Home / Romansa / Suamiku Bukan Petani Teh Biasa / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Suamiku Bukan Petani Teh Biasa: Chapter 31 - Chapter 40

110 Chapters

31. Masa Lalu.

"Mbak Sesil kok tidak bersiap-siap? Tamu-tamunya jam tujuh nanti sudah datang lho, Mbak." Mbok Sum menegur Sesil yang masih saja berkutat di dapur. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul enam sore lewat lima menit."Nggak apa-apa, Mbok. Nanti pukul setengah tujuh baru saya akan mandi. Nanggung ini menata menunya." Lara menyusun pinggan-pinggan cantik yang berisi menu-menu khas kebanggaan nusantara. Ada rendang, ayam betutu, semur daging dan juga soto ayam. Khusus camilan, Lara sendiri yang membuatnya. Lara menghidangkan pisang goreng coklat dan pancake. Untuk atau minumannya Lara menyajikan es campur, es buah dan juga sirup."Apa keburu, Mbak?" Kali ini Tinah yang menyela. Ia penasaran karena Sesil tidak juga membersihkan diri dan berdandan. Waktu sudah mepet begini, nyonya mudanya masih saja bekerja alih-alih berdandan paripurna."Keburu dong, Tinah. Saya adalah type orang yang mandinya cepet. Lima belas menit itu sudah cukup lama untuk saya," imbuh Lara santai."Lima belas menit? Ter
last updateLast Updated : 2023-04-22
Read more

32. Curiga.

"Saya permisi ke toilet sebentar ya? Tidak usah diantar Sesil. Kami lumayan sering numpang makan malam di sini. Jadi saya tahu jalannya," ujar Valdo. Lara mengiyakan dengan senyum kecil. Valdo ini karakternya santai dan ceria. Beda dengan Sakti yang berwajah datar."Hallo Sesil, akhirnya kita bertemu lagi. Kamu masih ingat pada saya tidak?" Sakti baru bersuara setelah punggung Valdo tidak terlihat lagi. Degh! Lara gelisah. Sakti mengenal Sesil rupanya. Tetapi mengapa Sakti tidak mengenali wajah Sesil? Aneh sekali. "Silakan duduk, Sakti. Maaf, saya tidak mengingatmu. Kalau saya boleh tahu kita berkenalan di mana ya?" tanya Lara hati-hati. Ia tidak boleh salah bersikap. Setelah Sakti duduk, Lara ikut duduk di depannya."Di sekolah Bina Bangsa. Saya adalah anak baru kelas lima SD sewaktu dipindahkan dari Bandung ke Jakarta. Nama lengkap saya adalah Sakti Alamsyah. Sampai di sini kamu sudah bisa mengingat siapa saya belum?" Sakti menghempaskan pinggulnya pada sofa yang empuk.Sakti yan
last updateLast Updated : 2023-04-22
Read more

33. Hadirnya Priya.

Bagas melirik Sesil yang membolak-balik tubuhnya gelisah. Saat ini Sesil bersiap tidur, sementara dirinya masih mempunyai beberapa pekerjaan yang harus ia selesaikan. Makanya ia masih duduk di kursi meja rias sambil memeriksa beberapa folder di laptop. Akhir-akhir ini Bagas memang lebih suka bekerja di kamar daripada di ruang kerja. Ia tidak tahu penyebabnya. Padahal dulu, ia tidak suka ada suara jikalau sedang fokus bekerja. Sekarang ia santai saja mendengar suara batuk Sesil, atau gerakan-gerakan lain istrinya yang mengeluarkan suara.Sementara Lara yang tengah gelisah memikirkan rencana balas dendam Sakti, tidak bisa memejamkan mata. Bayangan Sakti akan beraksi sebelum ayahnya pulih menggentarkannya. Lara berbalik kembali. Bibirnya berdecak kesal. Ia benar-benar kehilangan kantuknya."Kenapa kamu gelisah? Pasti kamu tengah memikirkan masa lalumu bersama Sakti ya? Kamu ingin mengulang manisnya cinta pertama masa lalu bersamanya bukan?" tuduh Bagas sinis. Ia yakin pasti ada sesuatu a
last updateLast Updated : 2023-04-24
Read more

