Semua Bab Suamiku Bukan Petani Teh Biasa: Bab 11 - Bab 20

110 Bab

11. Calon Istri Atau Tahanan?

"Turun!" seru Bagas keras pada Sesil. Ia kesal karena Sesil masih saja duduk bengong padahal mereka telah tiba di tempat tujuan."Heh, apa?" Lara tergagap. Ia tidak mendengar kata-kata Bagas karena sepanjang jalan ia terus bergumul dengan benaknya sendiri. Makanya ia kaget saat Bagas tiba-tiba saja mengajaknya bicara."Kamu ingin terus duduk di mobil atau masuk ke dalam rumah?" Bagas kembali membentak Sesil. Moodnya yang sudah jelek karena insiden Agni tadi, membuatnya semakin kesal pada Sesil. Ia sama sekali tidak menyangka kalau rencana yang telah ia susun bersama Agni, berujung kacau seperti ini."Oh," umpatan Bagas hanya ditanggapi kata oh oleh Lara. Selanjutnya Lara turun dari mobil. Setelah berada di luar mobil, barulah Lara memandang takjub keindahan alam di sekelilingnya. Pemandangan hijau-hijau dengan semilir angin yang sejuk membelai-belai kulitnya."Indahnya ciptaanmu ya, Allah," gumam Lara lirih. Ia mengagumi suburnya tanaman teh yang terhampar bagai karpet hijau raksasa d
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-12
Baca selengkapnya

12. Teka Teki Sesil.

"Selamatkan nyawa ayah hamba ya, Allah?" Arimbi meletakkan ponsel di dada. Ia seolah-olah ingin memeluk ayahnya. "Masuk," Lara menjawab tatkala pintu kamarnya diketuk dari luar."Saya Aris, Mbak. Saya disuruh si Mbok untuk mengantarkan koper." Terdengar sahutan dari pintu. Suara seorang pria. Pantas saja orang tersebut tidak berani langsung membuka pintu kamar walau sudah diizinkan masuk. Lara beringsut dari ranjang. Setelah menyeka kedua pipinya yang lembab oleh air mata terlebih dahulu, Lara membuka pintu kamar. Terlihat seorang pria gagah berdiri di depan pintu dengan koper di sampingnya."Ini kopernya, Mbak. Mau diletakkan di mana?" tanya Aris canggung. Di hadapannya adalah calon majikannya. Ia tidak berani terlalu lama menatap wajah ayu yang tampak habis menangis di depannya. "Sini, biar saya letakkan sendiri, Mas Aris. Oh ya, nama saya Sesil," Lara memperkenalkan diri, seraya meraih troli koper di samping Aris."Salam kenal, Mbak Sesil. Saya Aris anak Mbok Sumi. Panggil saya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-12
Baca selengkapnya

13. Menghadapi Calon Mertua.

Waktu telah menunjukkan pukul tujuh malam. Sedari masuk diantar Mbok Sum tadi, Lara belum keluar kamar. Ia menghabiskan waktu dengan membongkar koper. Menyusun gaun-gaun mewah di dalam lemari yang rata-rata adalah milik Sesil. Lara sendiri hanya membawa beberapa celana jeans, kemeja dan kaos-kaos rumahan saja. Sesil memberikan gaun-gaunnya agar penyamarannya sebagai anak orang kaya lebih meyakinkan katanya. Tidak lucu kalau anak orang kaya pakaiannya seperti gembel. Sayangnya Lara malah tidak berani memakai gaun-gaun Sesil yang rata-rata berpotongan dada rendah itu. Lehernya kalau tidak model V neck, pasti sabrina. Sesil memang menyukai gaun-gaun yang seksi. Sepertinya gaun-gaun dari Sesil akan berakhir di dalam lemari saja.Selesai menata lemari, Lara berjalan menuju jendela. Ia kemudian membuka jendela kamarnya yang terbuat dari kayu. Seketika udara sejuk menerpa wajah dan kulit tubuhnya. Suasana malam di pedesaan ternyata begitu indah. Sayup-sayup terdengar suara jangkrik yang mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-13
Baca selengkapnya

