Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 91 - Chapter 100

460 Chapters

Bab 91. Tinggalkan Desa Bangun Jaya

“Saudara-saudaraku semua kami mohon pamit untuk melanjutkan perjalanan, terima kasih atas semua pelayanan yang kalian berikan pada kami beberapa hari ini.” Ucap Arya, Welas yang menanggapi. “Sama-sama Mas Arya, kami pun sangat berterima kasih karena kalian berdua kami di sini bisa bersatu dan memulai kehidupan yang baru. Tak ada yang dapat kami berikan selain do’a pada Gusti Allih, Agar orang-orang baik seperti Mas Arya dan Mbak Sri Kemuning selalu dalam lindungan-Nya.” “Amin..!” Ucap Arya dan Sri Kemuning, setelah itu mereka pun saling bersalaman. Dengan lambaian tangan pada semua warga yang ada di kedai Welas, Arya dan Sri Kemuning melangkah meninggalkan desa Bangun Jaya itu. ****** Menjelang tengah hari Arya dan Sri Kemuning tiba di sebuah sungai berbatu-batu yang berair jernih, di sebuah batu besar yang teduh oleh dahan pohon yang menjuntai ke sungai itu mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak. “Sebaiknya kita beristirahat dulu di sini Sri, batu ini cukup besar begitu
last updateLast Updated : 2023-07-04
Read more

Bab 92. Rombongan Berkuda

Arya dan Sri Kemuning meminum air sungai yang jernih itu, rasa dahaga mereka pun hilang kemudian mereka berkelebat kembali menuju arah timur dari tepian sungai tempat mereka beristirahat tadi. ******* “Bagus, kalian memang anakku yang membanggakan! Tak boleh bersikap lunak pada mereka, daerah ini adalah kekuasaan kita. Siapa pun yang ingin hidup di daerah ini, harus patuh dan tunduk pada kita. Ha.. Ha.. Ha...!” Puji Sugoro Geni pada Sepasang Setan Bukit Geni yang telah berhasil merampas padi-padi para penduduk, yang mereka anggap tidak mematuhi ketentuan yang telah mereka buat di daerah itu. “Ya, Ayahanda. Kami akan terus melakukan ini, pada para penduduk yang melalaikan kewajiban memberi jatah sebagian hasil dari panen mereka.” Ujar Sepasang Setan Bukit Geni, Sugoro Geni semakin gembira mendengarnya. “Apakah kalian sudah perintahkan anak buah kita untuk memasukan padi-padi itu ke gudang penyimpanan?” Tanya Sugoro Geni, Sepasang Setan Bukit Geni mengangguk. “Sudah Ayahanda, be
last updateLast Updated : 2023-07-05
Read more

Bab 93. Tangisan Bocah Perempuan

“Oh, begitu ceritanya. Oh ya nama saya Arya Mandu dan ini sahabatku Sri Kemuning, kami juga kemalaman hendak menuju pemukiman-pemukiman yang mungkin ada di depan sana.” Tutur pemuda berpakaian putih yang ternyata Arya dan di sebelahnya yang berpakaian ungu adalah Sri Kemuning. “Di depan sana memang ada pemukiman penduduk, tadinya kami ingin mencari tempat untuk tinggal di sana namun penduduk di sana terlihat aneh tidak seperti pemukiman penduduk di desa biasanya.” Ujar Suroso, Arya nampak kerutkan dahinya. “Jadi di depan sana memang ada pemukiman penduduk? Aneh bagaimana yang Mas Suroso maksudkan?” Tanya Arya penasaran, Suroso menganggukan kepala. “Ya, pemukiman-pemukiman itu tidak jauh lagi dari sini. Para penduduk di sana terlihat tidak ramah dan bersahabat, sepertinya mereka hidup sendiri-sendiri meskipun di sekitar tempat tinggal mereka banyak terdapat pemukiman warga yang lain kami memutuskan untuk mencari daerah lain yang lebih nyaman tempat menetap.” Jawab Suroso, kali i
last updateLast Updated : 2023-07-05
Read more