34. Kecurigaan Bagas.

"Sini!" Bagas dengan gesit merebut ponsel yang disembunyikan Sesil di belakang tubuhnya. Bagas penasaran siapa yang menelepon hingga Sesil ketakutan seperti ini."Kembalikan ponsel saya, Mas!" Lara yang panik berusaha merebut kembalinya ponselnya. Bagas yang sudah menduga akan aksi Sesil, mengangkat ponsel hasil rampasannya tinggi-tingi ke udara, agar Sesil tidak dapat menggapainya."Kembalikan, Mas. Ponsel itu privacy saya!" Lara melompat-lompat. Berusaha menggapai ponsel yang masih diangkat tinggi oleh Bagas."Akan saya kembalikan kalau kamu mau mengatakan siapa yang menelepon. Kalau tidak, jangan harap." Kalimat Bagas terhenti ketika ponsel kembali berdering. Tanpa pikir panjang Bagas segera mengangkatnya."Hallo, ini siapa?" Lara memejamkan mata saat Bagas benar-benar mengangkat telepon dari Priya. Hancur sudah. Semua kebohongannya akan segera terungkap. "Lara? Anak supir Pak Hardi?"Lara merasa darahnya turun semua ketika mendengar Bagas menyebut namanya dan juga profesi ayahny
last updateLast Updated : 2023-04-24
Read more

35. Bertahan Dengan Pengakuan.

"Kalau ponsel Mas kehabisan daya, sini saya charge." Lara mengulurkan tangan. Meminta Bagas menyerahkan ponselnya. "Ponsel Mas ini ponsel grade tinggi. Jadi fast charging. Sebentar saja dicharge pasti sudah full." Lara mengubah topik pembicaraan. Ia ingin Bagas fokus pada masalahnya. Yaitu mengisi daya ponselnya sendiri. Bukan meminjam ponsel orang lain.Bagas melirik Sesil. Ia tahu Sesil berusaha mengubah topik pembicaraan. "Saya bisa mencharge sendiri ponsel saya. Toh chargernya di sini." Bagas menunjuk sakelar di atas nakas."Yang saya inginkan adalah menggunakan ponselmu. Boleh tidak?" Bagas memperjelas maksudnya. Sadar kalau Bagas tidak terpancing dengan aksinya, Lara mengalah. Lara beringsut dari ranjang. Membuka laci nakas dan mengeluarkan ponselnya. Kalau ia bersikukuh tidak ingin meminjamkan ponselnya, Bagas pasti akan makin curiga."Mmm... boleh. Tapi sebentar ya, Mas. saya ingin memeriksa apakah ada panggilan yang-- apa-apaan sih, Mas?" Lara terperanjat ketika Bagas tiba
last updateLast Updated : 2023-04-25
Read more

36. Hamil.

Tiga minggu kemudian.Lara berlari ke kamar mandi dan muntah-muntah hebat tatkala aroma nasi goreng menerpa penciumannya. Ia baru saja menyusul Bagas dan Pak Jaya ke dapur untuk sarapan pagi bersama. "Kamu kenapa, Sil?" Tergopoh-gopoh Bagas beringsut dari kursi menyusul Sesil ke kamar mandi. Bagas tahu sudah seminggu ini Sesil kurang enak badan. Makanya sudah seminggu ini pula Sesil absen membantu Mbok Sum dan Tinah di dapur. "Saya nggak apa-apa, Mas. Cuma agak mual dan pusing saja." Lara menekan tombol flush closet yang berisi cairan asam lambung perutnya. Setelahnya ia berkumur-kumur dan membasuh mulutnya di wastafel. Karena tidak ada makanan yang masuk ke perutnya, yang ia muntahkan pun hanya berupa cairan asam kekuningan saja."Sudah dari kemarin saya memintamu ke rumah sakit untuk medical check up. Tapi kamu selalu menolak. Kali ini saya tidak mau tahu, kamu harus segera check up." Bagas mengomeli Sesil di ambang pintu kamar mandi."Saya nggak apa-apa, Mas. Paling cuma masuk an
last updateLast Updated : 2023-04-25
Read more

37. Melanjutkan Sandiwara.

Bagas mondar mandir di ruang tunggu IGD. Ia gelisah menunggu kabar dari dokter jaga yang tengah memeriksa Sesil. Saat Sesil pingsan, dirinya dan ayahnya langsung membawa Sesil ke rumah sakit terdekat. Aris yang menyopir, karena ayahnya tidak membolehkannya menyetir. Alasan ayahnya agar dirinya fokus menjaga Sesil di jok penumpang. Bagas memindai jam di dinding. Dua puluh menit telah berlalu. Namun dokter IGD belum juga keluar dari ruangan. Entah apa yang diperiksa oleh dokter IGD tersebut, karena sudah begitu lama tapi belum juga ada hasilnya."Kamu duduk saja dulu, Gas. Ayah pusing melihatmu hilir mudik begini. Kecemasanmu tidak membuat Sesil cepat siuman." Pak Jaya mengomeli putranya. Namun dibalik omelannya Pak Jaya bahagia. Sikap Bagas ini menunjukkan bahwa putranya sudah mulai ada rasa pada Sesil."Nah, itu dokter sudah keluar." Pak Jaya bergegas berdiri saat dokter keluar dari ruang IGD. Bagas mengikuti aksi ayahnya. Berdua mereka segera menyambut kedatangan dokter."Bagaimana
last updateLast Updated : 2023-04-26
Read more