14. Konsekuensi Peran.

"Pelan-pelan meletakkan piringnya, Lan. Anak gadis kok kasar kerjanya," Mbok Sum mengomeli Wulan."Namanya juga tidak sengaja, Bu. Lain kali Wulan akan pelan-pelan," cetus Wulan acuh. Kini ia meletakkan piring di depan Bagas. Berbeda dengan Lara, perlakuan Wulan pada Bagas sangat lembut dan hati-hati. "Terima kasih ya, Wulan?" Bagas mengucapkan terima kasih pada Wulan diiringi seulas senyum manis. Ia sudah menganggap Wulan seperti adiknya sendiri."Iya, Mas," ucap Wulan tersipu. Pipinya seketika merona. Sekarang Lara tahu mengapa Wulan memusuhinya. Wulan menyukai Bagas rupanya."Ini piring kesukaan Bapak." Wulan meletakkan piring di depan Pak Jaya hati-hati. Wulan tahu Pak Jaya menyukai piring ini karena dulu diberikan oleh Bu Rahmawati, almarhumah istrinya."Terima kasih ya, Wulan. Bagaimana pekerjaan di pabrik? Lancar?" Pak Jaya mengajak Wulan mengobrol. Wulan ini bekerja di kebun teh. Wulan juga sudah ia anggap seperti putrinya sendiri."Lancar, Pak. Ekspor kita keluar negeri maki
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-13
Baca selengkapnya

15. Pernikahan.

Lara duduk melamun di meja rias seraya menyisir rambut. Ia baru saja mandi setelah acara resepsi usai. Setelah ijab kabul pagi tadi, acara memang dilanjutkan dengan resepsi. Berbeda dengan pernikahan di ibukota yang rata-rata mengelar acara resepsi di gedung atau hotel-hotel mewah, di kampung ini lazimnya resepsi dilakukan di rumah mempelai. Apalagi jika mempelai mempunyai rumah atau pekarangan yang luas. Dengan tenda-tenda lebar dan dekorasi yang apik, di sinilah acara akan digelar. Kerabat, teman, tetangga akan datang berbondong-bondong memeriahkan acara. Suasana kekeluargaan di kampung ini masih sangat kental.Lara melirik pintu kamar mandi tatkala mendengar suara gemericik air. Bagas tengah membersihkan diri setelah dirinya keluar dari kamar mandi. Lara sadar. Bahwa mulai hari ini dan seterusnya, dirinya akan terikat pada Bagas. Masih segar dalam ingat Lara, tatapan penuh amarah Bagas saat cara ijab kabul tadi pagi. Bagas pasti menganggapnya penghancur masa depannya bersama Agni
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-14
Baca selengkapnya

16. Aku Bukan yang Dulu.

"Capek memang. Tapi saya masih bisa melaksanakan tugas ini dengan baik dan sempurna. Saya tidak selemah itu," ejek Bagas. Sebenarnya bukan hanya Sesil yang tegang, Bagas juga. Istimewa Sesil juga sudah mulai mengubah panggilan yang tadinya dengan kamu menjadi Mas. Kesannya menjadi lebih intim."Bukan masalah lemah. Hanya saja saya perhatikan dalam film atau sinetron, biasanya hal seperti ini ditunda dulu sampai kedua mempelai sama-sama fit," pungkas Lara. Alasan Lara dihadiahi senyum sinis oleh Bagas."Kamu jangan terpengaruh pada adegan dalam sinetron yang semuanya dibuat atas kemauan sutradara. Jarang sekali ada yang menunda malam pertama. Lagi pula secapek-capeknya laki-laki, melakukan hal seperti ini, semua capeknya akan langsung hilang. Satu lagi, kamu jangan mengira kalau laki-laki hanya bisa melakukan hubungan suami istri atas dasar cinta. Itu semua omong kosong. Karena semua laki-laki normal bisa melakukannya asal dengan lawan jenisnya. Cinta tidak ada hubungannya dengan nafsu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-14
Baca selengkapnya

17. Musuh Baru.

Lara terbangun kala mendengar gemerisik kain yang disibak dari sampingnya. Sepertinya Bagas sudah terbangun. Lara tidak tahu saat ini pukul berapa, karena suasana kamar yang gelap gulita. Bagas tadi memintanya mematikan semua lampu. Katanya ia tidak menyukai cahaya apa pun pada saat tidur. Sejurus kemudian terdengar suara saklar lampu ditekan, yang diikuti menyalanya lampu tidur. Lara mengernyitkan mata karena silau. Namun ia tetap diam. Setelah kejadian semalam, ia masih belum siap berhadapan muka dengan Bagas. Lara nyaris terpekik tatkala ponsel Bagas tiba-tiba saja berbunyi. Ia kaget. Refleks Lara melirik jam di dinding kamar. Pukul 04.30 WIB. Lara tidak menyangka kalau Bagas mempunyai kebiasaan bangun sepagi ini. "Ada apa kamu menelepon Mas subuh-subuh begini?" Lara mendengar Bagas menjawab ponsel dengan suara lirih. "Mas tidak suka kalau kamu menjadi posesif begini." Bagas membuang selimut ke sisi bale-bale. Ia mulai kehabisan kesabaran menghadapi tingkah Agni yang kekanaka
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-15
Baca selengkapnya