Bab 94. Menyembuhkan Ayah Ratih

“Ayah, Bi. Ayah Ratih sakit! Hu..hu..hu!” Jawab bocah perempuan itu menyebut dirinya Ratih sambil menunjuk ke arah rumahnya, Arya dengan segera melangkah dan masuk ke dalam rumah yang ditunjukan bocah perempuan itu. Untuk beberapa saat sepasang suami istri yang berada di dalam rumah itu, nampak terkejut ketika Arya tiba-tiba saja masuk dan berdiri di hadapan mereka. “Maaf Mas, Mbak. Jika saya masuk tanpa permisi dulu, itu dikarenakan saya terkejut mendengar bocah perempuan d idepan rumah ini menangis dan mengatakan Ayahnya sedang sakit.” Ucap Arya menyapa sembari memberi salam. “Iya Mas, dia adalah Putri kami ini Ayahnya.” Ujar perempuan menunjuk ke arah lelaki yang terbaring di sampingnya itu. Arya pun duduk dan mencoba memeriksa kondisi lelaki yang tengah terbaring itu, sementara di saat bersamaan Sri Kemuning pun datang dengan menggandeng bocah perempuan bernama Ratih itu ke dalam rumah. “Sudah berapa hari Mas ini sakit, Mbak?” Tanya Arya, perempuan yang duduk di sebelah s
last updateLast Updated : 2023-07-06
Read more

Bab 95. Sri Kemuning Terkejut

“Ya Mbak, mereka juga tak pernah peduli akan keadaan Mas Darsa yang lagi sakit jangankan membantu datang melihat ke rumah ini pun tidak.” Ujar Wulan, Arya dan Sri Kemuning geleng-gelengkan kepala heran melihat kehidupan para penduduk yang berada di seputaran pinggiran sungai Bengawan Solo itu. Sikap yang hanya memikirkan diri sendiri dan saudara terdekatnya saja, membuat para gerombolan penjahat mudah memanfaatkan kelemahan itu untuk kepentingan mereka. “Siapa orangnya yang mengaku berkuasa di daerah pemukiman ini?” Tanya Arya. “Namanya Sugoro Geni, ia dibantu anaknya Sepasang Setan Bukit Geni serta para anak buah mereka yang mendiami Padepokan Bukit geni..!” “Apa? Sugoro Geni?!” Potong Sri Kemuning terkejut mendengar nama yang disebut Darsa. “Ya Mbak, Sugoro Geni lah yang menguasai daerah pemukiman ini.” Darsa memastikan kembali ucapannya. “Akhirnya pencarian kita membuahkan hasil Mas Arya, ternyata Sugoro Geni berada di sini.” Ujar Sri Kemuning gembira, Arya pun menganggu
last updateLast Updated : 2023-07-06
Read more

Bab 96. Mengajak Warga Berkumpul

“Ya Mas, saya pun lupa menanyakan namanya. Dia berpakaian putih, menyandang sebilah pedang berkepala rajawali di punggungnya.” Jelas Jarwo, Darsa pun tampak manggut-manggut. “Oh, itu Mas Arya. Gusti Alloh, baik benar dia sampai membeli beras-beras ini untuk kami.” Ucap Darsa sangat gembira dan bersyukur dipertemukan dengan seorang pemuda yang berhati mulia “Ya Mas Darsa, kami pun terkejut saat ia menyerahkan semua uang di genggamannya pada kami. Dan kami diminta mengantarkan beras-beras ini ke sini, Oh ya Mas Darsa apakah sudah bisa beras-beras ini kami taruh ke dalam rumah Mas sekarang?” Timpa Jarwo yang juga heran akan kebaikan hati Arya. “Oh tentu saja, silahkan Mas Jarwo.” Darsa mempersilahkan, lalu beberapa orang saudara Jarwo menggotong karung beras-beras itu ke dalam rumahnya. Seiring dengan selesainya Jarwo dan saudara-saudara menggotong beras ke dalam rumah Darsa, Arya pun datang sambil menjinjing beberapa ekor ikan. “Nah, itu dia Mas yang membeli beras-beras kita ta
last updateLast Updated : 2023-07-07
Read more

Bab 97. Pedang Setan Geni

Seru Arya mengangkat kerah baju anak buah Sugoro Geni itu lebih tinggi, hingga kedua kakinya berjinjit. “I...iya Mas, saya akan sampaikan pada ketua.” Ujar salah seorang anak buah Sugoro Geni itu tergagap-gagap, Arya pun melepaskan genggaman tangannya pada kerah baju anak buah Sugoro Geni itu. “Baiklah, Kau boleh pergi sekarang!” Ujar Arya. “Terima kasih, Mas.” Ucapnya lalu dengan cepat salah seorang anak buah Sugoro Geni itu melompat ke punggung kuda, kemudian berlalu meninggalkan halaman rumah Darsa. “Huuuuuuuuuu....!” Seru dan ejek para penduduk, mencibir anak buah Sugoro Geni yang berlalu pergi itu. Sepeninggalnya para anak buah Sugoro Geni yang melarikan diri itu, Arya dan para penduduk pemukiman kembali berkumpul di depan hingga halaman rumah Darsa. “Saudara-saudaraku sekalian! Tujuan saya meminta kalian berkumpul d isini untuk mengajak kalian bersatu, karena dengan itu orang-orang jahat seperti Sugoro Geni dan para anak buahnya takan bisa leluasa bertindak semena-mena
last updateLast Updated : 2023-07-07
Read more

