Semua Bab Pendekar Rajawali Dari Andalas: Bab 101 - Bab 110

460 Bab

Bab 101. Tinggalkan Desa Kemuning

Semua obor pun dinyalakan begitu hari sudah mulai gelap, suasana begitu tampak ramai membuat Sri Kemuning gembira. Acara syukuran pun dimulai dengan do’a bersama pada Gusti Alloh yang telah memberikan mereka kekuatan dalam menumpas gerombolan yang selama ini menekan hidup mereka, begitu pula dengan rencana pemukiman daerah itu akan dijadikan sebuah desa seperti halnya desa-desa yang lain. “Baiklah acara do’a bersama sebagai ungkapan rasa syukur kita pada Gusti Alloh telah kita laksanakan, sekarang kita masuk pada rencana membentuk pemukiman ini menjadi desa serta siapa orangnya yang cocok untuk dijadikan kepala desa memimpin desa ini nantinya.” Tutur Arya mengawali perbincangan mereka di sana. “Kami serahkan semua sepenuhnya pada Mas Arya.” Ujar para penduduk yang hadir di sana. “Bagaimana kalau kita usulkan Mas Arya sebagai kepala desa sekaligus memberi nama desa daerah kita ini?!” Usul Darsa. “Setuju..!” Seru serentak para penduduk. “Maaf saudara-saudaraku, bukannya saya me
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-09
Baca selengkapnya

Bab 102. Angkernya Hutan Blora

“Sugeng......!” Teriak Warno saat melihat tubuh temannya itu menghilang disedot pusaran asap hitam yang tiba-tiba muncul itu, teriakan Warno dan Arso semakin histeris saat pusaran asap hitam itu menghilang bersama tubuh Sugeng. “Tolong...! Tolong...!” Sambil berteriak minta tolong Arso dan Warno berlari kencang ke luar dari hutan itu, rasa takut yang menjalar ditubuh mereka membuat keduanya lari tunggang-langgang tanpa mempedulikan kaki mereka yang terluka akibat duri-duri dan ranting-ranting pepohonan di hutan Blora itu. Pikiran mereka hanya satu bagaimana mereka bisa ke luar secepatnya dari hutan yang angker dan mengerikan, bahkan tak terhitung kalinya mereka jatuh bangun saat melintasi pematang sawah yang ada di pinggiran hutan itu. ****** Warga desa Purwosari dibuat geger akan sikap Warno dan Arso yang berlari seperti dikejar-kejar sesuatu, arah yang mereka tuju adalah rumah Tumenggung Galih sosok yang mengepalai desa Purwosari itu. Setibanya di rumah Tumenggung Galih, Warn
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-10
Baca selengkapnya

Bab 103. Diterkam Kera Raksasa

Karena tak menemui titik terang, akhirnya Tumenggung Galih memutuskan untuk mengajak warganya kembali ke pedesaan tempat tinggal mereka. Setibanya di desa para warga tidak langsung kembali ke rumah mereka masing-masing, mereka tampak berkumpul di pendopo rumah hingga halaman kediaman Kepala Desa Purwosari itu. “Kita semua telah berusaha untuk mencari Sugeng hingga larut malam, namun seperti yang saudara-saudara ketahui kita tidak menemukan tanda-tanda sedikitpun akan di mana keberadaan Sugeng yang dikatakan menghilang di tengah hutan Blora itu. Pencarian malam ini kita hentikan, besok kita ulangi lagi mencari hingga sore hari. Jika tidak kita temukan juga, kita harus iklaskan hal itu dan berserah pada Gusti Alloh.” Tutur Tumenggung Galih pada semua warga desa yang ada di sana. “Baik Tumenggung, sekarang kami mohon pamit untuk kembali ke rumah kami masing-masing dan besok pagi akan kembali berkumpul di sini melanjutkan pencarian.” Ujar salah seorang warga desa, Tumenggung Galih ang
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-10
Baca selengkapnya

