Home / Romansa / Suamiku Bukan Petani Teh Biasa / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Suamiku Bukan Petani Teh Biasa: Chapter 51 - Chapter 60

110 Chapters

51. Ancaman Bu Ningsih.

"Ibu pulang dulu. Ingat setelah ini kamu harus berpisah kamar dengan Nak Bagas. Kamu itu bukan istri yang sebenarnya." Bu Ningsih menyempatkan diri menasehati Lara sebelum masuk ke dalam mobil. Farhan, sang supir tengah mengangkat barang-barang ke atas mobil. Sementara Pak Hardi terlihat masih berbincang-bincang dengan Pak Jaya. Bagas berdiri di samping Pak Jaya. Mendengarkan ogah-ogahan pembicaraan ayahnya dengan Pak Hardi. Sesil berdiri di samping Bagas. Ia tampak berusaha mengajak Bagas berbicara, namun sayangnya tidak ditanggapi. Bu Ningsih tahu, Sesil telah jatuh cinta pada pandangan pertama pada Bagas. Makanya sedari semalam Sesil terus menempeli Bagas. Di mana ada Bagas, Sesil mendekat ke sana. Sesil sedang berusaha keras menarik perhatian Bagas. Makanya ia memberi batasan pada Lara agar tidak mendekati Bagas lagi. Dengan begitu peluang Sesil akan lebih besar."Ingat juga, kamu jangan mau lagi didekati apalagi sampai digauli Bagas. Setelah tahu bahwa kamu hanya anak seorang p
last updateLast Updated : 2023-05-03
Read more

52. Seteru Hingga Akhir.

"Sesil, sudah! Jangan membuat masalah lagi. Naik ke mobil sana," bentak Pak Hardi putus asa. Ia malu sekali melihat tingkah laku Sesil. Inilah hasil yang ia tuai karena terlalu memanjakan Sesil. Putrinya tumbuh menjadi gadis yang arogan dan minim empati."Tapi, Yah." Sesil protes."Masuk Ayah bilang!" tegas Pak Hardi lagi. Ia bertekad untuk mulai mendidik Sesil lebih keras mulai hari ini."Ayo, Non. Kita masuk dulu ke dalam mobil. Kalau ingin membicarakan hal lain, nanti saja di dalam ya?" Bu Ningsih membujuk Sesil lembut. Bu Ningsih tidak tega melihat telaga bening di mata Sesil. Terbiasa diperlakukan halus dan lembut, Sesil pasti terluka dibentak oleh sang ayah di depan orang banyak seperti ini.Dengan wajah mendung, Sesil mengikuti langkah Mbok Ningsih. Sepanjang jalan menuju mobil, Bu Ningsih terus mengelus-elus punggung Sesil seraya membisikan kalimat-kalimat yang membesarkan hati Sesil. Tingkah laku keduanya diamati Lara dengan perasaan iri yang sulit ia bendung. Betapa inginny
last updateLast Updated : 2023-05-03
Read more

53. Telah Terbiasa.

Lara memindai jam di dinding kamar. Waktu menunjukkan pukul dua dini hari. Namun kantuk belum juga menghampirinya. Terjebak dalam keheningan malam membuat pikiran Lara mengembara. Mengulang perjalanan hidupnya selama dua bulan lebih ini di desa Nglinggo ini. Kalau saja ayahnya tidak mengalami musibah waktu itu, mungkin saat ini sudah menyelesaikan skripsinya di Jajarta. Jangan mulai berandai-andai, Lara. Hadapi saja setiap rintangan yang ada di depanmu.Lara mengibaskan kepala. Ia harus harus tegar dan menghindari pikiran yang melemahkannya. Karena kantuk tak jua menghampiri, Lara mencoba berselancar di dunia maya. Ini adalah pertama kalinya ia membuka akun-akun media sosialnya. Setelah tiba di desa ini ia memang memutuskan untuk tidak berinteraksi di media sosial. Ia takut keberadaannya diketahui oleh Priya. Lara tersenyum haru membaca postingan Siska dan Wanda. Kedua sahabatnya itu kompak mengungah photo laptop dengan beberapa buku-buku tebal yang terbuka. Siska menulis akhirnya s
last updateLast Updated : 2023-05-04
Read more