Bab 98. Pertarungan Di Bukit Geni

“Benar Pedang Setan Geni ini Ayah kawinkan dengan Pedang Siluman Api saat di pertapaan beberapa tahun yang lalu, hasilnya sepasang pedang yang kalian miliki itu. Semua jurus pedang yang kalian miliki dengan pedang ini sama, hanya saja kekuatannya yang berbeda. Pedang Setan Geni memiliki kekuatan dua tingkat lebih tinggi, dibandingkan sepasang pedang yang ada bersama kalian.” Sugoro Geni menjelaskan, Sepasang Setan Geni mengangguk-angguk dan tersenyum sombong. “Jika hanya menghadapi pemuda yang akan menantang kita di Padepokan Bukit Geni ini Ayah tak perlu mengeluarkan pedang yang Ayah miliki itu, cukup kami saja yang menghadapinya Ayah tak perlu turun tangan.” Tutur Sepasang Setan Bukit Geni yang merasa yakin dapat dengan mudah mengalahkan lawan, seperti halnya Singo Ireng yang tewas di tangan mereka. Sugoro Geni pun mengangguk dan merasa yakin pula kedua anaknya itu akan dapat dengan mudah mengalahkan Arya. “Ya, Ayah cuma ingin melihat saja sudah lama sekali pedang ini Ayah simp
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Bab 99. Dendam Terbalaskan

“Wuuuuuuuus..! Deeeeeeees...! Deeeeeeees!” Tebasan pedang dari Sepasang Setan Bukit Geni kembali berhasil dihindari Arya, namun susulan tendangan yang dilesatkan Sepasang Setan Geni telak mengenai pinggang dan dadanya hingga sang pendekar jatuh terguling-guling di tanah. Sementara pertarungan tak kalah sengitnya terlihat pada Sri Kemuning dan Sugoro Geni, sudah beberapa kali mereka sama-sama terjatuh tersungkur akibat pukulan mereka saling mengena. Sugoro Geni mengakui ketangguhan Sri Kemuning, selama ini belum pernah ia menemukan lawan yang dapat membuat dirinya lelah seperti saat ini. Sugoro Geni merasa ciut juga nyalinya menghadapi putri Arya Buono itu, karena ia lebih sering terjajar dan tersungkur jatuh mencium tanah. Dengan segera ia meraih Pedang Setan Geni yang tadi ia taruh di sebuah meja di depan pondoknya, pedang itu segera ia hunus dari sarungnya sinar merah menyala nampak memancar di seluruh badan pedang itu. “Ha.. Ha.. Ha..! Saatnya Kau menyusul kedua orang tuamu di
last updateLast Updated : 2023-07-08
Read more

Bab 100. Tangisan Pilu Sri Kemuning

“Saya jadi teringat sesuatu, saat saya masih kecil pernah bermain-main di bawah pohon beringin itu. Ya, saya ingat sekarang di belakang pohon beringin itu ada rumah yang saya diami bersama kedua orang tuaku dulu. Ayo, kita segera ke sana! Di belakang rumah itu, Eyang Guru mengubur jasad kedua orang tua ku yang tewas oleh kebiadaban Sugoro Geni.” Tutur Sri Kemuning mengajak Arya dan semua penduduk untuk menuju ke arah pohon beringin yang ia tunjukan itu. Benar saja apa yang dikatakan Sri Kemuning, di belakang pohon beringin yang besar itu terdapat sebuah rumah tua yang dari halaman hingga ke belakang rumah ditumbuhi rumput-rumput yang telah tinggi karena memang tak terawat sejak ditinggalkan belasan tahun yang lalu. Tanpa disuruh dan diminta para penduduk segera membersihkan rumput-rumput dari halaman hingga belakang rumah tua itu, karena semua penduduk membawa parang atau pun golok rumput-rumput itu dalam waktu singkat berhasil dibersihkan. Bahkan rumah tua yang tak terawat dan dip
last updateLast Updated : 2023-07-09
Read more
PREV
1
...
89101112
...
46
DMCA.com Protection Status