Home / Romansa / Suamiku Bukan Petani Teh Biasa / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Suamiku Bukan Petani Teh Biasa: Chapter 21 - Chapter 30

110 Chapters

21. Perseteruan.

"Rencana apa yang ada di kepalamu hingga kamu berani mengarang cerita bohong pada Agni?" Bagas menepis lengan Sesil yang masih memeganginya. "Tidak ada rencana apa-apa, Mas. Saya hanya membeberkan kenyataan di depan mata Mbak Agni dan mata Mas juga," sahut Lara sambil menurunkan ambul di punggungnya. Punggungnya terasa gatal. Mungkin ada bilah-bilah ambul kecil yang menusuk punggungnya.Setelah ambul diturunkan, Lara langsung menjaga jarak dengan Bagas. Agni sudah tidak ada di antara mereka. Jadi ia tidak perlu bermain drama lagi. Ia bebas menjadi dirinya sendiri. Aksi Sesil yang seketika menjauh setelah bayangan Agni tidak terlihat, mengherankan Bagas. Tadi Sesil berusaha membuat Agni melihat kemesraan mereka berdua. Dan sekarang Sesil bersikap seolah-olah alergi berada di dekatnya. Aneh sekali. Kontradiktifnya sikap Sesil ini membuat Bagas makin curiga. Pasti ada sesuatu yang melatarbelakangi Sesil menikahinya. Tapi apa itu? Sampai hari ini Bagas tidak bisa menebaknya. Baiklah, cu
last updateLast Updated : 2023-04-17
Read more

22. Ketahuan.

"Mbak Sesil, ayo kita istirahat dulu." Bu Prapti, salah seorang buruh pemetik teh menghampiri Lara yang masih terus memetiki daun teh. Waktu telah menunjukkan pukul sebelas siang. Waktunya untuk beristirahat dan menimbang teh hasil petikan ke rumah hujan. Setelah makan siang dan beristirahat sebentar pekerjaan baru akan dilanjutkan."Iya, Bu. Sebentar, nanggung." Lara mengisi ambul dengan beberapa pucuk daun teh lagi. Setelah ambulnya padat barulah Lara berjalan mengikuti Bu Prapti dan ibu-ibu lainnya menuruni bukit Menoreh."Capek ya, Mbak? Harusnya Mbak memetik tehnya iseng-iseng saja. Jangan mengikuti kami yang memang mencari nafkah di sini. Mbak pasti kelenger." Bu Prapti menasehati Sesil. Ia kasihan melihat nyonya mudanya kepayahan dengan tubuh basah kuyup karena keringat."Nggak apa-apa kok, Bu. Saya ini masih muda. Masih kuat. Lha Ibu yang sudah punya cucu saja masih bisa bekerja lebih dari delapan jam sehari. Sambil membawa beban di pinggang lagi," Lara menenangkan Bu Prapti.
last updateLast Updated : 2023-04-17
Read more

23. Buah Simalakama.

Lara menjauhkan ponsel. Ia menimbang-nimbang sejenak jawaban yang akan ia berikan pada Sesil. Ia tidak tahu sampai sejauh mana Sesil mengetahui hubungannya dengan Priya."Apa maksud Non Sesil?" Lara memutuskan untuk berpura-pura bodoh saja. "Halah, jangan belagak bego lo! Kata Mbok Ningsih, Mas Priya mencari lo sampai ke rumah. Mas Priya juga mengaku pada Mbok Ningsih kalo dia itu pacar lo!"Priya tidak terima ia putuskan sepihak begitu saja rupanya. Makanya Priya mendatanginya ke rumah."Iya, kami memang sempat berpacaran. Tapi saya sudah memutuskan Mas Priya, Non. Saya sadar kalau status sosial kami terlalu jauh. Makanya saya bilang pada Mas Priya kalau hubungan kami tidak mungkin diteruskan.""Bagus kalo lo sadar! Gue nggak nyangka ya kalo anak babu kayak lo ini berani-beraninya bermimpi menjadi mantu calon walikota. Ngaca lo, anak babu. Ngaca!"Lara memegang ponsel dengan mata berair. Sesil kerap memanggilnya anak babu dibanding namanya sendiri. Tujuannya tentu saja ingin memperj
last updateLast Updated : 2023-04-18
Read more