54. Status Baru.

Butuh waktu sekitar sepuluh menit bagi Lara untuk mulai bergerak. Seperti robot ia berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Keluar kamar mandi waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Sudah sangat terlambat baginya untuk membantu Mbok Sum menyiapkan sarapan. Tetapi kalau dirinya terus berkurung di kamar saja juga tidak baik. Ia jadi seperti pemalas. Istimewa sekarang statusnya sudah diketahui oleh semua penghuni rumah. Dirinya bukanlah istri Bagas lagi.Sebaiknya ia ke dapur saja. Ia juga ingin menanyakan pada Mbok Sum, perihal pekerjaan yang kemarin ia tanyakan. Mbok Sum berjanji jikalau ada lowongan pekerjaan yang cocok untuknya, ia akan memberitahunya. Tidak mungkin ia tidak berpenghasilan selama tinggal di sini. Saat akan membuka pintu, pandangan Lara tertuju pada jaket Bagas yang teronggok di lantai. Sekalian saja jaket ini ia bawa agar bisa segera dicuci."Kebiasaan buruk memang susah diubah ya, Lara? Dasarnya bakat jadi maling, setelah ketahuan dan disuruh berhent
last updateLast Updated : 2023-05-04
Read more

55. Perang Urat Syaraf.

"Hebat kamu ya, sudah berani mengundang dokter Priya ke sini?" tuduh Bagas kesal. Ia sudah jengkel memikirkan Lara yang menerima pekerjaan dari Aris tanpa mempertimbangkan pendapatnya. Kini ditambah lagi dengan kedatangan Priya. Semua orang seperti kompak mengeroyoknya. "Mengapa kamu tidak menjawab pertanyaan saya? Kamu tiba-tiba terserang penyakit bisu atau bagaimana?" sindir Bagas ketus. "Apa yang harus saya jawab, Mas? Bukannya Mas sudah menjawabnya sendiri?" sahut Lara datar."Apa maksudmu? Jangan menjawab pertanyaan saya dengan pertanyaan!" Nada suara Bagas meninggi. Ternyata prediksinya salah. Bagas mengira dengan terbongkarnya status asli Lara, ia akan menciut ketakutan. Namun apa lacur, Lara malah semakin berani. Tidak tanggung-tanggung, Lara langsung tebar pesona pada Aris dan Priya. "Mas tadi bilang saya hebat karena sudah berani mengundang Mas Priya ke sini. Jadi untuk apa saya jawab. Mas sudah memilihkan saya jawaban yang sesuai dengan prasangka Mas bukan?" pungkas Lara
last updateLast Updated : 2023-05-05
Read more

56. Memilih Membahagiakan Diri Sendiri.

"Tidak bisa." Alih-alih Lara, Bagaslah yang menjawab pertanyaan Priya. Lara diam saja. Bukannya ia takut pada Bagas. Tetapi ia memang tidak ingin berbicara lagi dengan Priya. Seperti yang katakan pada Bagas tadi. Apa yang telah usai, tidak akan ia buka-buka lagi."Jangan serakah, Gas. Kamu sudah punya satu. Begitu juga aku. Ambilah bagian yang menjadi milik kita. Jangan menggenggam dua. Nanti kamu malah kehilangan kedua-duanya," sindir Priya sinis. Mendengar sindiran Priya, Bagas menjinjitkan alisnya. Priya ingin perang urat syaraf dengannya ternyata."Begini ya, Pri. Hidup ini dinamis. Tidak ada yang kekal di dalamnya. Termasuk hubungan percintaan. Ada kondisi tertentu yang membuat hubungan berubah. Dari yang dulunya berpasangan, menjadi bukan siapa-siapa di masa mendatang. Seperti hubunganmu dengan Lara misalnya. Kisah kalian telah usai. Lara sekarang adalah ibu dari calon anakku. Terima kenyataan itu, Pri." Bagas langsung menembak pada sasaran. "Begitu juga denganmu, Ni. Hubungan
last updateLast Updated : 2023-05-05
Read more

57. Keegoisan Bagas.

"Jadi bagaimana keputusan akhirmu? Bersedia atau menolak tawaran Aris?" Bagas mencecar Lara setelah bayangan Priya menghilang dibalik pintu."Tetap menerima, Mas. Saya memang tidak punya rencana untuk menolak," pungkas Lara tegas. Lara kemudian mengeluarkan ponsel. Ia berniat memberitahu Aris kalau dirinya setuju untuk bekerja. Lara takut kalau Aris memberikan pekerjaan itu kepada orang lain.Mendengar jawaban Lara, air Muka Bagas berubah. Lara ternyata sangat keras kepala."Kemarikan ponselmu." Bagas merebut ponsel Lara."Lho, kenapa Mas mengambil ponsel saya tanpa izin. Kembalikan!" Lara berusaha merebut kembali ponselnya dari tangan Bagas. Sayangnya Bagas segera mengangkat ponselnya tinggi-tinggi. Akibatnya Lara tidak bisa menjangkaunya."Kembalikan, Mas!" bentak Lara gusar. Tingkah Bagas semakin lama semakin tidak benar. Bagas mendikte tanpa memberinya ruang sama sekali."Nanti," janji Bagas. Bagas kemudian menekan kontak nama Aris. Setelah panggilan tersambung, Bagas pun mulai be
last updateLast Updated : 2023-05-06
Read more

