Home / Romansa / Suamiku Bukan Petani Teh Biasa / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Suamiku Bukan Petani Teh Biasa: Chapter 61 - Chapter 70

110 Chapters

Chapter 61. Perseteruan Di Pagi Hari.

Pagi yang buruk. Lara mengalami morning sickness sejak baru bangun tadi. Perutnya seperti dikocok-kocok sehingga ia muntah sepanjang pagi. Sedari bangun tidur tadi, Lara terus membungkuk di atas closet. Ia memuntahkan semua isi perutnya hingga tak bersisa. Saat ini yang ia muntahkan hanya cairan asam lambungnya sendiri.Lara berdiri dengan susah payah. Ia memegangi closet untuk bisa berdiri tegak. Kakinya kram karena terlalu lama dalam posisi setengah bersujud dan jongkok. "Iya... sebentar." Dengan suara serak, Lara menjawab saat pintu kamarnya diketuk. Dengan berpegangan pada dinding, Lara membuka pintu. Tinah berdiri di ambang pintu dengan air muka gelisah. "Mbak Lara disuruh Mas Bagas sarapan," kata Tinah. "Iya, Nah. Saya akan segera ke sana. Tumben kamu yang memanggil saya? Biasanya 'kan, Mbok Sum?" "Mbok Sum sedang pergi, Mbak," ucap Tinah canggung. Lara merasa ada yang aneh. Tinah yang biasanya rame dan ceplas-ceplos, pagi ini tampak seperti menjaga jarak darinya. "Mbok Su
last updateLast Updated : 2023-05-08
Read more

62. Keusilan Bagas.

"Dan kamu, Gas. Jaga lidahmu. Jangan memancing emosi Lara. Wanita hamil itu hormonnya naik turun. Jangan membuatnya stress. Nanti berpengaruh pada tumbuh kembang bayi. Mengerti kamu, Gas." Bagas tidak menjawab, namun ia mengangguk kecil. Ayahnya benar."Satu hal lagi yang ingin Ayah ingatkan. Kalian berdua ini sudah dewasa. Untuk itu bersikaplah seperti dua orang dewasa apabila kalian sedang berselisih paham. Mengerti, Ra, Bagas?" "Mengerti, Yah," sahut Lara dan Bagas bersamaan. "Baik. Ayah harap ke depannya kalian bisa saling bekerjasama sampai anak kalian lahir. Bagaimana setelahnya, baru kita pikir bersama-sama demi kebaikan semua pihak." Lara dan Bagas kembali menggangguk."Oh ya, Gas, Pak Warso tadi menelepon Ayah. Katanya ia izin mengantar Wulan dan Mbok Sum ke rumah adiknya. Katanya mulai hari ini Wulan akan tinggal di sana. Kenapa tiba-tiba Wulan pindah ya, Gas?" ucap Pak Jaya sembari menyuap nasi."Aku yang meminta Wulan pindah dari sini, Yah?" aku Bagas. "Heh, kenapa? Wul
last updateLast Updated : 2023-05-08
Read more

63. Kedatangan Sesil.

"Iya, bestie. Tapi tenang aja. Setelah aku melahirkan, aku akan kembali menggapai cita-cita seperti tujuanku dulu. Kalian bantuin aku ya?"Kadung ketahuan, Lara melanjutkan sandiwara Bagas. "Walau sebenarnya sayang karena kamu tinggal menyusun skripsi, tapi termaafkan deh, Ra. Suamimu begini." Siska dan Wanda mengacungkan jempolnya. Lara tersenyum. Seperti inilah sahabat-sahabatnya. Selalu berpikiran positif dan tidak menghakimi. Di tengah video call, sebuah wajah jenaka muncul. Putra, kakak tingkatnya yang gokil. "Oi, Dekku? Mengapa kau menghilang dari kampus biru ini? Abang jadi tidak bersemangat ke kampus karena ketiadaanmu." Lara terbahak melihat gaya deklamasi konyol Putra. Memang segila inilah kakak tingkatnya. Tingkah jenakanya sudah terkenal di seantero kampus."Sabar ya, Bang? Tidak lama lagi Adek akan pulang. Adek-- apaan sih, Mas? Saya belum selesai berbicara dengan Bang Putra." Lara kaget saat Bagas tiba-tiba saja merebut ponselnya. Bukan itu saja. Bagas juga memutuska
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