24. Konsekuensi.

"Tidak ada waktu spesifik untuk melakukan hal itu, Sesil. Saya tahu kamu tidak senaif itu tidak mengetahui perihal pembuahan. Lain cerita kalau kamu berusaha menampilkan citra polos untuk menarik perhatian saya. Saran saya, jangan. Saya muak dengan segala hal yang berbau manipulatif," ancam Bagas tegas."Itu--panen bagaimana?""Mengenai panen, ada Aris dan beberapa mandor senior lainnya. Kamu tidak usah mengkhawatirkan masalah pekerjaan. Saya sudah mengorganisir semuanya."Lara terdiam dengan tatapan nyalang. Ia kehabisan alasan. Ia tidak tahu harus mengatakan apalagi demi menunda eksekusi.Kegugupan dan piasnya wajah Sesil membuat Bagas berpikir keras. Mengapa Sesil ini terus berubah-ubah sikapnya? Sebentar mengatakan mencintainya. Sebentar lagi air mukanya menunjukkan keengganan bahkan ketakutan. Bagas makin penasaran. Ia harus mencari tahu apa yang menyebabkan Sesil bersikeras ingin ia nikahi."Kamu bohong saat mengatakan bahwa kamu mencintai saya dan akan melakukan apapun agar sa
last updateLast Updated : 2023-04-18
Read more

25. Kemarahan Bagas.

"Silakan masuk, Mbak." Ahsan membuka pintu mobil baris kedua dengan sopan. Ia ingat akan pesan Bagas di telepon tadi. Bahwa ia harus memperlakukan istrinya dengan baik sopan. Bagas juga berpesan agar istrinya duduk di baris kedua saja. Bukan di sampingnya seperti kebiasaan Bagas selama ini."Terima kasih M--Ahsan." Lara masuk ke dalam mobil seraya mengucapkan terima kasih. Lara nyaris memanggil Ahsan dengan sebutan Mas. Karena ia tahu bahwa usia Ahsan pasti jauh di atasnya. Ahsan ia taksir berusia pertengahan tiga puluhan seperti Bagas dan Aris. Tapi sesuai dengan tutur dan statusnya sebagai istri Bagas, pasti Ahsan akan menolak dipanggil Mas seperti Aris. Oleh katanya Lara memanggil Ahsan dengan namanya saja."Kita singgah ke pasar Plono dulu ya, San? Saya ingin membeli beberapa barang," pinta Lara. Pergi dengan terburu-buru dari Jakarta membuat bawaannya terbatas. Apalagi isi kopernya semua adalah gaun-gaun mewah nan seksi kepunyaan Sesil. Lara jadi hanya memakai dua stel pakaian ru
last updateLast Updated : 2023-04-19
Read more

26. Pak Sasongko Berulah.

Pak Sasongko terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Ia memang tidak menyukai segala sesuatu yang berkaitan dengan Jaya Antareja. Termasuk anak laki-lakinya ini. Masalahnya Agni terus menerus menangis karena ditinggal menikah Bagas. Makanya sebagai seorang ayah, ia marah. Ia tidak terima jika putrinya disakiti. "Kalau kamu tidak serius dengan Agni, jangan memacarinya. Mengerti kamu?" geram Pak Sasongko lagi. "Tidak serius Bapak bilang? Saya pernah mencari Bapak untuk meminta izin melamar Agni tahun lalu. Dan Bapak bilang, selama Bapak masih hidup, jangan harap saya bisa menikahi Agni. Bapak masih ingat atau sudah pikun?" cecar Bagas lagi. "Saya tidak mau tahu. Hibur dan bujuk Agni agar ia tidak sedih lagi. Kalau tidak, siap-siap saja. Saya akan menghancurkanmu. Saya bersumpah!" ancam Pak Sasongko seraya berjalan ke arah mobilnya. "Saya tidak main-main. Kalau kamu tidak bisa membuat Agni kembali ceria, saya akan menghancurkanmu hingga tidak bersisa," ancam Pak Sasongko sekali la
last updateLast Updated : 2023-04-19
Read more

27. Api Dalam Sekam.

"Tambah lagi nasinya, Mas?" Lara menawarkan nasi tatkala melihat piring Bagas sudah licin tandas."Mas Bagas tidak biasa makan banyak di pagi hari, Mbak. Takut begah katanya." Sembari meletakkan ayam yang sudah disuwir, Wulan lah yang menjawab pertanyaan Lara alih-alih Bagas. Mendengar kelancangan Wulan, Lara menghentikan suapannya. Ia meletakkan sendok dan garpunya sebelum memandang Wulan tajam.Pagi ini mereka sedang sarapan bersama. Seperti biasa, Tinah, Mbok Sum dan Wulan lah yang menyiapkan sarapan. Pagi ini Bagas memang tidak akan mengawasi panen di kebun teh. Melainkan menemui beberapa investor yang menawarkan kerjasama untuk memproduksi teh yang functionality, body immunity, equity-wellbeing, dan ecofriendly. Sejak pandemi covid 19 gaya hidup penikmat teh telah berubah. Dari sebelumnya yang hanya mengkonsumsi teh tradisonal dan teh hitam tipe broken, sekarang mereka menyukai teh hijau, teh herbal atau fruit tea. Para investor itu ingin mengajak Bagas bekerjasama. Begitulah obr
last updateLast Updated : 2023-04-20
Read more