18. Bertemu Rival.

"Iya, Lan. Mas Bagas sekarang sudah beristri. Kamu tidak boleh bersikap seperti biasanya. Hormati Mbak Sesil." Mbok Sum segera mengambil sikap. Putrinya ini memang terlalu berani untuk ukuran anak pembantu. Akibat terlalu dimanjakan Pak Jaya dan Bagas sedari kecil, Wulan terkadang melupakan statusnya. Sekarang Bagas sudah beristri. Tugasnya sebagai seorang ibu adalah memperingati putrinya."Mengapa begitu? Biasanya saya bebas berkomunikasi dengan Mas Bagas?" Wulan meradang. Ia tidak mempedulikan kata-kata ibunya. Ia juga tidak lagi berusaha menyembunyikan rasa tidak sukanya pada Sesil. Gadis kota ini terlalu sombong dan posesif."Seperti yang saya katakan dan juga ibumu tadi, Mas Bagas sekarang sudah beristri. Kenali posisimu. Memangnya kamu siapanya Mas Bagas?" Lara mendebat langsung pada poinnya."Saya... saya..." Wulan kehabisan kata-kata. Kalimat Sesil memukul telak dirinya. Walaupun Pak Jaya dan Bagas menganggapnya keluarga, tapi dirinya memang bukan siapa-siapa. Ia tidak bisa me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-15
Baca selengkapnya

19. Perang Urat Syaraf.

"Sedang apa? Ya sedang melihat-melihat perkebunan sekalian belajar memetik teh dong, Mas. Masa Mas tidak melihat pakaian dan perlengkapan saya ini?" Lara menunjuk diri sendiri, ambul berikut sepatu boots yang ia kenakan."Saya hampir terpeleset ini lho, Mas. Untung ada Aris. Tanah di sini memang licin rupanya." Lara dengan halus melepaskan tubuhnya dari pegangan Aris. Selanjutnya ia mendekati Bagas yang berdiri bersisian dengan Agni."Mas benar kalau perkebunan ini licin, makanya Mas tidak mau membawa saya ke sini tadi. Mas memang suami yang baik dan pengertian. Maafkan kengeyelan saya ya, Mas?"Lara memeluk lengan Bagas manja. Seketika Lara bisa merasakan kalau lengan Bagas mendadak kaku. Sebenarnya bukan hanya Bagas yang rikuh, tetapi Lara juga. Setelah malam panjang yang mereka lalui berdua, sulit bagi Lara untuk bisa menatap Bagas tanpa mengingat kegiatan yang mereka lakukan berdua. Namun mengingat kemungkinan daerah teritorinya akan diinvasi kembali oleh Agni, Lara merasa harus
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-16
Baca selengkapnya

20. Belajar Menerima Kenyataan.

Lara keluar dari balik punggung Bagas. Saat ini dirinya adalah Sesilia Hadinata, putri dokter Shinta dan insinyur Hardi Hadinata. Bukan Asmaulara Maulida, anak seorang ART dan supir. Ia akan membela diri sesuai dengan kapasitasnya. Orang seperti Agni harus ditegasi agar sadar diri. "Mbak Agni menyebut saya apa tadi? Perempuan gatal? Perempuan gatal dari mana? Lha wong saya gatalnya dengan suami sendiri." Lara berdiri di hadapan Agni. Menatap tajam Agni tepat di matanya, agar poin-poin kalimat yang ia tekankan masuk ke kepala Agni. "Mbak bilang saya tidak ada malunya sama sekali. Lha saya melakukannya dengan suami sah saya sendiri. Jadi ngapain saya malu? Benar tidak? Yang seharusnya malu itu, Mbak Agni. Ngapain Mbak pagi-pagi buta menemui suami orang?" Lara mendekatkan wajahnya pada Agni. Menantang Agni dalam jarak sejengkal. "Mas Bagas itu dulunya pacar saya. Dia menjadi suamimu karena terpaksa. Dia tidak mencintaimu!" Agni menembakkan senjata andalannya. "Mas Bagas itu dulunya
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-04-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status