"Kenapa rupanya kalau aku janda hah? Masalah buat kamu? Apa status janda aku, merugikan kamu?" Mendengar hinaan yang keluar dari lelaki yang telah menjandakan aku, seketika emosi ini naik ke ubun-ubun. Aku tidak menyangka jika mulut mas Rama bisa selemes itu, kayak kotoran sapi. Dia yang dulu selalu menghargai wanita, sekarang malah sebaliknya."Nes, Mas lihat, emosi kamu semakin tidak terkendali. Kenapa bisa begitu, Dek?" Tanya mas Rama seraya menatap dengan tatapan penuh makna. Seakan aku ini wanita yang haus belaian sehingga akan tunduk dengan tatapan genitnya itu. Dasar lelaki buaya. Udah mempunyai istri banyak, masih saja kurang."Bukan urusanmu. Kau itu bukan siapa-siapa aku. Aku tidak butuh perhatianmu. Keluar kau dari rumah ini!" Hardik aku seraya menunjuk ke arah pintu yang terbuka dari tadi, memberi isyarat supaya lelaki yang tidak tahu malu itu pergi dari hadapanku."Sabar, Nes. Makanya menikahlah biar bisa terkontrol emosi. Sudah lama 'kan, kamu gak menyalurkan hasrat. Mas
Read more