58. Munculnya Bu Jujuk.

"Mau jalan-jalan saja, San. Kamu dari mana?" Lara berbasa basi."Dari mengantar Dek Wulan ke pabrik teh, Mbak." Mata Ahsan berbinar saat menyebut nama Wulan. Lara tersenyum kecil. Cinta memang aneh. Tatapan Ahsan jelas memuja Wulan. Namun di mata Wulan hanya melihat Bagas seorang. "Oh, sekarang kamu mau ke mana?" tanya Lara lagi. "Rencananya ingin mengembalikan mobil ke rumah utama, terus dengan motor saya ingin mengecek warung.""Warung?" Lara menjinjitkan alisnya. "Iya, Mbak. Warung kecil-kecilan yang menjual makanan dan minuman untuk para wisatawan yang mau berwisata ke kebun teh Nglinggo. Tapi, ya masih kecil-kecilan lah, Mbak. Malu saya." Ahsan menggaruk-garuk kepalanya karena salah tingkah."Dari kecil-kecilan nanti insyaallah bisa jadi besar-besaran lho, San." Lara menyemangati Ahsan."Mudah-mudahan, Mbak. Saya ingin bermodal dulu baru mencoba melamar Wulan. Eh saya ngomong apa sih ini?" Ahsan menepuk mulutnya sendiri. Setiap kali membahas usaha, bayangannya adalah untuk mem
last updateLast Updated : 2023-05-06
Read more

59. Kemunculan Bagas.

Angin semilir menggigilkan Lara yang duduk dalam boncengan Ahsan. Lara menaikkan kelepak jaketnya yang melorot. Udara dingin semakin bertambah dingin karena terpaan angin selama bermotor."Mbak kita berhenti sebentar ya? Saya mau menyapa Bu Jujuk dulu." Ahsan melambatkan kendaraan. Ia menghampiri seorang ibu yang berjalan di sisi jalan. Ibu-ibu aneh yang tadi, batin Lara."Selamat pagi, Bu Jujuk. Baru pulang dari Jakarta ya? Kok Ibu jalan kaki ke rumah?"Ibu ini bernama Jujuk rupanya."Tadi Ibu di jemput Fuad. Tapi motornya malah mogok. Ya sudah Ibu jalan kaki saja sekalian olah raga." "Oh. Pantesan. Ibu akan berlebaran di sini ya ?" tebak Ahsan. "Iya. Wawan dan Ria berkali-kali menelepon Ibu agar berlebaran di sini. Kangen nenek katanya. Kamu--" Bu Jujuk tiba-tiba menghentikan pembicaraan. Seperti tadi, Bu Jujuk melihat Lara seperti melihat hantu. Bu Jujuk tampak gelisah dan ketakutan. "Iya, Bu. Kenapa?" Ahsan heran karena Bu Jujuk tiba-tiba berhenti bicara."Nggak apa-apa, San.
last updateLast Updated : 2023-05-07
Read more

60. Perseteruan Tiada Akhir.

"Kenalkan, saya Bagas, suami mbak ini." Bagas menunjuk Lara dengan dagunya.Krik... krik... krik...Suasana seketika sunyi. Sang pemuda berikut teman-temannya saling memandang rikuh. Mereka menyadari kesalahan sang pemuda."Saya minta maaf, Mas Ba--Bagas. Saya tidak tahu kalau mbak ini sudah bersuami. Saya benar-benar minta maaf." Sang pemuda yang menyadari kesalahannya meminta maaf dengan wajah pias. "Hm," Bagas mendengkus. Ia tidak menanggapi permintaan maaf sang pemuda. Fokusnya kini adalah Lara. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Lara sekeras kepala ini."Ayo kita pulang." Bagas mengeja kalimatnya lamat-lamat. Ia sengaja memberi penekanan pada tiap suku katanya agar Lara tidak membantah."Nanti saja, Mas. Saya akan pulang agak sorean." Lara memberi bungkusan peyek dan keripik yang langsung diterima oleh sang pemuda. "Saya bilang pulang sekarang." Bagas mengeja kalimatnya satu persatu. Tiap kalimatnya mengandung ancaman."Saya--""Mbak Lara pulang saja dulu. Mengenai pembicaraa
last updateLast Updated : 2023-05-07
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status