensual sama persis dengan gadis kecil itu. Kenapa dia di sini. Apa mas Marzuki sengaja mengajakku ke sini untuk mencari ibu Yasmin lagi? Tapi perempuan itu butuh tenaga medis untuk menyelamatkan nyawanya. Ya Tuhan, jika mas Marzuki yang melakukan CPR, hatiku tidak ikhlas karena kalau memberikan nafas buatan, bib*r mereka akan langsung bersentuhan. Bagaimana ini?' gumam Laila bingung.Hati Laila berperang antara rasa cemburu dan rasa kemanusiaan. Digenggamnya tangan Marzuki yang berdiri di sebelahnya. Terasa dingin dan tatapan matanya seakan juga menyiratkan kegalauan dan kebimbangan hati.'Mas, apakah masih ada namanya di hatimu?'Laila menghela

  • MENGEJAR CINTA DOKTER DUDA   bab 89. Bulan Madu

    Aku tidak ingin kamu hanya menjadi seperti pelangi di langit ku, yang hanya muncul setelah hujan sejenak kemudian meninggalkan pergi.***Beberapa hari setelahnya,"Wah bagus sekali kamar hotel yang kamu pesan, Mas," kata Laila seraya membuka tirai kamar dan memandang keluar. Langsung terlihat kolam renang yang dikelilingi perpaduan rumpun mawar dan pohon palem botol sebagai pagar hidupnya."Kamu suka?" tanya dokter Marzuki memeluk Laila dari belakang. Hembusan napasnya terasa hangat di telinga.Sekarang musim liburan sekolah, dan Marzuki memutuskan untuk mengajak Laila bulan madu di Bali, sedangkan Yasmin ingin menghabiskan liburannya di rumah Ambar dan Iwan. "Suka banget Mas. Makasih ya," sahut Laila lalu membalikkan badan dan mengecup hidung dokter Marzuki dengan lembut."Kamu ..., minta jatah ya?"Pertanyaan Marzuki membuat Laila nyaris tersedak."Apa? Nggak kok! Memang kalau istri mencium suami lebih dahulu berarti minta gituan ya?" tanya Laila manyun tapi tetap mengalungkan ked

DMCA.com Protection Status