Home / Pendekar / Pendekar Rajawali Dari Andalas / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Pendekar Rajawali Dari Andalas: Chapter 71 - Chapter 80

460 Chapters

Bab 71. Ditawari Jadi Panglima

“Berhenti..!” Seru salah seorang prajurit istana, saat rombongan berkuda itu telah berada beberapa tombak di hadapan para prajurit istana. Dengan tersenyum salah seorang dari rombongan berkuda itu turun lalu melangkah ke arah prajurit istana yang menghadang itu. “Bayu Simba!” Seru Arya yang saat itu telah menoleh ke arah lelaki yang baru saja turun dari kudanya menghampiri prajurit istana. “Ya, Arya.” Sapa Bayu Simba, lalu langkahnya ia alihkan ke arah Pendekar Rajawali Dari Andalas itu, sementara para prajurit istana Kerajaan Singosari hanya nampak terbengong. Baginda Prabu dan Sri Mahadewi yang sedari tadi menahan ingin menghampiri Arya nampak berjalan cepat, mereka tak kuasa menahan lagi untuk menghampiri Arya yang saat itu tengah berdiri bersama Bayu Simba. Di waktu yang bersamaan muncul pula seorang kakek memakai tongkat berpakaian compang camping, yang kali ini tengah memegang sebilah keris di tangan kirinya. “Kakek Dewa Pandang!” Kembali Arya berseru, si Kakek yang dip
last updateLast Updated : 2023-06-23
Read more

Bab 72. Arya Pamit Pada Raja

Bayu Simba pun memberikan salam hormat sebelum ia menceritakan perihal dirinya pada Baginda Prabu. “Maafkan saya Baginda Prabu, sebelumnya saya ingin bertanya apakah Baginda Prabu masih ingat dengan sosok yang bernama Suprana Agung?” Tanya Bayu Simba, membuat Baginda Prabu tampak terkejut. “Suprana Agung? Di mana dia sekarang? Dia adalah sahabatku, sudah lama sekali kami tidak pernah bertemu.” Baginda Prabu balik bertanya, Bayu Simba pun tersenyum. “Dia telah wafat, Baginda Prabu. Saya adalah putra sulungnya, makam Ayahanda berada di Padepokan Kelabang Hitam di sebelah timur wilayah perbatasan Kerajaan Singosari ini.” Jawab Bayu Simba, Baginda Prabu makin terkejut. “Kamu putra sulungnya?!” Bayu Simba anggukan kepalanya. “Benar, Baginda Prabu.” Raut wajah Baginda Prabu antara sedih dan gembira, ia pun bersuara kembali. “Sungguh saya tidak menyangka setelah sekian lama tak pernah bertemu dengan sahabat karibku itu, ternyata beliau telah wafat. Sekarang saya di pertemukan deng
last updateLast Updated : 2023-06-23
Read more

Bab 73. Akibat Dendam

Menghampiri Ayahandanya meminta izin agar ia mengantar Arya hingga depan pintu gerbang istana, Baginda Prabu mengizinkan dan membiarkan putrinya Sri Mahadewi mengantar sang pendekar hingga luar pintu gerbang istana. “Tak ada yang dapat saya berikan atas pertolonganmu menyelamatkan serta mengantar saya kembali ke istana ini, begitu pula telah menggagalkan rencana jahat Sanjaya pada Ayahanda Prabu.” Tutur Sri Mahadewi saat ia dan Arya telah tiba di luar gerbang istana Kerajaan, Sang Pendekar tersenyum. “Hemmm, saya tak meminta apa-apa selain sebuah senyuman manismu sebelum saya melangkah meninggalkan istana ini!” Ujar Arya kembali menggoda putri Kerajaan Singosari itu, wajah Sri Mahadewi langsung merona merah. “Ih, mulai lagi. Kapankah sekiranya kita dapat bertemu, Arya?” Harap Sri Mahadewi dengan tatapan mata indah dan senyumannya yang manis, Arya balas tersenyum. “Entahlah, moga suatu saat jika saya melintas kawasan Kerajaan Singosari ini lagi saya pasti singgah dan menemuimu.”
last updateLast Updated : 2023-06-24
Read more