64. Permufakatan Jahat.

"Jangan! Ayahmu itu masih linglung. Kalau kamu menelepon, ayahmu malah bingung nanti. Kata dokter ayahmu tidak boleh terlalu banyak pikiran. Biarkan ingatannya kembali secara perlahan-lahan. Sudah, kamu jangan banyak tanya. Ibu masih pusing karena mabuk perjalanan." Bu Ningsih mengisyaratkan kalau ia tidak mau lagi ditanya-tanya. Lara memilih diam, agar ibunya tidak marah-marah terus. Ibunya memang tidak tahan perjalanan panjang. Setiap perjalanan jauh, ibunya akan mabuk perjalanan. Bersisian Lara dan sang ibu mengangkat tas travel Sesil. "Mas... Mas mau ke mana? Saya baru datang kenapa Mas sudah mau pergi sih?" Lara menoleh ke pintu utama saat mendengar suara Sesil. Sesil terlihat mengejar langkah-langkah panjang Bagas dengan berlari-lari kecil. "Jangan ikuti saya." Bagas berbalik seraya mengacungkan telunjuknya pada Sesil. Ia muak menghadapi anak Pak Hardi yang tidak punya malu ini. "Kenapa sih, Mas? Saya sengaja pindah ke sini karena ingin dekat dengan Mas. Jangan galak-galak d
last updateLast Updated : 2023-05-09
Read more

65. Rekonsiliasi.

Sudah lima belas menit mereka berkendara. Namun tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Bagas. Bibirnya membentuk garis lurus dengan kening berkerut. Bagas jelas terlihat sedang kesal. Oleh karenanya Lara juga ikut menahan diri. Ia tidak bersuara sepatah kata pun. "Apa rencanamu nanti setelah melahirkan?" Tiba-tiba saja Bagas memecah keheningan di dalam mobil. "Menyelesaikan skripsi saya," sahut Lara singkat. "Terus?" kejar Bagas lagi."Bekerja untuk membantu perekonomian keluarga." Lagi-lagi Lara menjawab singkat."Setelahnya menikah dengan Priya, laki-laki yang merayumu pada saat video call di kampus atau siapa pun yang penting kaya raya bukan?" cibir Bagas sinis. Lara melirik Bagas yang tengah menyetir. Mencoba menduga-duga apa maksud dari kalimat ambigunya. Merasa dipandangi, Bagas menoleh. Tatapannya bertemu dengan Lara yang tengah memandangnya dengan tatapan menyelidik."Kenapa kamu memandangi saya? Kaget karena saya mengetahui semua rencana di dalam otak kecilmu?"
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more

66. Perhatian Sang Ibu.

Setelah berkendara kurang lebih lima belas menit, Bagas membelokkan kendaraan ke gubuk kecil perkebunan. Kedatangan Bagas langsung disambut oleh dua orang yang terlihat menunggu kedatangan Bagas. Keduanya langsung beranjak dari bangku, setelah mobil memasuki areal perkebunan.Lara menduga kedua orang itu adalah Pak Zulkifli dan Pak Mahdi."Kamu di mobil saja--""Saya ikut turun ya, Mas? Saya ingin menghirup udara segar." Lara yang sudah bosan di mobil ingin melihat-lihat perkebunan dalam suasana sore. Lagi pula ia penasaran dengan sosok Pak Mahdi. Soalnya ia mendengar di telepon tadi kalau Pak Mahdi ini sesungguhnya teman lama Pak Jaya dan Pak Hardi juga. Itu artinya Pak Mahdi ada dalam lingkup persahabatan antara Pak Jaya, Pak Hardi dan Pak Sasongko. "Terserah kamu. Tapi pakai jaket ini dulu. Sebentar lagi udara akan semakin dingin." Bagas memanjangkan lengannya ke kursi belakang. Ia meraih jaket parasut yang ia letakkan pada baris ke dua di mobil. "Pakai dulu jaket ini baru keluar
last updateLast Updated : 2023-05-10
Read more

67. Aksi Jahat.

Sembari berkendara Bagas berkali-kali melirik Lara. Tumben Lara tersenyum-senyum di dalam mobil. Air mukanya juga semringah. Samar ada air mata yang membayangi kedua bola matanya. Ada apa ini? Mengapa Lara tampak sangat berbahagia sekaligus terharu? Oh ya, tadi ada yang menelepon Lara. Lara mengaku kalau orang yang menelepon itu adalah ibunya. Tapi rasanya mustahil. Masa menerima telepon dari ibu bahagianya seperti dari pacar?"Siapa yang meneleponmu tadi?" tanya Bagas penasaran."Ibu, Mas," sahut Lara singkat. Ia sudah tidak sabar ingin cepat sampai di rumah."Ibu? Kalau cuma Ibu, mengapa kamu terlihat senang sekali?""Karena Ibu bilang, ia sudah membuatkan jamu penguat kandungan untuk saya." Lara kembali tersenyum. Ia bahagia sekali karena sang ibu mulai memperhatikannya. Pasti karena dirinya sekarang sedang hamil. Ibunya tidak sabar ingin menjadi seorang nenek rupanya. "Coba lihat ponselmu." Bagas mengulurkan tangan kirinya. Ia masih belum percaya sebelum melihat dengan mata kepa
last updateLast Updated : 2023-05-12
Read more