28. Kesedihan Lara.

"Sekarang giliranmu. Saya sudah kenyang," bisik Bagas lirih. Sekarang gantian Lara yang bimbang. Harus makan dari sendok yang sama dengan Bagas rasanya terlalu intim."Kita sudah bersatu dalam segalanya. Mengapa kamu menampilkan air muka seperti ini hanya karena sebuah sendok saja?" ejek Bagas sinis."Kenapa kamu diam saja? Ingin saya suapi ya? Baiklah. Ayo buka mulutmu?" Bagas menyendok sisa nasi soto. Mengangkat sendok yang berisi sisa nasi soto tepat di depan mulut Sesil. Terdengar deheman menggoda dari Tinah dan Mbok Sum. Tidak punya pilihan, Lara membuka mulut. Mengunyah nasi soto yang seharusnya terasa lezat, kini menjadi hambar."Sesil, ada kejutan untukmu." Lara sontak menoleh ke arah pintu mendengar ada yang memanggil namanya. Pak Jaya dan Pak Hardi Hadinata. Lara sangat gembira. Pasti keadaan ayahnya dan Bu Shinta sudah membaik makanya Pak Hardi bisa mengunjunginya di sini. Alhamdullilah.Setengah berlari Lara menghampiri Pak Hardi. Ia ingin berterima kasih pada Pak Hardi,
last updateLast Updated : 2023-04-20
Read more

29. Perang Urat Syaraf.

"Sudahlah, Sesil. Keadaan ibumu ini cuma sementara. Seiring waktu semuanya akan baik-baik saja. Tidak perlu menangisi ibumu sampai seperti ini," bujuk Pak Hardi kaku. Kalimat menenangkan yang diucapkan Pak Hardi membuat Lara membeku. Pak Hardi meneruskan kebohongan yang dimulai oleh Sesil. Dengan kata lain, Pak Hardi memaksanya untuk terus berperan sebagai Sesil. Ayah dan anak sama saja. Sama-sama egois!"Saya--""Kita doakan saja semoga semuanya membaik. Untungnya keadaan ibumu jauh lebih baik dari Pak Yono yang telah kehilangan ingatannya. Ayah akan mengurus ibumu dan Pak Yono dengan perawatan terbaik, agar kamu tenang di sini. Jangan melakukan hal-hal bodoh yang bisa membuatmu mendekam di penjara."Pak Hardi mengancamnya! Khusus kalimat hal-hal bodoh yang bisa membuatnya mendekam di penjara, Pak Hardi mengucapkannya dengan separuh berbisik. Pak Hardi pasti tidak ingin Pak Jaya dan Bagas mendengarnya.Lara galau. Sebenarnya tadi ia ingin mengakui semuanya. Namun ancaman halus Pak
last updateLast Updated : 2023-04-21
Read more

30. Tidak Mau Kalah Gertak.

"Oke, anak babu. Gue akan meminta ibu lo menelepon. Dasar anak babu sialan!"Lara mengelus dada. Sesil kerap menghinanya dengan membawa-bawa profesi ibunya. Padahal ibunyalah yang merawat Sesil sedari bayi merah. Sungguh, Sesil ini adalah contoh manusia yang tidak mengenal kata balas budi. Sejurus kemudian ponselnya bergetar. Ada nomor tidak dikenal yang meneleponnya. Pasti ini adalah nomor baru ibunya."Halo--""Kamu jangan sekali-sekali mengancam Sesil, Lara. Nanti Ibu bisa dipecat. Mana ayahmu sedang dalam perawatan. Pikir dua kali terlebih dahulu sebelum kamu membuka mulut!"Lara mengelus dada. Ibunya tidak pernah sekalipun berbicara lemah lembut padanya. Apalagi membela. "Lara tidak mau membahas Non Sesil. Yang ingin Lara bahas sekarang adalah Ibu. Jawab Lara, Bu. Mengapa Ibu tega sekali menjerumuskan Lara? Satu lagi pertanyaan Lara. Sebenarnya Lara sudah pernah menanyakan masalah ini bertahun lalu pada ayah. Pada waktu itu Lara mencoba menerima penjelasan ayah. Tapi kali ini, L
last updateLast Updated : 2023-04-21
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status