Bab 74. Sri Kemuning

“Kang Mas Arga...!” Suara Ningsih Suri pun terputus seiring semburan darah segar dari mulutnya, kemudian tubuhnya terkulai lemas tak bernyawa lagi. “Keparat Kau Sugoro Geni...! Kau telah membunuh istriku! Hiyaaaaa...!” Setelah membaringkan tubuh istrinya, Arga Buono menyerang membabi buta dengan amarah yang meledak-ledak. Beberapa orang anak buah Sugoro Geni yang menghadang terpelanting kiri dan kanan, Arga Buono tak memperdulikan pedang yang masih ada di genggaman Sugoro Geni dengan amarah yang tak dapat terkendalikan lagi itu ia menyerang Sugoro Geni dengan hantaman tangan dan kakinya. “Deeeees...! Deeeeees..!” Hantamannya itu mengena namun tubuh Sugoro Geni tak bergeming sedikit pun, mungkin karena hantaman itu tidak memiliki tenaga dalam apa-apa hingga tak memberi efek pada posisi tegaknya. “Deeeees...! Craaaaaaaaas..! Arghhhhhhhh..!” Sebuah hantaman tangan kosong dan sabetan pedang mendarat di kepala dan leher dari Arga Buono, percikan darah pun terlihat dari leher lelaki
last updateLast Updated : 2023-06-24
Read more

Bab 75. Padepokan Bukit Geni

Matahari telah condong di ufuk barat, sinarnya yang kemerah-merahan pertanda sebentar lagi malam akan datang. Setelah menyeberangi sungai Bengawan Solo mengunakan rakit yang terbuat dari beberapa batang pohon bambu, pemuda tampan berambut gondrong dan berpakaian putih dengan sebilah pedang berkepala rajawali tersandang di punggungnya tampak melangkah sambil bersiul-siul. Tak jauh di depannya terlihat sebuah pondok yang berdiri di atas sebuah perbukitan yang tidak terlalu tinggi di pinggiran sungai Bengawan Solo itu, di halaman pondok itu tampak seorang perempuan dan seorang kakek tengah melakukan gerakan-gerakan silat. Untuk beberapa saat pemuda berpakaian putih yang tidak lain adalah Arta Mandu itu hanya memperhatikan dari jarak jauh, namun lama-kelamaan timbul keinginannya untuk singgah dan menghampiri mereka. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Arya berkelebat menaiki bukit dan tiba di halaman pondok tempat perempuan muda dan seorang kakek yang sepertinya tengah berlatih itu, keha
last updateLast Updated : 2023-06-25
Read more

Bab 76. Bertemu Sri Kemuning

Matahari telah condong di ufuk barat, sinarnya yang kemerah-merahan pertanda sebentar lagi malam akan datang. Setelah menyeberangi sungai Bengawan Solo mengunakan rakit yang terbuat dari beberapa batang pohon bambu, pemuda tampan berambut gondrong dan berpakaian putih dengan sebilah pedang berkepala rajawali tersandang di punggungnya tampak melangkah sambil bersiul-siul. Tak jauh di depannya terlihat sebuah pondok yang berdiri di atas sebuah perbukitan yang tidak terlalu tinggi di pinggiran sungai Bengawan Solo itu, di halaman pondok itu tampak seorang perempuan dan seorang kakek tengah melakukan gerakan-gerakan silat. Untuk beberapa saat pemuda berpakaian putih yang tidak lain adalah Arta Mandu itu hanya memperhatikan dari jarak jauh, namun lama-kelamaan timbul keinginannya untuk singgah dan menghampiri mereka. Tidak membutuhkan waktu lama bagi Arya berkelebat menaiki bukit dan tiba di halaman pondok tempat perempuan muda dan seorang kakek yang sepertinya tengah berlatih itu, keha
last updateLast Updated : 2023-06-25
Read more

Bab 77. Amanat Satya Anggono

“Mungkin sudah saatnya kamu saya lepas untuk turun gunung, ilmu yang kamu miliki saat ini telah benar-benar sempurna. Saya berharap di samping tujuanmu mencari Sugoro Geni untuk membalaskan dendammu atas tewasnya kedua orang tuamu di tangannya, saya juga ingin kamu membantu para penduduk di sekitaran sungai Bengawan Solo ini dari penindasan para pendekar golongan hitam.” Sri Kemuning tampak memberikan sembah hormatnya. “Baik Eyang Guru.” Arya yang terkejut mendengar penuturan Satya Anggono tadi, langsung nimbrung bicara. “Membalas dendam?!” Sri Kemuning tersenyum mendengar dan melihat sang pendekar menunjukan sikap terkejutnya. “Ya, Mas Arya. 11 tahun yang silam kedua orang tua saya dibunuh di depan mata kepala saya sendiri pelakunya adalah sosok yang bernama Sugoro Geni, dia dan para anah buahnya juga salah satu gerombolan yang kerap menindas para petani didaerah ini.” Jawab Sri Kemuning, Arya melongo untuk beberapa saat lalu menganggukan kepalanya. “Oh begitu ceritanya, saya
last updateLast Updated : 2023-06-26
Read more