Bab 104. Siluman Kera

“Ini dia..! Cepat kemari!” Seru salah seorang lelaki petani yang mencari Seto di pinggiran hutan sebelah timur itu, mendengar teriakan itu belasan lelaki lainnya segera menghampiri. Tubuh Seto ditemui tergeletak di semak-semak tidak jauh dari ranting pohon yang akan ia potong tadi, tubuh itu kaku tak berdarah di bagian lehernya terdapat memar seperti bekas dicekik. “Gusti Alloh! Kera jenis apa yang telah membunuh Seto hingga keadaan jasadnya kaku begini?” Ucap salah seorang lelaki petani di antara kerumunan teman-temannya. “Kang Mas..! Hu.. Hu.. Hu...!” Surti tak kuasa menahan histerisnya, tangisnya pun pecah dan ia meratap sejadi-jadinya sambil memeluk tubuh suaminya yang tergeletak kaku. Para lelaki petani yang berkerumun di situ membiarkan dan larut pula akan kesedihan yang dialami Surti, bahkan beberapa lelaki yang ada di barisan kerumunan bagian belakang mencoba mencari di sekitar itu sosok kera yang telah menyebabkan Seto tewas mengenaskan. Mereka tampak geram, seolah-ola
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-11
Baca selengkapnya

Bab 105. Dewa Pengemis

“Blaaaaaaaar...!” Batu-batu kerikil itu hancur dan serbuknya menyebar ke mana-mana. “He.. He.. He..!” Hanya tawa kecil itu yang terdengar dari mulut lelaki berpakaian compang camping, kemudian ia kembali mengebuk tongkatnya yang kali ini sasarannya adalah sebuah batu besar. “Wuuuuuus...!” Batu besar itu seperti sebongkah benda ringan yang melesat ke arah Arya, dalam rasa takjub Arya pun tak ingin lengah. Segera ia silangkan kedua tangannya di depan dada kemudian menyalurkan tenaga dalam ke pergelangan tangan, merasa tenaga dalamnya itu telah terpusat penuh dengan cepat ia melesat ke udara beberapa tombak lalu menyongsong datangnya bongkahan batu besar yang menderu ke arahnya itu. “Braaaaaaak...! Blaaaaaaaaaar..!” Seperti batu-batu kerikil tadi, batu besar yang menderu itu hancur berkeping-keping. Kalau tadi Arya menghancurkan batu-batu kerikil dengan ajian Topan Gunung Sumbing, namun kali ini ia mengeluarkan ajian Rajawali Mematuk Mangsa. Tak sampai di situ dengan gerakan gesi
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-11
Baca selengkapnya

Bab 106. Landak Raksasa

“Wuuuuuuuuuuus....! Wuuuuuuus...! Teeeeeeeeeb...! Teeeeeeeeeb..! Aduh..! Sakit...! Tolong...!” Dua duri Landak yang berukuran besar melesat dan menembus bagian paha kedua lelaki itu, keduanya pun menjerit histeris merasakan rasa nyeri yang teramat sangat di bagian paha mereka. Jeritan histeris diiringi teriakan minta tolong itu, membuat para warga yang berada di persawahan secara berhamburan menghampiri arah suara itu, sosok landak raksasa itu pun menghilang saat sekumpulan warga desa tiba di tempat kejadian. “Tarno..! Kirman..!” Seru warga saat tiba di hadapan dua lelaki yang tergeletak di tanah dengan paha mereka tertancap duri landak berukuran besar. “Tolong...! Aduh..! Sakit..!” Erang mereka bersamaan, para warga desa yang datang itu pun membopong tubuh Tarno dan Kirman. Tarno dan Kirman lalu di bawa menuju rumah Tumenggung Galih, kepala desa Purwosari itu terkejut melihat dua orang warganya mengalami luka di bagian paha dengan menancapnya duri Landak. “Apa yang terjadi pa
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-12
Baca selengkapnya

Bab 107. Temui Sastro Pamungkas

“Oh jadi kalian baru saja bertemu dan kenal? Saya kira tadinya Dewa Pengemis sengaja mengajak temannya saat saya memintanya datang ke desa Purworejo ini.” Ujar Ki Bromo. “Tidak Paman, kebetulan saja saya bertemu dengannya di tepi sungai dan firasat saya mengatakan kalau dia adalah sosok pendekar yang baik. Maka timbul sifat usil saya untuk menjajal kemampuannya, eh ternyata ilmunya sangat luar biasa.” Tutur Dewa Pengemis. “Ah, kau ini terlalu memuji Dewa Pengemis.” Ujar Arya tak senang terlalu disanjung. “Hemmm, sosok pendekar yang baik dan rendah hati. Sebenarnya jika tidak bertemu dengan Dewa Pengemis, saudara Arya hendak ke mana?” Tanya Ki Bromo. “Saya belum mempunyai tujuan yang pasti, Paman. Saya hanya mengembara mengikuti kata hati saja, kebetulan saya melintas wilayah desa ini dan bertemu Dewa Pengemis. Mendengar sekilas ceritanya, saya jadi tertarik ingin ikut membantu para warga desa ini atas permasalahan yang terjadi.” Jawab Arya. “Terima kasih yang tak terhingga s
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-12
Baca selengkapnya