38. Menjalani Takdir.

"Tolong sabar sebentar lagi, ya? Kamu sudah tahu perihal Pak Ibas bukan? Saya masih sibuk mengurus masalah ini. Tapi kamu jangan khawatir. Setelah masalah Pak Ibas selesai, saya janji, saya akan menyelesaikan masalahmu secepatnya. Sabar dulu ya, Ra?""Baik. Sesil tunggu janji Ayah. Jangan lupa akan tanggung jawab Ayah pada Pak Yono. Sesil tutup dulu teleponnya ya, Yah? Sesil ingin istirahat." Lara mengakhiri pembicaraan. Ia tidak tahan berlama-lama bersandiwara dengan Pak Hardi. Akan halnya Bagas, diam-diam ia menyerap semua pembicaraan Sesil dengan ayahnya. Ada yang aneh dalam pembicaraan ayah dan anak ini. Sesil tampak sangat kaku selama berbicara dengan ayahnya. Tiada kehangatan atau kemanjaan di sana. Padahal menurut ayahnya Sesil ini sangat manja dan dekat dengan ayahnya. Selain itu Sesil membicarakan tentang tanggung jawab, janji dan juga menyinggung nama Pak Yono. Rasanya sangat aneh kalau lebih khawatir akan keadaan supirnya daripada ibunya sendiri. Sesil sama sekali tidak me
last updateLast Updated : 2023-04-26
Read more

39. Rekonsiliasi yang Gagal.

Bagas menekan pedal gas dalam-dalam. Selain ia memang ingin menuntaskan hubungannya dengan Agni, ia juga ingin kembali ke rumah sakit secepat mungkin. Menurut ayahnya Sesil sedang kesal padanya. Dan tentu itu tidak baik. Karena mood ibu hamil sangat mempengaruhi janin. Bagas tidak ingin kalau janin dalam kandungan Sesil kenapa-kenapa. Setelah mengetahui bahwa dirinya akan menjadi seorang ayah, aura kebapakannya keluar dengan sendirinya. Bagas membelokkan mobil ke area kebun teh milik ayah Agni yang rindang. Di depan pondok yang indah nan asri itu tampak mobil Agni sudah terparkir rapi di halaman. Sepertinya Agni sudah menunggunya cukup lama. Tanpa membuang waktu Bagas mematikan mesin mobil dan bergegas masuk ke dalam pondok."Akhirnya kamu datang juga, Mas." Agni beringsut dari kursi rotan yang ia duduki saat pintu pondok terbuka. Ia menyambut kedatangan Bagas dengan tangis lega. Sisa-sisa air mata terlihat masih menggantung di ujung-ujung bulu matanya."Aku rindu sekali padamu, Mas.
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more

40. Memasang Jebakan.

Agni tersenyum sumir. Bagas memang sudah tidak mencintainya. Makanya Bagas terus mencari celah untuk membuangnya. "Kalau begitu, mengapa dulu Mas memintaku menunggu selama Mas mencoba berkompromi dengan perempuan itu? Coba jawab yang jujur, Mas?" tantang Agni sinis."Perempuan itu namanya Sesil. Sebut saja namanya. Mengenai Mas memintamu menunggu, itu karena Mas belum tahu hasil kompromi antara Mas dengan Sesil. Akan berhasilkah atau gagal. Nyatanya kompromi Mas gagal karena Sesil memutuskan untuk merealisasikan janji kedua orang tua kami. Ia ingin berbakti pada ayahnya. Sampai di sini kamu sudah bisa menarik kesimpulan bukan? Bahwa Sesil tidak bersalah. Ia hanya ingin membahagiakan orang tuanya." Bagas mengajak Agni berpikir memakai logika."Perkara hubungan kita. Kamu juga sudah tahu bahwa hubungan kita ini sulit untuk disatukan. Kedua orang tua kita bermusuhan. Mereka berdua sama-sama tidak merestui hubungan kita berdua.""Ayah sekarang sudah setuju, Mas. Sebelum aku ke sini tadi,
last updateLast Updated : 2023-04-27
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status