68. Kecurigaan Bagas.

"Lara... mual, Bu," keluh Lara sambil menutup mulut dan hidungnya. Ia sedih karena sekarang air muka dan suara ibunya telah kembali seperti semula. Kasar dan tidak ramah."Lo emang nggak ada sopan-sopannya ya jadi anak? Jamu buatan emak lo, lo hoek-hoekin. Dasar anak nggak tahu diri lho!" Sesil bangkit dari kursi. Ia kesal karena Lara terus menolak jamu dari Mbok Ningsih. Padahal ia sudah menunggu-nunggu moment ini. Sikap tidak kooperatif Lara membuatnya geram. Sepertinya harus dirinya sendiri yang mencekoki Lara. "Sini jamunya, Mbok." Sesil mengambil paksa jamu dari tangan Mbok Ningsih."Nih, minum!" Sesil memencet hidung Lara seraya mendekatkan birai gelas ke mulut Lara. "Jangan memaksa!" Bagas menepis tangan Sesil kasar. Akibatnya jamu tumpah dan berceceran di lantai. Sedari tadi sebenarnya ia sudah geram melihat tingkah laku Sesil. Namun ia menunggu aksi Bu Ningsih dulu. Bagas ingin melihat sejauh mana Bu Ningsih ini membela putrinya. Ketika mendapati Bu Ningsih diam saja saat p
last updateLast Updated : 2023-05-12
Read more

69. Kekhawatiran Bagas.

"Seharusnya kita tidak perlu ke rumah sakit segala, Mas. Orang saya tidak apa-apa kok." Lara protes saat Bagas memaksanya masuk ke mobil. Bagas ingin membawanya ke rumah sakit karena aksi muntah-muntahnya. "Yang menentukan kamu apa-apa atau tidak itu dokter, Ra. Bukan perasaanmu sendiri. Ayo naik," hardik Bagas ketus. Merasa tidak ada gunanya berargumen dengan Bagas, Lara segera masuk ke dalam mobil."Kita akan ke rumah sakit Citra Paramedika ya, Mas?" tanya Lara seraya memasang sabuk pengaman. Rumah sakit Citra Paramedika memang yang terdekat dari rumah."Tidak. Kita akan ke Rumah Sakit Ibu dan Anak. Kenapa memangnya? Kamu mau ke Citra Paramedika agar bertemu dengan dokter Priya ya?" tuduh Bagas geram. Sepertinya Lara belum bisa melupakan Priya. "Masyaallah, Mas. Saya hanya bertanya. Kok Mas nuduhnya begitu?" Lara menggeleng-gelengkan kepala. Bagas ini selalu berpikiran negatif. Bagas mendengkus. Dari sudut mata, Bagas memindai kalau Bu Ningsih berjalan tergopoh-gopoh menghampiri
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more

70. Pertemuan Tak Terduga.

Lara berjalan dengan langkah setengah diseret. Sungguh, yang ia butuhkan hanya istirahat. Bukan diperiksa ini itu yang berakhir dengan menelan sejumlah obat."Hallo, Bu Lara. Apa kabar? Ada keluhan apa, Bu?" Dokter Sri, dokter yang kemarin dulu menanganinya menyapa ramah saat Lara dan Bagas duduk di hadapannya. Lara tidak menjawab pertanyaan dokter Sri. Pandangannya tertuju pada satu titik. Lara terperanjat saat melihat Bu Jujuk yang tampak sama kagetnya dengannya. "Ra, jawab pertanyaan dokter Sri. Kenapa kamu seperti orang kebingungan begini?" Bagas menyentuh pelan lengan Lara. "Hah, kabar saya baik, Bu Dokter. Saya hanya mual-mual sedikit saja tadi. Mas Bagas yang meminta saya memeriksakan kandungan ke sini." Tergagap, Lara menjelaskan maksud kedatangannya. Namun tatapannya tetap mengarah pada Bu Jujuk yang berdiri di belakang dokter Sri. Hal ini membuat dokter Sri dan Bagas mengikuti arah pandangan Lara. "Wah, Bu Lara kaget ya karena susternya ganti?" Dokter Sri tersenyum maklum
last updateLast Updated : 2023-05-16
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status