Bab 108. Bertemu Siluman Kera

“Ya Ki, silahkan!” Setelah menghabiskan kopi yang disuguhkan Ki Bromo, Arya dan Dewa Pengemis segera meninggalkan rumah kepala Desa Purworejo itu menuju kediaman Ki Bromo untuk beristirahat. Pagi-pagi sekali Arya dan Dewa Pengemis telah bangun dari tidurnya, begitu juga dengan Ki Bromo. Karena pagi itu Desa Purworejo masih berkabut, mereka memutuskan untuk menunggu kabut-kabut itu hilang dengan duduk di pendopo rumah sembari menikmati secangkir kopi hangat yang disuguhkan Sekar. Biasanya setelah mengantar minuman dan makanan ringan Sekar langsung pergi ke belakang atau masuk kembali ke kamarnya, namun kali ini dia tidak beranjak malahan ikut duduk di sebelah Ki Bromo. “Tumben putri Ayah ikut duduk dan ngobrol di pendopo ini?” Tanya Ki Bromo heran, karena memang tidak biasanya putri satu-satunya itu bersikap demikian. “Saya dengar Ayah dan Mas berdua ini akan menangkap sosok kera raksasa yang meresahkan, saya boleh ikut dengan warga-warga yang lain tidak Yah?” Sekar balik bertan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-14
Baca selengkapnya

Bab 109. Pertarungan Makin Sengit

“Kraaaaaaaaak....! Kraaaaaaaaak..! Wuuuuuuuuuuus..!” Beberapa batang pohon kecil patah dan bertumbangan tersapu kibasan pohon yang ada di tangan Siluman Kera, Arya dan Dewa Pengemis lambungkan tubuh mereka ke udara bergulung-gulung beberapa tombak ke belakang menghindari kibasan pohon yang cukup besar itu. Mengetahui Arya dan Dewa Pengemis lolos batang pohon yang tadi berada di genggaman Siluman Kera itu di lemparkan, kembali menderu angin kibasan yang kali ini ikut serta dengan batang pohon melesat ke arah Arya dan Dewa Pengemis yang berada di depan. “Kraaaaaaaaak...! Kraaaaaaak..! Duuuuuuuuuum..!” Pohon-pohon kecil berpatahan dan sebatang pohon yang dilemparkan itu berdentum jatuh ke tanah saat Arya dan Dewa Pengemis kembali berhasil menghindar. Semakin geram Siluman Kera melihat deretan serangannya menemui kegagalan, tanpa di duga-duga di tubuh sosok Siluman Kera itu mengepul asap hitam lalu sosok tubuhnya menjadi kembar tiga. Dengan cepat ketiga sosok Kera Raksasa itu mencabu
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-14
Baca selengkapnya

Bab 110. Tewasnya Siluman Kera

Sang pendekar menyadari maut akan segera menjemput jika ia tak mampu berbuat sesuatu, dengan cepat ia kerahkan ajian Topan Gunung Sumbing dengan tenaga dalam tingkat tinggi. “Praaaaaaaaaaak...! Deeeeeeeeees...!” Kedua tangan yang diayunkan Siluman Kera itu mental mengenai kepalanya sendiri, akibat kerasnya pentalan dan benturan dari tangannya itu membuat tubuhnya terhuyung-huyung ke belakang kepalanya pun terasa pusing dan nyeri. Arya lekas-lekas beridiri kedua tangannya ia rentangkan ke samping, tiba-tiba di langit cuaca seketika berubah mendung. Awan hitam pekat menyelimuti, aliran petir yang muncul dari awan hitam pekat itu menyatu dengan kedua telapak tangan Arya yang dibentangkan itu kemudian kedua telapak tangannya ia arahkan ke depan sejurus dengan tubuh Siluman Kera yang masih terhuyung-huyung ke belakang. “Jegeeeeeeeeer....! Jegeeeeeeeeer..!” Dua larik cahaya yang mengandung aliran petir itu menghantam tubuh Siluman Kera, tubuhnya terpental jauh hingga ke luar dari pingg
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-07-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
46
DMCA.com Protection Status