Bab 78. Di Sebuah Persawahan

Tak beberapa lama setelah Arya dan Sri Kemuning menuruni lembah bukit, mereka menjumpai persawahan yang luas membentang di sana terlihat para petani sedang memanen padi di sawah mereka masing-masing. Terlihat sekali keceriaan di wajah mereka, mungkin karena hasil panen mereka yang kali ini melimpah ruah. Arya begitu terkesima melihat hamparan padi yang menguning di persawahan itu, ingin rasanya ia ikut serta membantu para petani yang sedang memanen hingga tanpa sadar ia menghentikan langkah dan menghampiri seorang petani yang tengah duduk beristirahat di sebuah pondok. “Wah, lagi panen ya Mas?” Sapa Arya pada petani yang tengah duduk beristirahat di pondok itu, petani itupun menoleh ke arahnya. “Iya Mas.” Jawab petani itu, Arya pun sunggingkan senyum ramahnya. “Boleh saya numpang duduk sejenak di pondok ini?” Tanya Arya, si petani mengangguk dan membalas senyum sang pendekar tak kalah ramahnya. “Oh tentu, silahkan Mas!” Petani itu tampak mengeser tubuhnya agar Arya dan Sri Ke
last updateLast Updated : 2023-06-26
Read more

Bab 79. Rambi Alas

“Kurang ajar! Berani-beraninya kau meledek kami! Rupanya kau belum tahu siapa kami ya?!” Hardik salah seorang dari lelaki berkuda itu, lagi-lagi Arya hanya cengengesan dan menggaruk-garuk kepalanya. “Belum, memangnya siapa kalian?” Seloroh Arya begitu santainya, salah seorang dari mereka pun menjawab. “Kami anak buah Rambi Alas, orang yang berkuasa di kawasan daerah ini.” Para lelaki yang mengaku sebagai anak buah Rambi Alas itu berkacak pinggang menunjukan kecongkakan mereka. “Rambi Alas? Wah, ternyata dia lebih pemalas rupanya dari kalian. Untuk meminta-minta bak pengemis, dia masih harus menyuruh kalian. He.. He.. He..!” Ejek Arya lagi-lagi diiringi cengengesannya, hingga membuat salah seorang lelaki penunggang kuda yang berdiri di sampingnya semakin geram. “Kurang ajar! Kau telah berani menghina ketua kami! Wuuuuuuuuus..! Taaaaap...!” Sebuah tamparan melayang ke wajah Arya, namun dengan cepat Arya menangkap lalu memelintir pergelangan tangan lelaki yang hendak menamparnya
last updateLast Updated : 2023-06-27
Read more

Bab 80. Tewasnya Rambi Alas

“Kurang ajar! Kau tak tahu ya lagi berhadapan dengan siapa?” Rambi Alas terlihat geram, sementara Arya masih saja bersikap santai. “Saya lagi berhadapan dengan Rambi Alas, kan? Orang yang lebih pemalas dari anak buahnya, hingga untuk memeras para penduduk pun menyuruh para cicunguk-cicunguk ini. Ha.. Ha.. Ha..!” Ujar Arya kali ini diiringi tawa kerasnya sembari menujuk para anak buah Rambi Alas. “Kurang ajar! Hiyaaaaaaa...!” Rambi Alas tak kuasa lagi menahan geramnya, ia langsung menghujamkan tendangannya ke arah Arya. Sang Pendekar yang sudah menyadari akan hal itu, nampak menhindar sedikit tubuhnya ke samping hingga tendangan itu hanya menerpa udara kosong. Para anak buah Rambi Alas juga ikut menyerang, namun langkah mereka yang hendak mengepung Arya terhadang oleh Sri Kemuning. Perkelahian pun terjadi, Arya melawan Rambi Alas sementara Sri Kemuning menghadapi anak buahnya. “Deeeeeees...! Deeeeeeees...! Bruuuuuuuuuk..!” Beberapa orang anak buah Rambi Alas tersungkur terkena
last updateLast Updated : 2023-06-28
Read more
PREV
1
...
678910
...
46
DMCA.com Protection Status